Teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Kategori Berita

.

Teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Koran lensa pos
Kamis, 23 November 2023


Penyusun :
1. Ratna Kartika Destiyani 
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Muhammad Fikri Azumla 
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Salma Aulia Putri
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

ABSTRAK

Artikel ini membahas teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dampaknya dalam masyarakat. Ikhwanul Muslimin adalah gerakan politik dan sosial yang didirikan oleh Hasan al-Banna di Mesir pada tahun 1928. Gerakan ini memiliki pengaruh yang kuat di banyak negara, termasuk Indonesia. Teologi Ikhwanul Muslimin didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang kuat, dengan penekanan pada kembali ke akar-akar Islam dan 
memperjuangkan nilai-nilai yang dianggap terabaikan oleh masyarakat modern. 

Artikel ini akan menjelaskan pemahaman teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia, termasuk 
penerapan hukum syariah, pendidikan Islam, dan peran gerakan ini dalam memengaruhi 
kebijakan politik. 

Dalam konteks Indonesia, Ikhwanul Muslimin telah mendirikan partai politik dan organisasi-organisasi sosial yang berupaya untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis terhadap literatur dan sumber-sumber yang relevan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dampaknya dalam masyarakat.


PENDAHULUAN

Sejak Hassan al-Banna mendirikannya di Mesir pada tahun 1928, Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi Muslim progresif yang menganjurkan penerapan prinsip-prinsip Islam di segala bidang kehidupan. Sebagai gerakan yang berkarakter politik Islam, Ikhwanul Muslimin 
telah menciptakan landasan ideologis yang memandang Islam tidak hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai sistem komprehensif yang mengatur seluruh aspek kehidupan. 
Eksistensi Ikhwanul Muslimin di Indonesia mencapai puncaknya pada masa kemerdekaan, 
ketika banyak pendukung Islam Indonesia mendirikan cabang dan jaringan yang tumbuh di 
berbagai daerah. Sejak saat itu, Ikhwanul Muslimin di Indonesia menjadi perhatian para pengamat dan peneliti yang tertarik untuk memahami dampak organisasi ini terhadap aspek sosial, politik, dan agama di negara ini. 
Analisa teologi Ikhwanul Muslimin di Indonesia perlu segera dilakukan, terutama karena organisasi ini tidak hanya terlibat dalam pembentukan sejarah politik Islam di Indonesia, namun juga dalam pengajaran dan sosialisasi prinsip-prinsip agama. Oleh karena itu, penelitian ini akan berupaya mengidentifikasi dan memahami akar konsep teologis yang membentuk identitas Ikhwanul Muslimin di Indonesia. 

Dari segi agama, teologi Ikhwanul Muslimin memberikan visi Islam, mengusulkan pandangan hidup yang mencakup aspek spiritual, sosial dan politik. Kajian mendalam terhadap teologi ini di Indonesia akan membuka peluang untuk memahami bagaimana visi keagamaan ini dihubungkan dengan berbagai budaya dan agama yang menjadi ciri khas Indonesia.
Di era globalisasi dan kompleksitas dunia Islam, peran ormas Islam menjadi penting dalam membentuk identitas dan ideologi masyarakat. Ikhwanul Muslimin adalah kelompok yang 
memainkan peran penting dalam bidang ini. Dengan tujuannya mengembalikan prinsip-prinsip 
Islam ke dalam kehidupan sehari-hari, Ikhwanul Muslimin menjadi topik yang menarik, terutama dalam konteks Indonesia yang memiliki lingkungan sosial dan keagamaan yang unik.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada
filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. 

Dalam penelitian kualitatif, manusia merupakan instrument penelitian dan hasil penulisannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Sumber data penelitian yaitu diperoleh dari berbagai literatur bacaan seperti buku, jurnal, 
dan artikel-artikel lainnya. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kualitatif terhadap pesan yang tampak (Berelson & Kerlinger).
Dalam penelitian ini selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik
pengumpulan data yang relevan, sehingga penelitian mengenai proses adaptasi ini dapat mengolah data dan hasil yang relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Pustaka
Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau 
informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi
yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2008:31).

2. Internet Searching
Internet Searching atau pencarian secara online adalah pencarian dengan menggunakan komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau software pencarian tertentu pada 
server-server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia
(Sarwono, 2005: 229).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Organisasi Ikhwanul Muslimin 

a. Tujuan dan prinsip organisasi
Ikhwanul Muslimin (IM) dalam bahasa Arab yaitu Al-Ikhwan Al-Muslimun atau 
secara ringkas yaitu Al-Ikhwan dalam bahasa Melayu yaitu saudara se-Muslim atau dalam 
bahasa Inggris yaitu Muslim Brotherhood, merupakan suatu gerakan berdasarkan ideologi
Islam yang jaringannya berskala antarbangsa yang mempunyai pengaruh di negara-negara 
di dunia. Ikhwanul Muslimin yang nantinya disebut IM, merupakan gerakan Islamis tertua di dunia dan juga sejak lama sebagai kelompok oposisi terbesar di Mesir.
Ikhwanul Muslimin didirikan di Mesir pada tahun 1928, pembentukan itu dipelopori oleh Hassan al-Banna dan enam orang rekannnya. Sebelum terbentuknya Ikhwanul 
Muslimin, pendirinya, Hassan al-Banna, telah lebih dahulu melakukan kegiatan-kegiatan da’wah. IM memiliki prinsip dasar untuk memperjuangkan ajaran Islam sebagai ajaran dasar dan kehidupan bermasyarakat dan beragama. 

