Dosen STKIP Yapis Gelar Pelatihan Bimbingan dan Konseling di SDN 9 Dompu

Kategori Berita

.

Dosen STKIP Yapis Gelar Pelatihan Bimbingan dan Konseling di SDN 9 Dompu

Koran lensa pos
Sabtu, 09 Maret 2024

Kegiatan pelatihan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling bagi guru SD yang digelar Tim Dosen STKIP YAPIS Dompu di SDN 09 Dompu, Jumat (8/3/2024)


Dompu, koranlensapos.com -Untuk membantu para guru mengenali dan mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa sekolah dasar (SD), tim dosen Prodi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Yapis Dompu menggelar Pelatihan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling. Kegiatan itu berlangsung di SDN 9 Dompu, Jumat (8/3/2024). Diikuti 10 orang peserta baik guru bidang studi maupun wali kelas. 

Tim dosen yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Angga Putra, MPd, Titi Pujiarti, MPd, Ija Sri Rahmawati MPd dan Putri Surya Damayanti, MPd. 

Dalam sambutannya Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) STKIP Yapis sekaligus anggota tim Titi Pujiarti menyatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh kampus STKIP Yapis Dompu. Dia menampik kegiatan pelatihan itu untuk 'menggurui' guru. 

"Tujuan kegiatan ini bukan untuk menggurui bapak ibu guru di sini tapi kita akan belajar dan berbagi bersama," kata Titi.

Sebagai guru, tambahnya, tanggung jawab untuk memberikann layanan bimbingan dan konseling kepada siswa tetap melekat  meski di SD tidak ada guru BK. 

Menurut dia, pada dasarnya memberikan layanan bimbingan dan konseling  bukan hanya tugas guru BK tapi menjadi tanggung jawab semua guru. 

 "Apalagi karakter siswa beda-beda. Guru hendaknya mampu menggali informasi jika ada anak yang sedang menghadapi masalah, misalnya cenderung pendiam," ujar Titi. 

Dia mengingatkan,  anak SD belum mampu mengekspresikan atau mengkomunikasikan masalahnya secara memadai.

 "Dengan layaanan BK harapannya guru mampu membimbing siswa dan lebih dekat dengan siswa. Tentu saja pendampingan dan cara komunikasi pada siswa tiap kelas itu beda," ungkapnya.

Sementara itu Ija Sri Rahmawati menjelaskan ada empat bidang layanan bimbingan yakni bimbingan pribadi, sosial, karir,  agama. Dia menyatakan bahwa tujuan pemberian layanan BK adalah untuk  memaksimalkan potensi siswa. 

Ija banyak menjelaskan tentang teknik penggunaan apliksi BK  berbasis online berupa instrumen Identifikasi Masalah Siswa (IMS). 

"Aplikasi BK ini bersifat otomatis sehingga akan membantu memudahkan tugas bapak guru dalam memberikan layanan BK kepada para siswanya," kata Ija. 

Meski begitu, dia menambahkan, aplikasi tersebut tidak dapat digunakan untuk kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3 SD. Tetapi untuk kelas tinggi (kelas 4, 5 dan 6) dapat digunakan karena siswa sudah mampu  mengisinya sendiri. 

Ija menambahkan, ada 9 layanan BK di SD seperti layanan orientasi, layanan pribadi. dan lainnya. Menurutnya, dengan layanan BK berbasis kebutuhan maka guru  dapat mengetahui jenis masalah siswa serta  menentukan jenis layanan yang diberikan berdasarkan permasalahan tersebut. "Setelah itu disusun program baik harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Pemberian layanan juga harus sistematis dan terarah agar hasilnya maksimal," ujarnya.

Pada saat menyampaikan materinya, Angga Putra mengakui tidak mudah menjadi guru SD karena harus mengurus anak-anak masih berusia awal, apalagi tiap anak karakteristiknya berbeda-beda.  "Sekarang juga ada UU Perlindungan Anak. Kita harus benar berhati-hati. Kita tidak boleh lagi memukul, mencubit atau memarahi anak-anak.  Kalau dulu orangtua malah mengapresiasi jika anak dihukum guru. Tapi sekarang sedikit dicubit saja bisa lain ceritanya," ujarnya. 

Kendati begitu, kata Angga, tanggung jawab pendidikan seharusnya tidak boleh dibebankan kepada guru atau sekolah saja. Dia mencontohkan jika dalam satu kelas terdapat 20 anak pasti tidak mudah mengubah karakternya.

Menurut Angga, bagaimana cara menghadapi anak tergantung kreativitas guru. 

"Apalagi sekarang ada kurikulum merdeka. Guru juga sekarang disibukkan urusan administrasi sehingga kurang mengajar. Semua hal ini tentu membutuhkan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalaninya," ujarnya.

Dia menambahkan, pembentukan karakter anak dimulai dari SD bahkan sejak lahir. Karena itu, kata Angga, guru harus mampu menciptakan kedekatan emosional yang baik dengan siswa. Jika ada siswa yang terlambat datang ke sekolah, misalnya, sebaiknya guru menanyakan dulu penyebabnya dan jangan langsung menghakiminya. "Perlakukan siswa seperti anak sendiri," pesannya.

Pelatihan yang dipandu oleh Putri Surya Damayanti tersebut juga diisi dengan sesi berbagi pengalaman guru mengenai beberapa masalah siswa yang sering mereka hadapi di sekolah. Acara ditutup dengan penyerahan buku "Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar" yang disusun tim dosen Prodi PGSD STKIP Yapis Dompu. Penyerahan buku dilakukan oleh Angga Putra kepada satu perwakilan guru. (iy).