Antologi Cerpen "Cinta yang Tak Padam", Goresan Pena 17 Guru IGI Dompu -->

Kategori Berita

.

Antologi Cerpen "Cinta yang Tak Padam", Goresan Pena 17 Guru IGI Dompu

Koran lensa pos
Senin, 01 Desember 2025

 

Buke Antologi Cerpen IGI Dompu "Cinta yang Tak Padam"



Dompu, koranlensapos.com - Salah satu momen penting di Acara Penganugerahan "IGI AWARD 2025" yang berlangsung di Aula Pendopo Bupati Dompu, Sabtu malam (29/11/2025) yakni peluncuran buku Antologi Cerita Pendek (Cerpen) berjudul "Cinta yang Tak Padam".

Buku berisi 170 halaman ini merupakan kumpulan cerpen hasil karya guru-guru yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Dompu. Antologi Cerpen ini menjadi kado istimewa dari IGI Dompu yang dipersembahkan di Hari Guru Nasional 2025 dan HUT IGI ke-16.

Ada 17 judul cerpen yang dirangkum di dalamnya. Kumpulan cerpen yang dimuat dalam buku antologi ini berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan dua penulis yang menjadi mentor mereka, yakni Muhary Wahyu Nurba dan La Ndolo Conary. 

Cerpen pertama berjudul "Seberkas Cahaya Kenangan". Ini hasil goresan pena Winda Kurniawati dari SMPN 2 Pajo. 
Masih dari Pajo, lahir sebuah cerpen berjudul "Pelukan Hangat Sang Guru". Cerpen ini buah karya Sri Rohayuningsih, guru SMPN 1 Pajo.

Lagi-lagi seorang wanita menjadi penulis cerpen ketiga. Namanya Sry Suryanti, guru SDN 01 Dompu. Ia menulis Cerpen berjudul "Kembalinya La One Si Joki Cilik". Mengisahkan tentang petualangan dan suka duka seorang bocah yang menjadi pejoki di arena pacuan kuda. Sebuah tradisi turun temurun yang masih terjadi di Kabupaten Dompu.


"Nyala yang Tak Padam" menjadi Cerpen keempat dalam antologi ini. Ia ditulis oleh cerpenis dengan nama pena Lailatul Tilawah. Wanita ini adalah guru di SMKN 1 Dompu.

Faisal, S.Pd, guru SMPN 5 Dompu menulis Cerpen berjudul 
"Kancoa". Pria muda bernama pena Faisal Mawa’a Taho ini telah banyak menulis, terutama tentang sejarah Dompu.

"Matahari di Ufuk Timur" merupakan cerpen hasil karya 
Ida Faridah. Ida Faridah adalah guru di SMAN 3 Dompu yang juga mengemban amanah sebagai Ketua IGI Dompu di periode sekarang.

Teti Fajryatin, guru SMPN 1 Dompu menulis cerpen berjudul "Jejak Pena". Wanita ini lebih dikenal dengan nama pena Teti Maheba.

Nurrahma, guru SMPN 6 Woja menulis cerpen dengan judul 
"Sawah Ayah". Nama penanya Nurrahim.

Ada pula cerpen berjudul 
"Guru Wali Ma Siwe dan Tiara". Cerpen ini merupakan goresan pena seorang guru di 
SMPN 6 Woja yakni Dewi Suryanti (Suryanti Bude).


Eva Patriani, Kepala SMAN 3 Dompu juga tak mau ketinggalan. Di balik seabrek kesibukannya, menyempatkan untuk menulis sebuah cerpen. Judulnya "Tyas".


Ada lagi cerpen berjudul "Misi Cahaya" hasil karya Putri Ayu Septi. Sedangkan "Serpihan-Serpihan Cahaya" ditulis oleh Ainul Yakin, guru SMPN 1 Dompu.

Guru SMKN 1 Hu'u, Lili Asmawati menghasilkan sebuah cerpen berjudul "Menanam Keyakinan". Wanita bernama pena Neno Inalamorin menulis sebuah cerpen berjudul "Bintang itu Bernama Fatimah". Ia adalah Siti Nuraini, seorang guru di SMPN 6 Woja.



Ryadhatussolihin, guru SMPN 1 Woja menghasilkan karya berjudul "Lipatan-Lipatan Tak Terhingga". Nama penanya Ryan Jaelani.

Cerpen ke-16 datang dari Kecamatan Pekat. Judulnya "Debu yang Mencipta Pelangi", buah karya Usman, guru di SDN 12 Pekat. Nama penanya 
Usman Manfasko.

"Matematika untuk Kakek" menjadi cerpen pemungkas. Penulisnya seorang guru bernama Fitriani Zuhra dari SMPN 6 Dompu.

Ketua IGI Dompu, Ida Faridah dalam pengantarnya mengemukakan buku ini lahir dari inisiasi mulia Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Dompu, sebuah organisasi yang berdiri di atas keyakinan fundamental: bahwa gerakan literasi harus digalakkan secara berkesinambungan. IGI Dompu memahami betul bahwa untuk melihat hasil yang nyata di tahun-tahun mendatang, para guru harus bergerak, menjadi motor penggerak—tidak hanya sebagai pembaca, tetapi juga sebagai penulis. 

"Kekuatan kolektif cerita-cerita ini terletak pada keaslian dan kedalaman tematiknya. Cerita-cerita ini mengalir apa adanya, memotret keseharian dan kisah yang real dari para guru: perjuangan ekonomi, isu sosial siswa (broken home), krisis identitas remaja, hingga inovasi metodologi pengajaran yang lahir dadakan," bebernya. 


Diterangkan Ida, buku antologi cerpen ini adalah bukti bahwa semangat literasi di Kabupaten Dompu tidak perlu menunggu fasilitas yang sempurna atau dukungan yang maksimal. Literasi dimulai dari tekad, dari pengalaman yang diolah dengan jujur, dan dari keberanian untuk bersuara lewat pena.

"Kami berharap, karya ini dapat menginspirasi guru-guru lain di seluruh Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Barat, terutama mereka yang baru pertama kali ingin menulis. Ambillah pena Anda. Ceritakan perjuangan Anda. Sebab, kisah-kisah di ruang kelas dan di pelosok negeri ini adalah permata yang menunggu untuk diukir," ujarnya.

"Dengan rendah hati, kami persembahkan Antologi Cerpen ini. Semoga ia menjadi cinta yang tak pernah padam, api semangat yang menerangi jalan para pendidik dan pelajar menuju masa depan yang dicita-citakan," pungkasnya. (emo).