Diskusi Bertajuk Pohon Terakhir di Kedai Sruput Hasilkan Kesepakatan Selamatkan Hutan Dompu

Kategori Berita

.

Diskusi Bertajuk Pohon Terakhir di Kedai Sruput Hasilkan Kesepakatan Selamatkan Hutan Dompu

Koran lensa pos
Senin, 26 Oktober 2020

Dompu, Lensa Pos NTB - Di Kedai Sruput Indonesia Simpasai Dompu, Minggu malam (25/10/2020) berlangsung diskusi membahas kerusakan hutan di Kabupaten Dompu.

Tema yang diangkat dalam acara yang dipandu oleh anak muda, Imam Syahrullah dari Sama Ngawa Center itu adalah "Pohon Terakhir". Istilah tersebut mengandung makna filosofi bahwa hutan di Bumi Nggahi Rawi Pahu saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja, melainkan sudah dalam kondisi sangat kritis serta memprihatinkan. Hutan yang dulu lebat kini menyisakan beberapa pohon saja yang harus diselamatkan. Acara yang dikemas santai dengan sajian minuman hangat khas Kedai Sruput Markani Maniki dilengkapi pangaha cori, pangaha kalo dan kaca lowi (kacang rebus) itu menghasilkan kesepatakan bersama untuk menyelamatkan sisa-sisa hutan yang masih ada dari ulah tangan-tangan jahil.

Hadir sekaligus angkat bicara dalam acara yang berlangsung mulai pukul 20.00 hingga 23.00 Wita itu di antaranya aktivis lingkungan Farid Fadli (Gerylia), Muttakun (anggota DPRD Kabupaten Dompu), Bidje alias Kejora Paramitha (Rumah Kejora/Gappepa), Putra Taufan (Presidium Komunitas Hijau), Ori Muhdar (pelaku UMKM sekaligus kandidat Doktor di Bidang Lingkungan Hidup), M. Taufan (Kepala Resort Riwo BKPH Ampang Riwo), Syarifuddin (Ketua KNPI Dompu), Abdul Yarid (tokoh pendidikan), Rudi Purtomo (tokoh sanitasi), Bambang (tokoh pendidikan dan pemerhati lingkungan) dan sejumlah tokoh muda yang sama-sama memiliki komitmen untuk menjaga dan melestarikan hutan yang masih tersisa dari ancaman aksi pengrusakan.
Farid Fadli yang mendapat kesempatan perdana menyebutkan deforestasi (penebangan hutan) yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Kabupaten Dompu sangat mengkhawatirkan. Bahkan ia mengatakan deforestasi kerap dipolitisasi oleh pihak-pihak tertentu. 
"Kita memang tidak boleh menjustifikasi tetapi ini yang sedang terjadi," sorot aktivis yang biasa disapa Chapunk ini.
Dikatakannya dalam kehidupan membutuhkan keteduhan, bisa menghirup udara segar dan yang sangat penting lagi adalah air. Kendati memiliki bongkahan emas berlian, namun tidak akan ada gunanya bila hidup dalam kondisi kekeringan.

"Ketika mata air tidak mengalir, maka air mata lah yang akan mengalir," ujarnya.


Lebih lanjut ia mengemukakan para pemuda harus memberikan masukan dan saran kepada pemerintah agar memberi perhatian penuh kepada penyelamatan hutan serta mengembalikan kondisi hutan yang sudah sangat parah ini.
"Pada malam ini kita harus berkomitmen menyuarakan dan menegaskan bahwa menjaga alam dan ekosistem itu penting. Lebih penting daripada apapun," tandas aktivis yang pernah meraih penghargaan Pemuda Pelopor dari Gubernur NTB KH. Zainul Majdi pada sekitar tahun 2017 lalu karena keberhasilannya merintis upaya rehabilitasi hutan dengan penanaman pohon buah-buahan ini di Kecamatan Pekat ini.

Lagi-lagi ia menegaskan bahwa hutan adalah warisan untuk anak cucu di masa mendatang. 
Sangat miris bila pada saat itu kepada anak cucu hanya memperlihatkan foto atau gambar kerimbunan hutan Dompu yang hijau di masa lampau dengan sejumlah mata air yang jernih, sedangkan kondisi ril di depan mata adalah kegersangan dan kekeringan. 
Karena itu tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kembali kondisi hutan yang telah mengalami kerusakan ini agar dapat diwariskan kepada anak cucu.
"Kita harus wariskan kepada anak cucu kita nanti hutan yang lebat dengan mata air-mata airnya sebagaimana orang tua-orang tua atau nenek moyang kita dulu yang telah mewariskan hutan dengan ekosistemmnya yang luar biasa kepada kita," ucapnya.

Ia mengatakan nenek moyang kita pada masa lampau dengan cara berpikir sempit dalam kehidupan yang nomaden (berpindah-pindah) tetapi mampu mewarisi ekosistem hutan dan alam yang hijau dan asri untuk generasi selanjutnya.
"Masa kita yang hidup di alam modern ini tidak mampu mewarisi ekosistem hutan yang baik untuk anak cucu kita ke depan," tuturnya. 

Sementara itu, Andi Hermawan (pemilik Kedai Sruput Indonesia) mengemukakan alasan paling mendasar dilaksanakan diskusi bertajuk "Pohon Terakhir" ini adalah karena keprihatinan terhadap kondisi hutan di Kabupaten Dompu yang terus mengalami kerusakan akibat ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ia menegaskan kehancuran sudah di depan mata yang berakibat datangnya kehancuran yang lebih besar lagi bila terus dibiarkan.
"Kami melihat adanya fakta bahwa telah terjadi pembiaran terhadap kerusakan hutan di daerah kita," ungkapnya. (AMIN).