Soekarno, Ende Dan Bima ( Bagian 7/selesai )

Kategori Berita

.

Soekarno, Ende Dan Bima ( Bagian 7/selesai )

Koran lensa pos
Jumat, 08 Mei 2020
Oleh : Alan Malingi*
Bung Karno (Ilustrasi Foto : Tirto)

Senin, 2 Desember 1957 Letnan Sudirman, Perwira Pers KMKBDR memberikan keterangan pers bahwa pihak keamanan telah mengamankan beberapa saksi dan menangkap beberapa orang yang dicurigai. Penangkapan terus berlanjut hingga mencapai 60 orang. Setelah penyelidikan, berkurang menjadi 20 orang dengan terdakwa utama adalah Wahab Pena, Yusuf Ismail, Saadom Bin Muhammad, Tasrif Bin Husen, Muhammad Tasim Bin Abubakar dan Saleh Ibrahim. 

Dalam Buku “Tragedi Cikini Percobaan Pembunuhan Terhadap Presiden Sukarno “ menyebutkan bahwa para pelaku kebanyakan dari Bima, suatu daerah kecil yang cukup jauh dari Jakarta. Unsur budaya masyarakat Bima dikenal dengan Karawi Kaboju (semangat gotong royong dan Syara Dana Mbojo/hukum islam di tanah Bima), budaya tersebut di samping berfungsi membentuk sikap masyarakat setempat terhadap kekuasaan, juga telah mempengaruhi sikap individu. Budaya itu juga turut membentuk sikap masyarakat Bima menjadi fanatik, yaitu memegang teguh syariat maupun aqidah yang bersumber dari wahyu Ilahi. Mereka tidak segan melakukan tindakan tegas terhadap tokoh dan pemimpin yang dianggapnya melanggar adat dan hukum islam. 

Dalam kaitan dengan peristiwa Cikini, Arifin Suryo Nugroho menulis “ Orang-orang Bima beranggapan bahwa Presiden Soekarno telah menghianati Karawi Kaboju Dana Mbojo dengan cara menghalangi perkembangan hukum Islam di Indonesia, sebaliknya PKI diberi peluang. Orang-Orang Bima merasa betapa idiologi komunis bertolak belakang dengan adat dan syara Dana Mbojo mereka. Adat Karawi Kaboju yang diperkuat oleh syara menimbulkan semangat sefaham, sekaum dan sesaudara, serta menjadi alat pengikat idiologi antara Yusuf Ismal dengan pelaku lainnya. Budaya Bima yang mengakar dari sejak kesultanan itu bertolak belakang dengan idiologi komunis, sehingga menjadi pendorong bagi timbulnya peristiwa Cikini. 

Berikut sekilas identitas 5 eksekutor peristiwa Cikini.

1. Yusuf Ismail, adalah pemuda yang lahir di Tente Bima dan bekerja sebagai guru di SD cidurian Jakarta. Ia tergabung dalam Gerakan Anti Komunis (GAK) yang diketuai oleh Kolonel Zulkifli Lubis. GAK didirikan pada tanggal 17 November 1957.

2. Saleh Ibrahim lahir di Dompu pada tahun 1928, Di Jakarta terpilih sebagai ketua Pemuda dan Pelajar Pulau Sumbawa. Pada saat peristiwa Cikini, adalah pegawai negeri pada kantor P & K Jakarta. Kediamannya di Gang Ampiun 21/A (kala itu) menjadi markas GAK. Saleh Ibrahim melarikan diri dan tidak diketahui keberadaanya. Namun terdengar kabar Saleh Ibrahim ditembak mati di Sumatera pada tahun 1960.

3. Saadom Bin Muhammad waktu itu berumur 18 tahun, mahasiswa pada Akademi Bahasa Arab di Menteng Raya No 58 Jakarta.

4. Tasrif Bin Husen belum bekerja. Saat itu berumur 22 tahun adalah tetangga Yusuf Ismail.

5. Muhammad Tasim berumur 23 tahun adalah  seorang guru yang mengajar di tempat Yusuf Ismail mengajar yaitu di sekolah Cidurian Jakarta.

Tiga orang terdakwa yaitu Yusuf Ismail, Saadom Bin Muhammad dan Tasrif dieksekusi mati di depan regu tembak pada Sabtu malam tanggal 30 Mei 1960 di salah satu penjara di luar kota Jakarta. Arifin Suryo Nugroho tidak merinci siapa saja yang ditangkap dan masuk daftar 100 orang itu dan kemudian menjadi 60 orang dan menjadi 20 orang hingga menjadi terdakwa. Demikian pula hukuman yang dijatuhkan kepada masing-masing terdakwa yang didominasi oleh orang-orang Bima-Dompu. Bagaimana juga nasib para terdakwa itu hingga kini. 

Demikianlah nukilan sejarah hubungan antara Bung Karno dengan orang orang Bima. Dari peristiwa demi peristiwa yang teejadi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.Hubungan itu berawal dari pembuangannya di Ende- Flores. Bung Karno bertemu para tokoh dan ulama bahkan memperdalam islam dari orang orang Bima. Ada nama lain juga yang menjadi teman seperjuangan Bung Karno di Ende yaitu H.Nurdin. Hal itu mengemuka ketika kunjungan Ibu Megawati ke Bima dan Menteri Lingkungan Hidup RI Sony Keraf pada tahun 2000. Keduanya menemui keluarga H. Nurdin di Sila Kananga. 

2.Bung Karno sangat dekat dengan kesultanan Bima dan terbukti dua kali berkunjung dan menginap di Asi Mbojo.Hingga kini kamar Bung Karno menjadi salah satu ruang pamer di lantai dua Museum Asi Mbojo. 

3.Hubungan yang demikian mesra sejak dari Ende menjadi retak karena  peristiwa Cikini. Sejak dulu, orang Bima terkenal sangat fanatik terhadap Islam berhadapan dengan mekarnya idiologi komunisme melahirkan perlawanan. 

4. Sejarah adalah sebuah perjalanan. Liku dan pasang surut pasti ada. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari sejarah untuk meniti hari esok bagi anak cucu. 

Sumber Pustaka :

1. Bung Karno Merambah Jalan Di Pengasingan Ende- Flores, Anwar H.M.Ali

2. Tragedi Cikini Percobaan Pembunuhan Terhadap Presiden Soekarno, Arifin Suryo Nugroho

3. Kesan Kesan Ketika Bung Karno Diasingkan Di Ende, Jae Bada.

4. Di Bawah Bendera Revolusi, Soekarno.
5. Kesultanan Mbojo Bima Dalam Melawan Penjajah, M. Hilir Ismail.

Informan : Dr. Hj. Siti Maryam Salahuddin wawancara 13 Juni 2015.

(*Penulis adalah Sejarawan dan Budayawan Bima).