Tiga Pelajar SMA Gali Informasi Tentang Situs Doro Mpana, Ini Penjelasan Mantan Lurah Kandai Satu

Kategori Berita

.

Tiga Pelajar SMA Gali Informasi Tentang Situs Doro Mpana, Ini Penjelasan Mantan Lurah Kandai Satu

Koran lensa pos
Senin, 15 Agustus 2022

 

Mantan Lurah Kandai Satu, Dedi Arsyik, S. Sos sedang menjelaskan tentang situs klasik Doro Mpana kepada 3 pelajar SMAN 1 Dompu


Dompu, koranlensapos.com - Tiga orang pelajar SMA Negeri 1 Dompu, Senin (15/8/2022) menemui mantan Lurah Kandai Satu Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu, Dedi Arsyik, S. Sos. Mereka ingin menggali informasi lebih banyak tentang Doro Mpana, salah satu situs budaya klasik yang berada di Kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB itu.

Sejumlah pertanyaan dilontarkan oleh 2 siswa bernama panggilan Exel dan Rizki serta seorang siswi bernama Mita itu.

Mereka menanyakan bagaimana awalnya ditemukan Situs Doro Mpana ?   Kapan dan sudah berapa kali dilakukan ekskavasi ? Apa saja benda - benda yang ditemukan selana proses ekskavasi ? Apakah area situs itu adalah milik Pemda atau milik pribadi ?  Apakah sudah ada petugas yang menjaganya ?
 
Mengawali paparannya, Dedi dengan kerendahan hati menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup mumpuni untuk memberikan jawaban yang mendetail atas pertanyaan - pertanyaan di atas.. Tetapi pengalamannya mendampingi para peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar membuatnya bisa memberikan gambaran walau sekilas tentang Situs Doro Mpana itu.

"Information is not knowledge. The only source of knowledge is experience" (Informasi bukanlah pengetahuan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman)," ujarnya mengawali ulasannya mengutip pernyataan Ahli Fisika Albert Einstein.

"Pengalaman kami berada di antara teman - teman Balar Bali dalam 2 tahap penelitian di Situs Doro Mpana, banyak memberi kami informasi dan pengalaman," kata pejabat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu itu.
Situs Doro Mpana di Kelurahan Kandai Satu Dompu hasil proses eksavasi oleh para arkeolog dari Balar Bali

Merujuk pada pemaparan Ketua Tim Ekskavasi,  Ni Putu Eka Julia bahwa Situs Doro Mpana terletak di sebuah bukit di antara perbukitan bergelombang berlereng sedang-terjal dan dataran alluvium di Kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu.  Nama Dompu muncul dalam Kitab Negarakertagama yang berangka tahun 1365. Dalam sumpahnya, Patih Gajah Mada mengatakan tidak akan amukti palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Setelah itu, nama Dompu tidak terdengar lagi hingga tiga abad kemudian muncul kembali dalam Kronik Gowa bahwa Bima, Dompo, dan Sumbawa ditaklukkan oleh Karaeng Matoaya, Raja Tallo yang merangkap sebagai Perdana Menteri Kerajaan Gowa (1618-1632).

Penelitian di Situs Doro Mpana, pertama kali dilakukan pada tahun 2018 berdasarkan laporan Lurah Kandai Satu(Dedi Arsyik, S.Sos) tentang adanya temuan fragmen gerabah, fragmen keramik, batu dimpa, fragmen benda logam dan rangka manusia. Batu dimpa yang berasal dari kata ‘batu timpa’, merupakan nama yang diberikan masyarakat saat ini untuk batu pipih bundar tidak sempurna yang ditemukan di sekitar situs. Batu dimpa diduga merupakan batu penanda kubur. Temuan ekskavasi tahap pertama yaitu berupa fragmen gerabah yang terkonsentrasi di atas batu dimpa, fragmen tulang rangka manusia, fragmen keramik dan serpih batu rijang. 

"Dari penelitian tahap pertama disimpulkan bahwa di Situs Doro Mpana terjadi aktivitas penguburan di masa lalu," jelasnya.

Masih merujuk pada penjelasan Ni Putu Julia, Dedi mengemukakan bahwa temuan fragmen keramik asing membuktikan bahwa masyarakat pendukung Situs Doro Mpana telah mengadakan hubungan dengan dunia luar. Keramik Dinasti Song dari Tiongkok abad X-XIII M ditemukan di dalam kotak ekskavasi. Fragmen keramik asing lainnya berasal dari Tiongkok Dinasti Ming (XV-XVI M), dan Dinasti Qing (Abad XVII-XIX M). Selain itu ditemukan pula keramik Thailand dan Vietnam.

 Penelitian Tahap kedua di Situs Doro Mpana mencoba mengungkap kronologi pemanfaatan Situs Doro Mpana dan kondisi lingkungan masa lalu serta perubahannya. Berdasarkan hasil analisis radiocarbondating C14 terhadap sampel arang menunjukkan bahwa pemanfaatan Situs Doro Mpana untuk penguburan terjadi sekitar akhir abad XIII -XIV Masehi. Masyarakat pendukung Situs Doro Mpana telah memanfaatkan sumber alam di sekitarnya yakni batu diorit (yang disebut batu dimpa oleh masyarakat sekarang) sebagai bagian dari ritual penguburan yang mereka lakukan. Sumber batu dimpa berlokasi sekitar 100 meter dari lokasi ekskavasi. Keberadaan fragmen gerabah terkonsentrasi yang berasosiasi dengan temuan rangka manusia mengarah pada pemanfaatannya sebagai bekal kubur. Namun asumsi ini masih perlu diperkuat dengan data-data tambahan, sebab hingga saat ini belum ditemukan satupun gerabah utuh.

"Sebenarnya jika saja tidak terkendala Pandemi Covid -19 untuk dua terakhir (2020 - 2021) Penelitian Situs Doro Mpana masih akan dilanjutkan kembali.  Mengingat peran pentingnya dalam merekonstruksi budaya masa lalu yang pernah tumbuh di Doro Mpana sebagai bagian dari Kerajaan Dompu. Dompu telah memiliki budayanya sendiri sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha dan Islam. Banyak nilai-nilai penting yang akan dapat terungkap dan diteladani seiring berjalannya proses penelitian," pungkasnya. (emo).