Dalam gerakan dan pemikirannya, 
Ikhwanul Muslimin mewakili masyarakat Mesir yang semakin resah dengan ulah pemimpin 
politik dan tokoh intelektual Mesir yang sekuler dan IM menjadi pionir bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri Muslim.

Sejalan dengan pandangan komperhensif IM mengenai Islam, kelompok ini memiliki berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan yang dilandasi oleh paham Islam, 
seperti pendidikan ideologi (at-Tarbiyah al-Aqaidiyyah), pendidikan spiritual (at-Tarbiyah 
al-Ruhaniyah), pendidikan akhlak (at-Tarbiyah al-Khuluqiyah), pendidikan sosial (atTarbiyah al-Ijtimaiyyah), pendidikan intelektual (at-Tarbiyah al-Aqliyyah), pendidikan 
politik (at-Tarbiyah al-Siyasah) dan pendidikan olahraga (at-Tarbiyah al-jismiyah).

IM berusaha menghilangkan sekularisme dan mengembalikan kembali Mesir kepada Al-Qur’an sebagai pedoman dasar aturan kehidupan di keluarga, masyarakat dan Pemerintah Mesir, dengan prinsip IM yaitu: “Allah is our objective, The Prophet is our 
Leader, Qur’an is our law, Jihad is our way, dying in the way of Allah is our highest hope”.

Ketika berbicara soal politik dan hubungannya dengan IM, patut untuk ditegaskan bahwa kekuasaan bukan menjadi sasaran utama IM. Tujuan mereka adalah untuk 
mewujudkan sistem islami, kapanpun sistem ini terwujud, dan siapapun orang yang 
mewujudkannya, IM siap menjadi prajurit dan pendukungnya. 

Sejalan dengan tujuannya, cara pandang IM terhadap Islam tidaklah sederhana, karena menurut mereka Islam adalah The Way of Life” (jalan kehidupan) dan Islam merupakan ideologi yang menyeluruh (comprehensive) untuk kehidupan pribadi ataupun kehidupan bermasyarakat.
Ideologi tersebut terus berkembang dan bertransformasi menjadi pergerakan-pergerakan 
yang dilakukan IM khususnya pada masa Hosni Mubarak, dengan meluasnya gerakan-gerakan yang berkaitan dengan partisipasi publik. IM membentuk organisasi masyarakat yang bernama Islamic Trends untuk memfasilitasi infiltrasi IM pada asosiasi-asosiasi 
profesional di Mesir. Tidak lama Islamic Trends mengikuti pemilihan umum di asosiasi insinyur, dokter gigi, ilmuwan, agronomis, farmasi, jurnalis, pengacara dan pegawai swasta. Islamic Trends mampu memenangkan beberapa posisi strategis di asosiasi-asosiasi tersebut. Hal itu menjadikan Islamic Trends (Ikhwanul Muslimin) menjadi blok kekuatan politik baru bagi elit profesional yang sudah ada sebelumnya.

Dasar dan Tujuan Ikhwanul Muslimin di Indonesia yaitu kerangka pemikiran, Ikhwan al-Muslimin adalah untuk melakukan gerakan yang berkaitan dengan masalah moral masyarakat, ekonomi, dan fungsionalisasi agama yang dinilainya sudah kurang mampu 
membendung pengaruh sekuler. Selain hal tersebut, yang paling penting dijadikan doktrin 
Ikhwan al-Muslimin dalam melancarkan pembaharuan adalah:
a. Allah tujuan kami
b. Rasulullah teladan hidup kami
c. Alqur’an undang-undang dasar kami
d. Jihad adalah jalan perjuangan kami
e. Syahid di jalan Allah adalah setinggi-tinggi cita-cita kami.


Tentang tahapan dakwah, Hasan al-Banna membaginya menjadi tiga tahap: 
1) tahap pengenalan; 
2) tahap pembentukan;
3) tahap pelaksanaan. 


