Dompu, Lensa Pos NTB - Pemerintah daerah Kabupaten Dompu, Pemprov NTB maupun Pemerintah Pusat serius dan fokus untuk menanggulangi kasus bunuh diri yang marak terjadi di Kabupaten Dompu dalam 2 tahun terakhir ini.
Upaya yang dilakukan adalah melakukan identifikasi guna menggali informasi untuk mengetahui akar masalah yang terjadi sehingga korban nekat melakukan aksi bunuh diri.Langkah lain adalah melakukan rapat koordinasi lintas sektoral untuk menanggulangi kasus yang tergolong luar biasa itu dan untuk menemukan langkah - langkah preventif (pencegahan).
Seperti yang dilaksanakan pada hari Jum'at (12/4) di Gedung PKK Kabupaten Dompu.
Selama sehari penuh membahas masalah kasus bunuh diri di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini.
Kegiatan yang dihelat di Gedung PKK Kabupaten Dompu itu dibagi dalam 2 sesi.
Pada pertemuan pertama yang berlangsung dari pagi pukul 08.00 Wita dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Dompu, H. Syamsul H. Ilyas, Kepala Dinas Dikpora, H.Ichtiar, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Dompu, Drs. Abdul Haris, dan sejumlah pejabat lain dari OPD terkait serta Forum Anak Dompu (FAD).
Hadir pula Asisten Deputi (Asdep) Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Marwan Syaukani serta pejabat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) RI, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP3KB) Provinsi NTB, Drs. Imhal.
Sedangkan pada pertemuan kedua yang berlangsung siang hari bakda Sholat Jum'at hingga sore pukul 17.00 Wita menghadirkan tokoh pendidik, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh wanita dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
"Kita semua berharap Zero kasus bunuh diri di Kabupaten Dompu. Jangan ada lagi terjadi kasus bunuh diri," tandas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Dompu, Hj. Daryati Kustilawati, SE, M. Si dalam kegiatan tersebut.
Ia menyebut kasus bunuh diri di Kabupaten Dompu berdasarkan kelompok umur didominasi oleh pelajar antara usia 15 - 19 tahun. Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin didominasi oleh perempuan. Adapun wilayah kecamatan yang paling banyak kejadian bunuh diri adalah di Kecamatan Hu'u disusul oleh Kecamatan Kempo dan Kilo.
"Berdasarkan hasil identifikasi kami bersama LPA (Lembaga Perlindungan Anak) kasus bunuh diri ini umumnya dilakukan oleh anak dari keluarga broken home dan anak yang ditinggalkan orang tuanya kontrak kerja ke luar negeri dan tinggal bersama neneknya," ungkap Daryati.
Daryati menyebut jumlah kasus bunuh diri pada tahun 2018 sebanyak 13 kasus. Yang meninggal dunia 9 orang yakni 6 orang akibat minum racun serangga dan 3 orang akibat gantung diri. Sedangkan 4 orang berhasil diselamatkan.
Adapun tahun 2019 dalam triwulan pertama sudah terjadi 11 kasus. 6 di antaranya berhasil diselamatkan dan 5 lainnya langsung meninggal dunia.
"Yang berhasil diselamatkan umumnya yang minum detergen atau bayclin. Kalau yang minum racun serangga tidak bisa diselamatkan lagi," kata Daryati sembari menyebutkan salah satu merk insektisida. (AMIN)