Urban Farming, Konsep Bertani Mandiri di Masa Pandemi Covid -19

Kategori Berita

.

Urban Farming, Konsep Bertani Mandiri di Masa Pandemi Covid -19

Koran lensa pos
Jumat, 02 April 2021

Oleh : Kaharudin*

              Kaharudin, Penyuluh Pertanian di                           BPTP Balitbantan NTB




Dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming kian diminati oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Awalnya, konsep berkebun di lahan yang terbatas ini hanyalah sebatas inisiatif dari segelintir komunitas pecinta lingkungan yang bergerak secara mandiri. Kemudian urban farming pun berkembang secara masif menjelma menjadi tren gaya hidup urban.

Urban farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat. Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan system penanaman organic, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis.

Penurunan kalitas hidup yang dialami oleh masyarakat kota juga dapat kembali ditingkatkan lewat aktivitas berkebun di rumah yang menyegarkan pikiran.

Namun apabila dilihat dalam jangkauan yang lebih luas, urban farming memiliki dampak yang lebih besar bagi kelangsungan hidup masyarakat perkotaan. Sejumlah penelitian pun menyebutkan bahwa urban farming dapat menjadi konsep pertanian ideal di masa depan.
Kelebihan Urban Farmin
Urban Farming Tidak Memerlukan Modal Besar
Urban farming tidak memerlukan modal yang sangat besar. Anda hanya harus memanfaatkan tempat yang ada dan juga biaya pembuatannya juga cenderung lebih kecil dengan memanfaatkan segala bahan yang murah dan juga mudah diperoleh.
Menambah Estetika
Kegiatan bercocok tanam tentu mampu menambah keindahan estetika pada tempat tersebut. Seperti lantai atas rumah yang kosong bisa berubah menjadi lebih hijau dan menarik untuk dilihat.
Ramah Lingkungan
Dengan menggunakan perabotan rumah tangga yang ada seperti ember, kaleng atau pipa plastik sebagai bentuk wadah dari urban farming, akan mampu membuat lingkungan anda menjadi lebih murah. Selain itu, tanaman urban farming juga akan cenderung mampu mengurangi polusi udara yang ada di sekitar.
Menghasilkan Produk yang Sehat
Produk dari hasil produksi urban farming sudah terbukti lebih sehat karena minim penggunaan berbagai bahan kimia. Hal tersebut dikarenakan media yang digunakan pun tergolong kecil dan jumlah tanaman tidak banyak.
Hal tersebut tentunya berbeda dengan bentuk perkebunan konvensional pada umumnya yang memang memiliki lahan luas, sehingga dalam pengelolaannya memerlukan beberapa bahan kimia. Untuk saat ini, masyarakat memang sangat jarang yang peduli dengan makanan sehat, sehingga konsep urban farming bisa dijadikan sebagai solusi tepat untuk mengatasi hal tersebut.
Belajar bertani mandiri  
Harapan optimalisasi pekarangan dan  lahan  rumah dilakukan melalui kegiatan Pertanian Keluarga dan Pekarangan Pangan Lestari dapat dilakukan sesuai dengan konsep urban farming di mana konsep pertanian konvensional yang dapat dilakukan di perkotaan dengan metode yang berbeda-beda. Kegiatan tersebut dapat membantu ketersediaan pangan di antaranya sayuran berkualitas tinggi dengan menanam secara mandiri. Alangkah baiknya kegiatan ini terus dilakukan dan dikembangkan pada masa pandemi. Masa pandemi yang hanya bisa melakukan aktivitas di rumah namun memiliki manfaat positif dengan melakukan bertani secara mandiri yang hanya menggunakan lahan terbatas. Bertani mandiri dapat dilakukan dengan menanam sayuran dengan cara hidroponik, aquaponik, taman dinding dan tanam rooftop.
Pertama, bertani mandiri dengan cara hidroponik di mana menanam dengan memanfaatkan media air sebagai media tanam utamanya  yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Media hidroponik dapat menggunakan botol bekas, air mineral atau pipa yang dilubangi sebagai tempat tanaman dapat bertumbuh dan berkembang. Hidroponik dapat menanam beberapa macam sayuran di antaranya pakcoy, selada, kangkung, sawi, seledri, cabai, tomat, dan paprika.
Kedua, bertani mandiri dengan cara aquaponik yang sebenarnya gabungan dari hidroponik dan dengan hewan air salah satunya ikan. Aquaponik tersebut memiliki dua fungsi yaitu menanam sayuran sehat dan berbudidaya ikan. Langkah tersebut cukup efektif dilakukan di rumah pada masa pandemi saat ini yang sangat membutuhkan ketersedian bahan pangan terutama dapat membantu ketersediaan lauk yang bergizi tinggi. Sistem yang digunakan juga praktis digunakan dimana tanaman mendapatkan sumber makanan dari limbah kotoran ikan dan sebaliknya ikan mendapat air sebagai tempat hidup dari air setelah dimurnikan oleh tanaman. Beberapa ikan yang dapat dibudidayakan lele, patin, nila. Sedangkan untuk jenis sayuran tidak berbeda jauh dengan sayuran yang ditanam dengan cara hidroponik.
Ketiga, bertani mandiri dengan cara tanam dinding dapat dilakukan di setiap rumah di mana konsep menanam tanaman di tembok/dinding rumah yang memiliki desaign berbentuk vertical. Tanam dinding tersebut memiliki berbagai macam sistem yang dapat digunakan diantaranya sistem kantong, sistem lumut dan sistem multypot. Ketiga sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dapat digunakan sebagai pertimbangan penanaman. Jenis sayuran yang dapat dibudidayakan dengan cara tanam dinding yaitu sayuran hijau yang berukuran kecil seperti seledri dan cabai.
Keempat bertani mandiri dengan cara taman rooftop dimana menanam sayuran yang dapat memanfaatkan lahan rooftop rumah. Menanam sayuran yang berada di rooftop rumah juga dapat menambah lebih indah kondisi rooftop rumah. Taman rooftop dapat berbagai macam tanaman diantaranya sayuran hijau, mentimun, cabai, dan tidak hanya menanam berbagai macam sayuran tetapi juga dapat menanam buah salah satunya jeruk.  
Adanya pandemi Covid-19 yang sedang melanda dapat mengakibatkan semua manusia dengan aktivitas di luar rumah terbatasi dan semua kegiatan dapat dilakukan hanya di rumah. Alangkah baiknya masyarakat Indonesia dapat menggunakan kesempatan tersebut dengan membuka kreativitas dan inovasi dengan cara bertani mandiri. Harapannya dengan adanya bertani mandiri kebutuhan akan sayuran sehat dan mendapatkan lauk yang bergizi. 
(dari berbagai sumber).

*Penulis adalah Penyuluh Pertanian di BPTP Balitbantan NTB)