Dalam Risalah Ta’alim, Hasan al-Banna berkata, ”Rukun Bai’at kita ada sepuluh. Karena itu hafalkan baik-baik. Yaitu, paham, ikhlas, ’amal, jihad, berkorban, tetap pada 
pendirian, tulus, ukhuwah, dan percaya diri.” 
Kemudian ia memberi penjelasan 
terhadap rukun-rukun tersebut. Ia berkata,”Wahai saudaraku yang sejati! Ini merupakan garis besar dakwah anda. Anda dapat menyimpulkan prinsip-prinsip 
tersebut menjadi lima kalimat berikut: 1) Allah tujuan kami, 2) Rasulullah SAW
teladan kami, 3) Al-Qur’an pedoman kami, 4) Jihad jalan kami, 5) Mati syahid cita-cita kami yang tertinggi.


Ciri-cirinya dapat disimpulkan pula menjadi lima kata, yaitu: sederhana, 
membaca Al-Qur’an, shalat, sikap ksatria dan akhlak. Ustadz Sayyid Quthb, dalam bukunya Khashaish Al-Tashawwur AlIslami wa Muqawwimatuhu, memberikan 
gambaran tentang pemahamannya dan pemahaman Ikhwan. Karakteristik konsepsi 
Islami itu berasaskan kepada: 1) rabbaniyyah, 2) tetap, 3) seimbang, 4) positif, 5) realistik, dan 6) tauhid. Setiap karakteristik diberi penjelasan tersendiri secara gamblang dan luas. 
Lambang IM ialah: dua bilah pedang menyilang melingkari Al-Qur’an, ayat AlQur’an (wa ‘adu; tulisan arab) dan tiga kata: haq (kebenaran), quwwah (kekuatan) dan hurriyah (kemerdekaan).
b. Prinsip Dakwah Ikhwanul Muslimin 
Pada prinsipnya, Ikhwanul Muslimin beranggapan bahwa Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh bidang dan sendi kehidupan. Ia adalah: 
negara dan tanah air; pemerintah dan umat; akhlak dan kekuatan; kasih sayang dan 
keadilan; peradaban dan undang-undang; ilmu dan peradilan; materi dan sumber daya alam; penghasilan dan kekayaan; jihad dan dakwah; pasukan dan pemikiran. 
Makna dari semua itu adalah akidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam pernyataannya Imam Hasan al-Banna menyebut istilah 
syamil (universal), kamil (sempurna) dan mutakamil (integral), untuk Islam dan nilai yang diperjuangkan. 
Nilai perjuangan al-Banna yaitu untuk menyerukan pemerintah Mesir pada khususnya dan bangsa Arab dan Islam untuk kembali kepada Islam. Beberapa pemikiran Al Ikhwan, antara lain:
1. Inklusivitas Islam. Islam adalah agama dan negara, ibadah dan jihad, ketaatan dan perintah, kitab (mushaf) dan pedang (saif).
2. Islam harus dikembalikan kepada ajaran awalnya. Pada konferensi ke-5 Ikhwan yang diselenggarakan pada tahun 1938, Hasan al-Banna 
menyatakan “kita harus mengambil ketentuan-ketentuan Islam dari 
sumber-sumbernya yang asli dan memahami Islam sebagaimana dipahami oleh pengikut Nabi dan murid mereka dari generasi salaf yang saleh”.

3. Pan-Islam. 
al-Banna menyatakan dengan jelas bahwa setiap milimeter tanah tempat bendera Islam berkibar adalah tanah air bagi setiap muslim dan harus dipertahankan. Seluruh umat Islam adalah satu umat, dan 
tanah air Islam adalah satu tanah air. 
4. Konsep khilafah dipahami sebagaimana sebelumnya. Dalam konferensi yang sama, al -Banna menegaskan bahwa Ikhwan meyakini khilafah merupakan simbol kesatuan Islam.
5. Pemerintah Islam. 
Dalam Islam, Ikhwan menurut al-Banna, pemerintahan Islam merupakan ajaran dasar. Ikhwanul Muslimin dapat dikatakan sebagai gerakan sosial keagamaan yang fundamentalis. 

c. Eksistensi Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslim yang didirikan oleh Syaikh Hasan Albana. Yang pusatnya di Islamiyah, Mesir. Organisasi ini mulai berada pada tahun 1928, dengan persebarannya IM kurang lebih di 70 negara, mulai dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara hingga Amerika Serikat dan Kanada. Hal ini sifat jaringannya sangat fleksibel dan setengah tertutup. Dengan segala upaya IM berusaha mengakomodasi kelompok salafi yang paham wahabi, merangkul kelompok tradisional dan juga merangkul kelompok pembaharu yang dipengaruhi oleh Muhammad Abduh. Dan hadirnya di Indonesia dengan awalnya melalui lembaga-lembaga atau jaringan yang memungkinan untuk penyebaran yaitu dengan lewat kampus melalui lembaga dakwah kampus ini yang kemudian menjadi gerakan tarbiyah.
Dalam hal ini, tarbiyah memasuki Indonesia pada tahun 1980-an, dengan gerakan IM tarbiyah ini yang bertujuan yaitu membentuk “dauhlah islamiyah”. Namun, dengan 
tujuan seperti ini melakukannya tidak dengan kekerasan melainkan memanfaatkan instrumen demokrasi demi tercapainya cita-cita itu. Maka, tokoh yang mengusung ini 
adalah Rahmat Abdullah dan Hilmi Aminudin Hasan.

