Pantai Paropa, Suguhkan Aneka Pesona Keindahan

Kategori Berita

.

Pantai Paropa, Suguhkan Aneka Pesona Keindahan

Koran lensa pos
Kamis, 02 September 2021

 

  Pantai Paropa di Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu


Dompu, koranlensapost.com - Kecamatan Kilo memiliki Kabupaten Dompu memang memiliki banyak pesona alam nan indah jelita. 

Salah satunya adalah Pantai Paropa di Desa Malaju. Bila pengunjung berada di tempat ini, ia akan terkesima menikmati kecantikan alami yang tersaji. Lautnya yang tenang dengan airnya yang berwarna kebiruan memanjakan mata untuk terus memandangnya tanpa ingin berkedip dari ujung ke ujung. Di pantai tersebut terlihat jejeran perahu-perahu nelayan yang ditambatkan menunggu saat yang tepat untuk melaut. 

Di dekat itu ada sebuah dermaga mini tempat para nelayan berlabuh membawa ikan-ikan hasil tangkapannya untuk dijual. Dermaga Pelangi.  Demikianlah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat menamainya. Karena di dekatnya terdapat beberapa bangunan dicat aneka warna tempat penampungan ikan bagi para nelayan yang menyerupai warna pelangi.
Tiang-tiang cor masjid terapung di Pantai Paropa Desa Malaju


Di depan dermaga berdiri tiang-tiang cor yang kokoh. Oleh masyarakat setempat direncanakan sebagai bangunan masjid terapung sebagai tempat ibadah dan juga akan menjadi ikon bagi pengembangan wisata di desa tersebut.

Tidak jauh dari lokasi tersebut, agak ke utara sedikit terdapat pemecah gelombang buatan sepanjang sekitar 200 meter yang dibangun oleh masyarakat setempat bersumber dari Dana Desa. Sebelumnya di tempat itu telah dibuat pula tembok pemecah gelombang secara sederhana oleh nelayan setempat. Lalu Pemerintah Desa setempat menginisiasi untuk dibuat yang lebih kokoh yang tampak saat ini.

Pantai Paropa

Di depan tembok pemecah gelombang terdapat taman bermain anak yang bertuliskan PANTAI PAROPA. Dengan sedikit polesan dan penataan oleh Pokdarwis setempat menambah kemolekan pantai berpasir putih itu. Para pengunjung dapat menikmati keindahan tempat ini dengan ber-swafoto atau foto bersama. Apalagi di saat sore hari menjelang matahari terbenam lokasi ini sungguh mengasyikkan. Kenyamanan tiada terkira akan dirasakan oleh pengunjung. Nuansa ketenangan amat dirasakan di tempat ini. Laut yang tenang dengan semilir angin berhembus membuat hati dan pikiran yang sedang galau pun akan menjadi tenteram.

"Alhamdulillah anak-anak muda di sini semakin kreatif menata Pantai Paropa ini sehingga menjadi bagus. Dulu di sini dijadikan tempat pembuangan sampah. Sekarang sudah ditata dan dibersihkan sehingga terlihat lebih indah tidak boleh lagi ada pembuangan sampah di sini," kata Ketua Pokdarwis Desa Malaju, Khairul Anhar.

Anhar menyebut bahwa Desa Malaju merupakan salah satu dari 99 desa di NTB yang ditetapkan oleh Gubernur NTB sebagai Desa Wisata. Hal itu memicu semangat para pemuda setempat yang tergabung dalam Pokdarwis untuk menjaga agar pantai tersebut tetap bersih dan indah.


Para pengunjung di Pantai Paropa

Ke arah utara lagi memasuki wilayah Desa Lasi. Pantai Nanga To'i. Itulah destinasi wisata pantai yang ada di desa tetangga ini. Panorama natural dengan sedikit polesan yang ditawarkan sungguh membuat siapapun terpesona dan takjub.
Ratusan bahkan mungkin ribuan jumlah pepohonan besar seperti mantau (damar) dan bakau membuat pantai ini teduh. Uniknya lagi di pohon-pohon ini terdapat banyak sekali kelelawar bergelantungan. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pohon kelelawar.
Pohon kelelawar karena dihinggapi ribuan kelelawar

"Setiap saat kelelawar bergelantungan di pohon-pohon ini sehingga daun-daun pohon banyak yang rontok karena adanya kelelawar-kelelawar ini," sebut Anhar.

Anhar menyebut lagi bahwa daging buah pohon mantau (damar) digunakan oleh masyarakat Kilo untuk membuat ilo peta (lampu). Caranya cangkang buah pohon tersebut dipecah, lalu daging buahnya ditumbuk selanjutnya ditempelkan pada rautan bambu atau kayu kemudian dikeringkan. 
"Daging buah mantau ini mengandung minyak sehingga dijadikan lampu oleh orang-orang tua dulu yang disebut ilo peta," jelas Anhar.

Pohon mantau (damar)

Dikatakannya ilo peta dari buah mantau oleh masyarakat Kilo biasanya dibakar di sekeliling rumah selama tiga malam berturut-turut menjelang Hari Raya Idul Fitri. 

"Tapi sekarang masyarakat tidak lagi melakukan pembakaran ilo peta. Tinggal di Patula saja yang masih melaksanakan," ucapnya. (Patula adalah salah satu dusun yang ada di Desa Malaju Kecamatan Kilo).

Anhar menyebut lagi bahwa menurut sejarah orang-orang tua nama Kilo berasal dari kata Kili Ilo. Dalam bahasa lokal Kili berarti pungut, sedangkan Ilo berarti lampu. Maksudnya memungut buah mantau untuk dijadikan lampu. 

Hal itu dibenarkan pula oleh Abdi, juga warga setempat.

"Kilo berasal dari kalimat Mai ta lao kili ilo (mari kita pergi memungut lampu)," kata Abdi.

Lapangan voli di Pantai Paropa


Di tempat ini pula terdapat lapangan voli pantai. Setiap sore sangat ramai digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berolahraga. 
Pelaksana Tugas Camat Kilo Rudi Purtomo menyebut bahwa di tempat ini sedang direncanakan even akbar Kejuaraan Voli Pantai se Nusa Tenggara Barat.

"In sya'allah setelah PON Papua akan kita laksanakan," ujarnya. (emo).