18 Desa di Manggelewa dan Kilo Diminta Alokasikan Dana Desa Untuk Bumdesma

Kategori Berita

.

18 Desa di Manggelewa dan Kilo Diminta Alokasikan Dana Desa Untuk Bumdesma

Koran lensa pos
Rabu, 05 Februari 2020

Dompu, Lensa Pos NTB - Responsive Innovation Fund  (RIF) menggelar kegiatan Pelatihan Usaha dan Penguatan Kapasitas Manajemen Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Agropolitan Jago Kala Kabupaten Dompu.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Dharma Wanita pada Rabu (5/2/2020) itu dibuka oleh Plt. Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Dompu, Ir. H. Moh. Rasyidin Suryadin, M. Si.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan yang dipandu oleh Miftahul Suadah, ST (Person In Charge/PIC RIF) itu adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Hairuddin, SH, Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Dompu Drs. H. Juliansyah Ak, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Yani Hartono, SE, dan Pendiri Yayasan We Save Dompu Agus Setiawan, S. Pd.
Peserta pelatihan terdiri dari 18 Kepala Desa, Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD), dan para pengurus Bumdesma serta para pelaku usaha.
Kegiatan ini lebih difokuskan untuk pengembangan Bumdesma di Kawasan Agropolitan Jago Kala yang meliputi 18 desa di Kecamatan Manggelewa dan Kilo yang merupakan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) di Kabupaten Dompu.
Sebagaimana diketahui Kabupaten Dompu merupakan salah satu dari 6 (enam) kabupaten di Indonesia yang ditunjuk oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai KPPN Tahap II yang didampingi oleh Proyek National Support for Local Investment Climates (NSLIC)/National Support for Enhancing Local and Regional Development (NSELRED) melalui Program RIF. Sedangkan wilayah yang ditetapkan adalah 18 desa yang ada di Kecamatan Manggelewa dan Kilo.

Kepala Bappeda dan Litbang menjelaskan Program RIF akan berakhir pada bulan April 2020 ini tetapi program dari pemerintah untuk keberlanjutan pengembangan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Agropolitan Jago Kala (Manggelewa dan Kilo) tetap berjalan. Harapan terbesar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut adalah pada Bumdesma. Rasyidin menegaskan Bumdesma harus senantiasa hidup dan dihidupkan. Penyertaan modal dari 18 desa untuk Bumdesma adalah suatu keniscayaan.
Penegasan yang sama disampaikan PIC RIF, Miftahul Su'adah. Ia mengemukakan Bumdesma diharapkan menjadi penggerak roda perekonomian di kawasan KPPN. 

"Untuk itu 18 desa harus siap menginvestasikan Dana Desa ke Bumdesma. Di sisi lain pengelola Bumdesma harus mengelola anggaran secara bertanggung jawab, jujur, dan amanah," tandasnya.
Sementara itu, Kepala DPMPD, Hairuddin, SH menegaskan sesuai dengan Permendesa nomor 11 tahun 2019 dan juga Perbup tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa diimbau kepada 18 desa untuk memberikan penyertaan modalnya masing-masing Rp. 50 juta untuk Bumdesma yang berada di KPPN yang merupakan Program dari Pemerintah Pusat ini.

"Bumdesma ini harus dikembangkan yang nantinya keuntungannya untuk peningkatan PAD desa dan sebelum uang diserahkan harus ada perjanjian kesepakatan antara pemerintah desa dan pengurus Bumdesma berapa persen keuntuntungannya bagi desa," jelasnya.

Sedangkan Sekdis Koperasi dan UKM Kabupaten Dompu, Drs. Juliansyah memberikan gambaran mengenai jenis usaha yang bisa dikelola oleh Bumdesma dengan memperhitungkan dari berbagai sisi. Pada dasarnya ada 3 jenis usaha yang busa dikelola yakni usaha perdagangan, industri, dan jasa. Namun tetap dengan melihat potensi yang ada di wilayah setempat. Karena wilayah Manggelewa dan Kilo adalah daerah penghasil jagung, maka bisa dikembangkan dengan usaha pengolahan jagung sehingga bisa memberikan nilai tambah. Selama ini jagung yang dihasilkan belum bisa dikelola oleh kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tetapi justru lebih difokuskan pada sektor perhubungan. Dengan kata lain jagung yang dihasilkan belum diolah dengan baik oleh pelaku UMKM tetapi langsung diekspor ke luar daerah. Menurutnya bila jagung diolah dalam bentuk lain yang bukan hanya dijual pipilan, maka pasti akan memberikan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Apalagi dengan kemasan yang menarik.

Sekdis Lingkungan Hidup, Yani Hartono dalam paparan materinya mengupas tentang pengelolaan sampah rumah tangga untuk peningkatan ekonomi keluarga. Ia menekankan sampah bukanlah musibah bila dikelola dengan baik tetapi justru akan menjadi anugerah. Pengelolaan sampah ini juga dapat dilirik oleh Bumdesma sebagai salah satu jenis usaha yang potensial. Selain itu sampah hasil pertanian (seperti tongkol jagung) yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh petani bisa mendatangkan uang bila diolah menjadi briket arang yang bernilai ekonomis.

Senada dijelaskan Agus Setiawan dari We Save Dompu. Ia mengisahkan pengalamannya bersama rekan-rekannya mengelola kursus Bahasa Inggris dan mengasuh anak yatim hanya dengan bermodalkan sampah. Para murid kursus yang jumlahnya ratusan orang tidak membayar  dengan uang, tetapi membayar dengan sampah plastik.
Kini usaha yang dikelola semakin meningkat bahkan sudah mendirikan sekolah SMK yang dibiayai dari sampah serta memiliki tabungan emas di Pegadaian Syariah.
Ia menerangkan Bumdesma dapat mengelola sampah sebagai salah satu jenis usaha yang mendatangkan hasil yang menggiurkan dari sisi ekonomi dan menguntungkan dari sisi ekologi.

Ketua BKAD, Yan Sofian mengatakan pengalokasian anggaran masing-masing desa sebanyak Rp. 50 juta dari DD 2020 ini harus dilakukan karena ini adalah demi kepentingan bersama seluruh masyarakat yang ada di 18 desa di Kecamatan Manggelewa dan Kilo.
Menurutnya masyarakat di dua kecamatan ini harus bersyukur karena besarnya perhatian pemerintah pusat dan daerah di Kawasan KPPN yang didampingi oleh RIF Canada ini. Dikatakannya pengalokasian anggaran untuk Bumdesma ini tidak bisa dipisahkan dengan program fisik yang telah dan akan dibangun oleh pemerintah di dua wilayah kecamatan tersebut. Karena itu harus didukung bersama-sama. Salah satunya melalui penyertaan modal untuk Bumdesma ini.
Ia menyebut program fisik antara lain seperti Program Air Bersih di Anamina, embung geomembran di Tekasire dan Taropo, pabrik ikan dan pabrik es batu kristal di Kilo, terminal agrobisnis di Nusa Jaya, dan beberapa program fisik lain yang akan dibangun di wilayah Manggelewa dan Kilo. (AMIN).