Secara umum, pembagian kelompok Ikhwanul Muslimin ini terbelah menjadi dua ombak besar. Pertama, tarbiyah. Kedua, Jihad. Kelompok jihad ini secara kelompok ikhwanul muslimin yang sangat rahasia sehingga secara tertutup, sejumlah kelompok jihad ini dilatih langsung militer dengan doktrinnya kesetiaan seperti halnya tarikat dan 
mursyid, di bawah komando langsung ikhwanul muslimin para militer ini menarik kelompok sekuler yang ingin belajar disiplin militer, didikannya pun tidak main-main demi sebuah jihad yang ditempuh. Kelompok ikhwanul muslimin tarbiyah yang dengan ada tiga jalur penting pengembangan di Indonesia yaitu kelompok usroh di kampus, alumni timur tengah, alumni LPPIA. Pertemuan ketiga ini yang melahirkan PKS.
Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi Islam internasional mempunyai tujuan utama 
mengembalikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat. Visi tersebut mencakup upaya penerapan ajaran Islam dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk sosial, politik, 
dan ekonomi. Di seluruh dunia, kelompok-kelompok ini didirikan berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang mendasari pandangan dunia mereka. Tujuan ini mencerminkan 
keinginan untuk menciptakan masyarakat yang diatur berdasarkan prinsip-prinsip Islam. 

Di Indonesia, cabang Ikhwanul Muslimin berperan penting dalam memperjuangkan misi tersebut. Sejarah keberadaan organisasi ini di Indonesia memiliki kontribusi yang 
besar terhadap respons keagamaan dan sosial negara. Dalam konteks ini, tujuan organisasi dipandang sebagai upaya memperkuat identitas Islam dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.

d. Struktur organisasi 

Struktur organisasi Ikhwanul Muslimin di Indonesia memegang peranan penting 
dalam mencapai tujuannya. Prosesnya diatur secara individual dan mencakup berbagai proses yang menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai organisasi. Pemimpin dipilih secara demokratis dan mencakup tingkat pusat dan daerah. Para pemimpin pusat dan daerah bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk upaya menyebarkan ajaran Islam dan memberdayakan masyarakat. 
Hubungan antara pemimpin pusat dan pemimpin daerah menciptakan saluran komunikasi efektif, yang memungkinkan organisasi untuk mengembangkan hubungan. Keberhasilan organisasi ini dalam mempromosikan agenda keagamaan dan sosial di Indonesia tidak lepas dari organisasinya yang terorganisir dengan baik. Melalui 
kemitraan ini, Ikhwanul Muslimin bertujuan untuk menciptakan dampak yang sangat positif 
dan mendalam bagi masyarakat.

Keberadaan Ikhwanul Muslimin di Indonesia
a. Kehadiran fisik dan emosi 

Eksistensi Ikhwanul Muslimin di Indonesia sebenarnya ditunjukkan dengan kehadiran fisik organisasi tersebut di berbagai tempat, mulai dari kantor pusat hingga gedung-gedung publik yang menjadi tempat kerja. Keberadaannya tidak hanya bersifat simbolis, namun juga menunjukkan tangan suatu kelompok yang membantu dalam membentuk dan memengaruhi situasi sosial. Di tingkat daerah, lembaga dan pusat acara merupakan wadah penting bagi berbagai kegiatan keagamaan, pendidikan, dan sosial yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat.
Selain kehadirannya secara fisik, Ikhwanul Muslimin juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan umat Islam di Indonesia. Organisasi ini dapat menciptakan ikatan emosional dengan anggotanya dan masyarakat. Melalui praktik keagamaan dan sosialnya, Ikhwanul Muslimin berpartisipasi dalam menciptakan pemahaman dan identitas Islam, memperkuat rasa persatuan dan menciptakan perasaan positif antara anggotanya dan masyarakat negara
b. Perusahaan dan jaringan di Indonesia 
Ikhwanul Muslimin tidak hanya mempunyai kehadiran sentral dari kantor pusatnya, namun juga mempunyai cabang aktif di berbagai wilayah di Indonesia. Cabang-cabang ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat pertemuan dakwah Islam, tetapi juga sebagai perwakilan perubahan sosial. Kegiatan sosial dan keagamaan cabang-cabang ini mencakup 
berbagai aspek, mulai dari pendidikan hingga dukungan masyarakat. 
Jaringan Ikhwanul Muslimin di Indonesia tidak hanya sekadar organisasi leagamaan, namun juga organisasi yang ikut serta dalam mendukung permasalahan sosial. 
Kontribusi aktifnya terhadap pembangunan negara tercermin melalui berbagai program dan 
inisiatif yang sedang dikerjakan oleh cabang-cabangnya. Sebagai pekerja sosial, Ikhwanul Muslimin berupaya memberikan solusi yang baik terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, membangun kesejahteraan dan berkontribusi positif terhadap 
pembangunan nasional.

