
Oleh: Andi Fardian, M.A*
Pada diskusi publik kemarin, saya menyampaikan bahwa salah satu penyebab NTB tertinggal dari provinsi lain dalam banyak aspek adalah karena sikap menjilat dan memuji berlebihan dari orang-orang sekitar kepala daerah, baik itu gubernur, bupati, maupun wali kota. Tim sukses adalah salah satu orang terdekat itu. Saya tidak menyebut semua tim sukses itu menjilat, tapi kebanyakan seperti itu.
Sikap menjilat dan pujian yang berlebihan ini membuat kepala daerah menganggap dirinya hampir sempurna dan tidak punya kekurangan dalam memimpin NTB. Setiap hari diperdengarkan pujian, sekalipun itu kegagalan. Walaupun jelas-jelas data menunjukkan banyak kegagalan, karena jilatan dan pujian berlebihan ini, si bos merasa jumawa dan cenderung menutup mata hati untuk melihat penderitaan rakyat di bawah sana. Malangnya lagi, dibentuk staf-staf yang sebenarnya kerjaannya untuk menangkis kritik dari masyarakat demi menjaga citra baik kepala daerah.
Akibatnya, si bos berasumsi ada perkembangan dan kemajuan. Padahal, realitasnya, ada banyak persoalan yang sebenarnya menjadi bom waktu.
Manusiawi, para bos ini akan merasa di atas angin ketika dipuji dan dijilat. Karena itu, saya sampaikan agar para orang-orang terdekat gubernur dan bupati di NTB mengurangi sikap menjilat yang berlebihan. Sebab, yang akan jadi korban adalah masyarakat.
Jilatan dan pujian yang berlebihan akan membuat kalian buta mata dan hati terhadap keadaan masyarakat dan daerah yang sesungguhnya.
Jangan menganggap NTB itu berkembang, apalagi maju. Dalam banyak aspek, NTB tertinggal dari provinsi-provinsi lain. Data-data menunjukkan itu. Tapi memang wajar, kalian hanya melihat dari kandang NTB. Coba sekali-kali berada di luar, maka kalian akan melihat banyak sekali ketertinggalan.
Tapi di sisi lain, sikap menjilat ini adalah bagian dari upaya untuk mempertahankan hidup. Tidak menjilat, perut tidak terisi. Hari-hari ini, menjilat adalah salah satu cara untuk mencari makan.
Ingat, pengangguran terbuka di NTB mencapai 102.630 ribu orang. Ini PR bagi kepala daerah yang baru terpilih untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang NTB yang menganggur. Itu tugas Anda.
Karena itu juga, saya menyampaikan kepada peserta diskusi agar tidak usah balik dulu ke NTB. Apa yang bisa dilakukan di NTB, di tengah kenyataan defisit lapangan pekerjaan? Per enam bulan, tidak kurang dari 2.500 sarjana baru NTB diwisuda. Lalu, mereka bekerja apa di sana?
Tidak balik dulu ke NTB adalah salah satu cara membantu pemerintah dalam mengatasi membengkaknya angka pengangguran di NTB.
Hei, kalian, orang-orang terdekat kepala daerah di NTB, gunakan akal sehat. Hindari sikap menjilat. Mendukung dengan fanatik itu boleh, tapi jangan sampai kepekaan sosial kalian tumpul.
Kepada orang-orang terdekat dan tim sukses gubernur dan bupati di NTB yang tidak terima dengan tulisan ini, berikut dengan datanya, ayo kota berdebat ilmiah. Biar mata hati kalian terbuka dengan objektif dengan kondisi masyarakat NTB. Jangan pelihara sikap menjilat.
*Penulis: Pengamat Sosial