Lebih Dekat dengan Carlos Ferrandiz (2)

Kategori Berita

.

Lebih Dekat dengan Carlos Ferrandiz (2)

Koran lensa pos
Rabu, 10 Juni 2020
Kedua Orang Tuanya Bangga dan Mendukung Pilihan Carlos Tinggal di Hu'u
Carlos sedang mengajarkan
 bahasa Inggris kepada
anak-anak Hu'u

Kembali lagi ke belakang. Sepuluh tahun lalu. Awal tahun 2010. Carlos sudah bulat tekadnya untuk mengabdi dan hidup bersama anak-anak di daerah terpencil di Desa Hu'u Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu NTB. Akhirnya ia menyampaikan hal itu kepada kedua orang tua dan kakak perempuan satu-satunya yang bernama Laura.

Apa respon keluarga ?
"Keluarga saya mulanya takut dan marah sama saya. Tinggalkan keluarga, tinggalkan profesi advokat yang sudah hebat yang saya dapatkan dengan kerja keras," akunya.
Keluarga tidak sepakat dengan pilihan konyol Carlos. Mereka tetap tidak setuju Carlos mengambil langkah yang demikian berat dan sulit hidup di salah satu desa terpencil yang jauh dari keramaian di Indonesia. Mereka terus meminta Carlos untuk kembali ke Spanyol.
Waktu terus berjalan. Carlos teguh dengan pilihannya. Ia menilai langkahnya sudah tepat berbagi dan berbuat kebaikan bagi orang banyak. Ia meyakinkan kedua orang tuanya bahwa apa yang dilakukan karena mengikuti jejak mereka yang telah menginspirasinya untuk selalu berbuat kebaikan. Karena itu ia terus merajuk kepada kedua orang tuanya untuk merestui jalan hidup yang menjadi pilihannya. Ayahnya jua lah yang selalu meyakinkan Carlos agar jangan meraih sesuatu secara mudah dan instant. Tetapi pilihlah jalan yang penuh tantangan untuk meraih sesuatu itu agar lebih bermakna dan hasilnya lebih dirasakan manfaatnya.
Berkat keyakinan yang disampaikan Carlos akhirnya hati kedua orang tuanya pun luluh. Mereka akhirnya mendukung pilihan Carlos.
Apalagi setelah melihat kegiatan Carlos masuk di televisi. Bukan hanya TV di Indonesia tetapi juga di Spanyol.
"Saya sering masuk Tivi dan sampai beberapa kali mendapat anugerah penghargaan di Spanyol akhirnya keluarga mengerti dan bahkan merasa bangga sekali. Mereka yang mengajari saya seperti ini. Mereka yang menginspirasi saya untuk jadi seperti ini," kata Carlos.
Diakuinya keluarganya pasti merasa sedih karena jauh dengan Carlos. Sebaliknya Carlos juga selalu merindukan keluarganya. Keponakannya 3 orang yang masih kecil dan lucu juga selalu ia rindukan.
"Kalau sudah besar nanti keponakqn-keponakan saya bawa ke sini ketemu sama anak-anak Hu'u," ujarnya.

Di Desa Hu'u, Carlos memulai dengan program pendidikan. Ia mengajarkan pelajaran ekstrakurikuler untuk membantu Dinas Pendidikan di sekolah-sekolah dari jam 14.00 sampai jam 18.00 Wita. 
"Ada 3 sekolah di Desa Hu'u yang menjadi lokasi kegiatan yaitu di Hu'u, Ncangga dan Nangadoro.
Saya minta izin pada bapak Bupati meminjam gedung sekolah milik pemerintah untuk mengajarkan baca tulis, bahasa Inggris, Matematika, Geografi, dan Komputer," kisahnya.

Tetapi kemudian dalam perjalanannya Yayasan Harapan Project Indonesia yang dikelolanya juga fokus pada program kesehatan.
Hal itu berawal pada suatu ketika Carlos bertemu dengan salah seorang anak yang mengalami sakit parah. Rasa iba terhadap anak itu menggugah hatinya untuk memberikan pertolongan.
"Saya kasihan sekali pada anak itu akhirnya saya bawa dia ke rumah sakit," tuturnya.
Berikutnya ada lagi dua anak dari Dusum Nanga Doro yang ia bawa ke rumah sakit untuk dioperasi. Karena tidak memiliki kartu itu sehingga Carlos yang membayar biaya operasi kedua anak itu.

"Sejak saat itu saya mulai membantu program kesehatan," akunya.

Ia menyebut ada sekitar 3 ribuan anak-anak yang sudah dibantu pengobatannya. Untuk pasien yang membutuhkan operasi karena tumor, hidrosefalus, patah tulang, bibir sumbing, dan infeksi tulang sudah ada 367 anak yang ia bantu.

"Kalau ada anak sakit pasti masyarakat di sini kasih informasi ke saya," ucap pria asal Barcelona itu. (Bersambung).