Analisis Teologis Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Ikhwanul Muslimin (Ikhwan) pada hakikatnya adalah sebuah gerakan pembaharuan Islam 
yang sama dengan gerakan lain seperti Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi, gerakan 
PanIslamisme Jamaluddin al-Afghani, dan lain sebagainya. Ikhwan hadir sebagai sebuah gerakan Islam yang mencoba menyempurnakan pemikiran Islam pada organisasi-organisasi atau gerakan-gerakan tersebut. Ikhwanul Muslimin juga menyerukan untuk kembali kepada Islam sebagaimana Al-Quran dan Sunah, mengajak untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupan, dan berdiri tegak menantang arus sekulerisasi di dataran Arab pada masa itu.
Pemikiran dari Ikhwanul Muslimin sebenarnya dinamis dan berkembang seiring dengan
berkembangnya zaman. Namun ada satu hal yang tidak berubah sedari dulu, Ikhwan mengambil pemikiran aliran Salafiah (kembali kepada Al-Quran dan Sunah) dan menjaga diri
dari segala bentuk kemusyrikan demi tercapainya kesempurnaan tauhid. Aliran pemikiran
dakwah dan pergerakan Ikhwan terpengaruh oleh gerakan dakwah Syaikh Muhammad Abdul Wahab, gerakan dakwah Sanusiah, dan gerakan dakwah Sayid Rasyid Ridha.

Sebagai sebuah organisasi, pemikiran Ikhwan terbentuk dari berbagai diskusi, interaksi, 
dialog, serta pergumulan pemikiran para tokoh-tokohnya. Namun dasar pemikiran dari Ikhwanul Muslimin sangat dipengaruhi oleh dua tokohnya, yaitu Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb. Secara umum, Ikhwan memandang bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh dan meliputi segala kehidupan. Maka dari itu, Islam sudah sepatutnya tidak hanya digunakandalam aspek ritual, melainkan juga harus diimplementasikan dalam kehidupan manusia dalam berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Pemisahan antara agama dengan negara menjadi salah satu hal yang tidak disetujui oleh IM. Dengan demikian, sekularisme menjadi musuh utama yang akan terus ditentang Ikhwanul Muslimin.

Pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia 

Ikhwanul Muslimin memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Mesir, juga bangsa Islam lainnya yang dicengkeram imperialis 
Barat, seperti Palestina dan Indonesia. Bahkan Mesir menjadi negara pertama yang mengakui secara de facto kemerdekaan RI, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ikhwanul Muslimin kemudian berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi. Selain itu, organisasi di Indonesia yang juga terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin adalah Persaudaraan Muslimin 
Indonesia, Partai Masyumi Baru (1998), Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998), Partai Bulan Bintang (1998), Partai Keadilan (1998), Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001), dan Partai Keadilan Sejahtera (2002).
Ikhwanul Muslimin, atau Ikhwan, adalah gerakan Islam yang muncul di Mesir pada awal 
abad ke-20. Mereka mengusung pemahaman Islam yang holistik, mencakup aspek kehidupan 
gerakan Islam yang mencoba menyempurnakan pemikiran Islam pada organisasi-organisasi atau gerakan-gerakan tersebut. Ikhwanul Muslimin juga menyerukan untuk kembali kepada Islam sebagaimana Al-Quran dan Sunah, mengajak untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupan, dan berdiri tegak menantang arus sekularisasi di dataran Arab pada masa itu.
Pemikiran dari Ikhwanul Muslimin sebenarnya dinamis dan berkembang seiring dengan
berkembangnya zaman. Namun ada satu hal yang tidak berubah sedari dulu, Ikhwan mengambil pemikiran aliran Salafiah (kembali kepada Al-Quran dan Sunah) dan menjaga diri
dari segala bentuk kemusyrikan demi tercapainya kesempurnaan tauhid. Aliran pemikiran
dakwah dan pergerakan Ikhwan terpengaruh oleh gerakan dakwah Syaikh Muhammad Abdul Wahab, gerakan dakwah Sanusiah, dan gerakan dakwah Sayid Rasyid Ridha.
Sebagai sebuah organisasi, pemikiran Ikhwan terbentuk dari berbagai diskusi, interaksi, 
dialog, serta pergumulan pemikiran para tokoh-tokohnya. Namun dasar pemikiran dari
Ikhwanul Muslimin sangat dipengaruhi oleh dua tokohnya, yaitu Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb. Secara umum, Ikhwan memandang bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh dan meliputi segala kehidupan. Maka dari itu, Islam sudah sepatutnya tidak hanya digunakan dalam aspek ritual, melainkan juga harus diimplementasikan dalam kehidupan manusia dalam
berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Pemisahan antara agama dengan negara menjadi salah satu hal yang tidak disetujui oleh IM. Dengan demikian, sekularisme menjadi musuh utama yang akan terus ditentang Ikhwanul Muslimin.


