Muhammad Syahroni : Bupati HBY Berani Ambil Risiko Berada di Zona Ketidanyamanan

Kategori Berita

.

Muhammad Syahroni : Bupati HBY Berani Ambil Risiko Berada di Zona Ketidanyamanan

Koran lensa pos
Jumat, 12 Februari 2021
                 Muhammad Syahroni saat 
                     bersama Bupati HBY


Dompu, Lensa Pos NTB - Drs. H. Bambang M. Yasin (HBY) akan berakhir masa jabatannya sebagai Bupati Dompu untuk periode kedua kepemimpinannya tinggal beberapa hari lagi. Tepatnya pada 17 Februari 2021. Dua periode atau sepuluh tahun lamanya putra asli Dompu yang menjadi pengusaha sukses di ranah Borneo Kalimantan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di daerah ini. Gaya kepemimpinannya yang khas telah mewarnai kehidupan masyarakat Dompu selama 10 tahun itu. Baik dari sisi kelebihannya maupun kekurangannya.

Selama satu dasawarsa itu tentunya banyak kisah, suka dan duka serta lika-liku kehidupan yang telah dilalui. Semuanya itu menjadi catatan sejarah panjang yang mungkin sebagiannya tak akan terlupakan oleh HBY beserta keluarga. Begitu pula bagi masyarakat Dompu. Apa yang telah diperbuatnya selama dua periode memimpin Dompu itu juga menjadi bagian dari sejarah perjalanan panjang daerah bermotto Nggahi Rawi Pahu ini.

Kepemimpinan HBY selama 10 tahun itu juga memiliki kisah tersendiri bagi masyarakat Dompu. Tentunya kedekatan hubungan emosional maupun secara kedinasan akan berbeda untuk setiap orang. Juga akan memiliki kisah yang berbeda pula.

Muhammad Syahroni, SP., MM (saat ini Pelaksana Tugas Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Dompu) juga memiliki cerita dan kesan tersendiri dalam kebersamaannya dengan Bupati HBY selama masa sepuluh tahun itu. 


Kisahnya  berawal  saat HBY memulai program jagung di penghujung  tahun 2010 (waktu itu Muhammad Syahroni masih menjabat sebagai Kepala Seksi di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Dompu).

Sebagai salah satu staf yang bertuga di dinas tekhnis, Muhammad Syahroni (MS) berupaya untuk memberi saran dan pendapat kepada Bupati HBY terkait plus minusnya program jagung.

"Ketika bapak Bupati memulai program Jagung secara massal, sebenarnya pak bupati sedikit "berjudi" dan  relatif "terlalu berani" mengambil risiko bermain di zona ketidaknyamanan sebagai kepala daerah," kata Muhammad Syahroni saat berdiskusi dengan Bupati HBY dalam suatu kesempatan.


HBY : "Kenapa dibilang "berjudi" ?

MS :  Ada beberapa hal sehingga saya katakan pak Bupati  "berjudi" dan program yang dilakukan rentan gagal dan secara politik tidak populis.

Pertama, Program pengembangan  jagung ini pasti melibatkan masyarakat secara masal. Artinya ketika program ini gagal, pasti risiko berhadapan langsung  dengan masyarakat banyak,  pasti akan dihadapi;

Kedua, Jagung itu tanaman semusim yang umur produksinya "hanya" 4 bulan, sehingga peluang masyarakat untuk mengevaluasi bisa cepat dan segera dilakukan. Artinya ketika gagal akan secara langsung bisa cepat dirasakan dampaknya oleh masyarakat banyak;

Ketiga, diketahui memang jagung relatif  sudah lama dikenal masyarakat Dompu, tapi tidak pernah ada penanganan yang serius seperti padi dan kedelai. 
Dan pada periode itu pelaksanaan program kegiatan baik dari daerah maupun pusat masih didominasi komoditi Padi. Artinya sederhanannya kalau mau "nyaman" saat itu ya   kembangkan saja dua komoditi tersebut di atas.

Apa yang terjadi ? HBY mendengar akan hal yang saya sampaikan tersebut. Tapi beliau katakan inilah hakekat pemimpin. Pemimpin harus punya pilihan dan setiap pilihan itu pasti ada risikonya.

Dan kita pun tahu akan hasil "perjudian" tersebut. Terlepas dari adanya ekses  negatif yang ditimbulkan akibat program jagung. Tapi akhirnya kita paham bagaimana cerita sukses hubungan antara HBY dengan jagungnya. 

Komoditas Jagung harus diakui telah menggerakkan dan mengakselerasi perekonomian masyarakat Dompu yang ditandai dengan semakin meluasnya luas tanam jagung bahkan sampai tidak terkendali. Dan Dompu Kabupaten kecil di NTB menjadi daerah yang begitu populer di Indonesia "hanya" karna komoditas Jagung. 

Pun demikian kaitannya dengan harga jagung, yang saat itu harga tidak banyak orang peduli dan kisarannya pun hanya di antara Rp 400 sampai dengan Rp. 700 / kilogram. Yang dalam perjalanannya harga jagung saat sekarang berkisar antara Rp 3.000 - Rp 3.250/Kg.

Dan legalitas formal keberhasilannya ditandai dengan adanya apresiasi pemerintah pusat dengan kehadiran pemimpin tertinggi negara (Presiden Joko Widodo, 11 April 2015) yang melakukan kegiatan Panen Raya di Manggelewa.

Ya itulah HBY  yang memimpin selama 10 tahun dan karena kodratnya sebagai manusia tentu ada  kesalahan dan kekeliruan langkahnya yang pasti membuat  masyarakat kecewa dan pasti ada yang tidak puas.

Tapi terlepas dari itu semua bisa saya simpullkan secara pribadi bahwa HBY adalah salah satu pemimpin terbaik Dompu terlepas dari keterbatasan yang dimiliki beliau 

HBY adalah salah satu tipical kepala daerah yang "berani" dan sedikit "egois" akan cara berpikirnya dan HBY adalah tipe pemimpin yang "tidak normatif" dimana beliau kadang melakukan sesuatu yang sering keluar dari ketidaknyamanannya sebagai kepala daerah.
Selamat Purna Tugas Pak Bupati
Proud Of You HBY... (AMIN).