Relevansi teologi ikhwanul muslimin
A.Sosial
Pendudukan Perancis dan kemudian Inggris atas Mesir, berakibat pada hancurnya 
kehidupan sosial masyarakat. Sebagai dampak nyata dari dominasi tersebut adalah
terjadinya dekadensi moral, manipulasi dan kehancuran dalam berbagai aspek kehidupan. 
Realitas sosial masyarakat Mesir ini tidak luput dari pengamatan al-Banna. Maka 
alternative pemecahannya tidak kalah penting dari ide dan gerakan pembaruan al Banna. 
Masyarakat Mesir ketika itu dalam kemiskinan sebagai akibat dari monopoli Inggris. 
Konsekwensi lain dari penduduk Inggris adalah kebodohan, Rendahnya tingkat kesehatan 
dan dekadensi moral. Berhadapan dengan realitas sosial yang sedemikian rupa, maka sangat tepat jika al-Banna melontarkan gagasan perlunya dilakukan kegiatan ekonomi bersama dan penghapusan dominasi minoritas dalam perekonomian. Dengan gagasan ini, kelihatannya al-Banna ingin melakukan aktifitas sosial pada pemerataan keadilan. Gagasannya di bidang
sosial lainnya adalah pengadaan sarana kesehatan, rumah penampungan, poliklinik, 
pemberian makan pada fakir miskin dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi para penganggur.
B.Politik
Inggris mulai menduduki Mesir pada tahun 1882. Sebagai akibat dari pendudukan ini adalah terjadinya gejolak dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain politik, sosial, 
ekonomi dan budaya. Adapun persoalan utama dan pertama yang dihadapi oleh masyarakat 
Mesir adalah perolehan kemerdekaan dan perumusan dasar negara.
Dalam pada itu muncul tiga teori yang ditawarkan dalam perumusan dasar negara. Ketiga
teori tersebut adalah patriotism, nasionalisme, Pan-Islamisme . Ketiga teori ini tersebut
memberikan insipirasi terhadap al-Banna untuk memformulasikan system politik Mesir. Ide patriotism dan nasionalis menurut al-Banna secara substansi tidak bertentangan dengan 
Islam. Menurut al-Banna, karakteristik patriotism yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah: bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan, menumbuhkan rasa kewajiban untuk membela diri (bangsa) dari kolonialis dan membuka wilayah Islam. Dengan demikian, patriotism yang dikedepankan al-Banna tidak dibatasi oleh batasan geografis, melainkan persamaan agama. Adapun nasionalisme, menurut al-Banna, harus didasarkan pada jiwa kebangsaan dan ikatan aqidah Islam, pelestarian tradisi lama yang baik yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan pemberian kehormatan serta penghargaan 
terhadap seseorang karena jasanya.
Dengan demikian, nasionalismenya tidak keluar dan masih dalam kerangka Islam, serta tidak membawa kepada munculnya konflik antara golongan atau partai dan tidak melestarikan tradisi tradisi jahiliyah. Al-Banna sebagai seorang pembaru yang orientasinya salafi, berupaya untuk menghidupkan model pemerintahan salafi, yaitu model khilafat seperti al-Khulafa al-Rasyidiun. Karena pada masa inilah, sistem politik Islam benar-benar diterapkan secara utuh. Munculnya pemikiran ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasannya 
terhadap sistem politik yang ada pada saat itu. Hal ini sesuai dengan obsesinya, yakni
perlunya penerapan secara utuh dalam segala aspek kehidupan. 
Pemikiran tersebut sebagaimana tergambar dalam pernyataannya sebagai berikut 
:karena itu, Ikhwan Al-Muslimin tidak berambisi untuk menjadi pemerintah, jika ada suatu
bangsa atau golongan yang sanggup memikul beban atau amanah ini dan berhukum
menurut sistem Islam dan Al -Qur’an, mereka siap menjadi pembela dan bala tentaranya, 
namun jika tidak, Ikhwan Al-Muslimin yang akan mengaturnya dan ia siap mengambil alih pemerintah yang tidak melaksanakan hukum Islam. Dalam kaitannya dengan pihak penjajah, yaitu Inggris, al-Banna tidak memberikan tawaran lain, kecuali Inggris meninggalkan wilayah Mesir. Inggris di mata al-Banna merupakan penjajah 
yang hanya berupaya untuk mengeksploitasi kekayaan dan tenaga rakyat Mesir, karena itu 
tidak ada pilihan lain bagi rakyat Mesir kecuali mengadakan perlawanan terhadapnya.

 Ada beberapa poin relevan termasuk:
1. Pemahaman Holistik: Ikhwanul Muslimin menawarkan pemahaman Islam yang holistik, 
mencakup aspek spiritual, sosial, politik, dan ekonomi. Ini dapat relevan dalam usaha 
menyatukan berbagai dimensi kehidupan dengan prinsip-prinsip agama.

2. Partisipasi Politik: Beberapa kelompok yang terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin aktif dalam partisipasi politik dengan tujuan memperjuangkan kebijakan yang sesuai dengan 
prinsip-prinsip Islam. Ini mencerminkan relevansi teologi Ikhwanul Muslimin dalam ruang 
politik.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam konteks pluralitas dan keragaman di 
Indonesia, berbagai pemahaman Islam ada dan terlibat dalam dinamika sosial dan politik. 
Relevansi teologi Ikhwanul Muslimin akan bergantung pada bagaimana pemahaman 
tersebut diadaptasi dan diartikulasikan dalam respons terhadap tantangan dan perubahan di masyarakat Indonesia.

Analisis Signifikansi Teologis Ikhwanul Muslimin di Indonesia

a. Pentingnya dan status agama 
Teologi Ikhwanul Muslimin mempunyai pengaruh yang besar terhadap situasi 
keagamaan di Indonesia. Perasaan ini terwujud dalam pemahaman Islam yang dianut oleh para pengikut Ikhwanul Muslimin, sehingga menciptakan kekuatan baru dalam haluan agama. Negara-negara yang menganut ajaran Ikhwanul Muslimin seringkali memiliki penafsiran Islam yang berakar pada prinsip-prinsip kelompok tersebut. Hal ini tidak hanya berdampak pada cara beribadah, namun juga mendorong partisipasi aktif dalam upacara keagamaan, sehingga menempatkan Ikhwanul Muslimin sebagai pemain penting dalam 
membentuk sejarah agama di Indonesia.

b. Pentingnya dan dimensi sosial 
Teologi Ikhwanul Muslimin tidak hanya berperan dalam sektor keagamaan, namun 
membentuk bagian masyarakat yang menganutnya. Prinsip-prinsip yang diusung teologi ini, 
seperti konsep al-wala 'wal bara' (cinta dan benci karena Allah), menjadi landasan 
hubungan sosial di lingkungan Ikhwanul Muslimin. Hubungan antar individu berpedoman 
pada nilai-nilai agama, sehingga tercipta masyarakat yang kokoh dan bersatu.
Terlebih lagi, teologi Ikhwanul Muslimin berkontribusi pada pengorganisasian nilai-nilai keluarga dan pekerjaan sosial. Anggota didorong untuk membangun hubungan 
keluarga yang kuat dan aktif dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
c. Pentingnya dan dimensi politik 
Teologi Ikhwanul Muslimin menciptakan dimensi politik yang kuat sehingga 
memengaruhi partisipasi politik umat Islam di Indonesia. Ideologi politik yang tercermin 
dalam teologi mereka membentuk sikap dan kepentingan politik anggota Ikhwanul Muslimin. Dari segi politik, kelompok-kelompok ini mempunyai pengaruh yang besar baik melalui dukungan politik langsung maupun melalui pengaruhnya dalam pemilu.
Pentingnya aspek politik dan teologis Ikhwanul Muslimin banyak menciptakan 
revolusi politik di Indonesia. Para pengikutnya seringkali aktif dalam proses politik, membawa prinsip-prinsip agama mereka ke dalam politik dan berkontribusi pada pengembangan kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Teologi Ikhwanul Muslimin dan Konsep Pendidikan Islam di Indonesia
a. Dampaknya terhadap sistem pendidikan Islam 
Teologi Ikhwanul Muslimin memegang peranan penting dalam perkembangan 
pendidikan Islam di Indonesia. Prinsip-prinsip teologis yang diusung organisasi ini sangat 
mempengaruhi kurikulum dan pendekatan Islam. Pemahaman hakimiyah (kedaulatan 
Tuhan) dan konsep penginjilan menjadi landasan utama bahan dan metode pengajaran. 
Dampaknya tidak hanya pada sisi hukum saja, namun juga menciptakan lingkungan 
belajar yang menjadikan siswa memahami prinsip-prinsip Islam. Sekolah atau lembaga 
pendidikan yang didirikan atau dijalankan oleh anggota Ikhwanul Muslimin biasanya 
menanamkan pemahaman agama sesuai dengan teologi kelompoknya. Hal ini menciptakan generasi pelajar yang tidak hanya memahami ajaran agama secara jernih, namun dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Perilaku dan perkembangan perilaku 
Prinsip-prinsip teologis yang diusung Ikhwanul Muslimin menjadi pilar dalam 
pengembangan karakter, perilaku dan sikap peserta didik dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia. Konsep al-wala 'wal bara' (cinta dan benci karena Allah) menjadi landasan 
terjalinnya hubungan sosial dan perilaku akhlak peserta didik. 
Selain itu, aspek dakwah teologi Ikhwanul Muslimin mendorong kemampuan santri dalam berperan sebagai duta Islam. Pendidikan tidak hanya terfokus pada pendidikan tetapi 
juga pada pembangunan manusia yang mencerminkan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, prinsip-prinsip teologis tersebut membantu membentuk sikap yang kuat dan positif terhadap lingkungan, sehingga melahirkan peserta didik yang tidak hanya beragama, tetapi juga berperilaku sosial sesuai dengan standar yang dianutnya.

PENUTUP

Keberadaan Ikhwanul Muslimin di Indonesia tidak hanya terbatas pada keberadaan 
fisik organisasinya, kantor pusat, dan gedung-gedungnya saja. Selain itu, kehadiran ini 
menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat setempat sehingga menandai 
peran utama organisasi ini dalam melindungi identitas Islam di Indonesia. 
Teologi Ikhwanul Muslimin dengan prinsip-prinsip pokoknya seperti hakimiyah, 
dakwah dan al-wala’ wal bara’ mempunyai pengaruh yang besar dalam berbagai aspek 
kehidupan. Di sisi keagamaan, organisasi ini tidak hanya menjadi penjaga jati diri Islam 
tetapi juga aktif dalam dakwah Islam. Lebih jauh lagi, prinsip-prinsip teologisnya 
memberikan landasan bagi partisipasi aktif dalam kehidupan publik dan politik, sehingga menciptakan dimensi penuh dalam kontribusinya terhadap masyarakat dan negara.

REFERENSI
Abdullah, Taufik. Ensiklopedi Tematis Hukum Islam, Dinamika Masa Kini. Jakarta: Ichtiar 
Baru Van Houve. 2002.

Abdurrahman, Dudung. 
Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Al-Banna, Hassan. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Solo: Intermedia. 1997.
Aqlania (2019). Sejarah dan Gerakan Politik Ikhwanul Muslimin. 
Bernard Lewis, ed., The Encylopedia of Islam (Vol. III ; London : Tomechanical Report, 
1960)
Efendi, Mokhtar. Ensiklopedia Agama dan Flisafat. Palembang: Percetakan Universitas 
Sriwijaya. 2001.
Gagasan ini diajukan oleh Rifa’ah Rafi Badawi Al-Tahthawi (1801-1873). Lihat Harun 
Nasution Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta : 
Bulan Bintang, 1991)
Huda, Fatkhan Amirul. “Pengertian Dan Definisi Kajian Pustaka.” Fatkhan.Web.Id. Last 
modified 2017.
Iryana, Wahyu. Historiografi Umum. Bandung: Yrama Widya, 2019.
Leiken, Robert S. & Brooke, Steve. The Moderat Muslim Brotherhood. 2007.
Khalikin, Ahsanul. Ikhwanul Muslimin dan Gerakan Tarbiyah di Banten dan Kota Batam, 
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11, 2012.
Lihat Amin Rais Cakrawala Islam (Bandung : Mizan, 1986)
Lukman Hakim (2014). Gerakan Ikhwatul Muslimin Di Indonesia. 
Musyarif (2017). Hasan Al – Banna Al – Ikhwan Al – Muslimun : Studi Pemikiran Dan 
Gerakan Dakwah. 
M. Arsyam dan M. Ray Fauzan. “Genealogi Gerakan Fundamentalisme Islam di 
Indonesia”, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol.3 No.2. 2022.
Muhalhil Syaikh, Jasim. Ikhwanul Muslimin: Deskripsi, Jawaban Tuduhan dan Harapan 
ed. Hawari Aulia. Indonesia. 2013.
Musyarif, M.Ag, dan Ahdar, M.Pd. I. Pendidikan Islam Ikhwanul Muslimin (Telaah 
Pemikiran Hasan al-Banna).
Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
Peletak dasar gagasan Pan-Islamisme adalah Jamaluddin Al-Afgahni (1839-1897).
Ulfah, Novi Maria. SEJARAH DAN STRATEGI DAKWAH IKHWANUL MUSLIMIN, Jurnal 
SMaRT Studi Masyarakat Religi dan Tradisi Volume 02 No.02. 2016.
Z Abidin – Tasamuh (2015). Wahabisme, Transnasionalisme dan Gerakan-Gerakan Radikan 
Islam di Indonesia. 
Ziad, Munson. Islamic Mobilization: Social Movement Theory and the Egyptian Moslem 
Brotherhood, the Sociological Quarterly, Vol. 42 No.4, Department of Sociology, 
Harvard University. 2001