Dompu, Lensa Pos NTB - Salah satu model dalam sistem pertanian konservasi yang tengah digaungkan oleh World Neighbors (WN) bermitra dengan Lembaga Studi Pengkajian Lingkungan (Lespel) Dompu adalah olah lubang permanen. Terutama di Kabupaten Dompu yang dalam 10 tahun belakangan ini sedang gencar melaksanakan program jagung.
Made Pukel, Program Officer WN menyebutkan olah lubang permanen adalah pemberian pupuk organik bagi tanaman jagung tanpa memberikan pupuk anorganik sama sekali.
"Pupuk organik itu dimasukkan dalam lubang berukuran 40 x 40 x 40 cm sebanyak sekitar 7 kg," jelas Made.
Pupuk organik tersebut, lanjutnya dimasukkan di dalam lubang tersebut sebelum menanam jagung.
"Nanti di setiap keempat sudut ditanami jagung begitu seterusnya di lubang - lubang yang lain," ujarnya.
Dikatakannya jarak dari lubang satu dengan lubang lainnya dalam satu baris sekitar 40 cm juga. Sedangkan jarak antar alur sekitar 60 cm.
"Pupuk organik yang sudah dimasukkan dalam lubang tersebut bisa untuk menanam jagung 4 - 5 musim," tuturnya.
Untuk memastikan keunggulan pertanian konservasi, WN bermitra dengan Lespel telah melakukan demplot (Demonstration plot) di 3 (tiga) lokasi. Yaitu di Desa Kampasi Meci Kecamatan Manggelewa, di Desa Lasi Kecamatan Kilo dan di Desa So Nggajah Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu.
Dari hasil ubinan pada panenan jagung demplot PK di Desa Kampasi Meci, untuk sistem olah lubang permanen ditaksir memproduksi sekitar 13,5 ton per hektar jagung dengan kondisi berat basah (kering giling). Sedangkan dengan olah alur ditaksir memproduksi 10,5 ton / Ha dan secara konvensional 8 ton / Ha.
"Demplot ini kita lakukan supaya ada transfer pengetahuan dari kita ke petani. Petani selalu berpikir kalau tidak dipupuk dengan pupuk kimia tidak subur dan tidak bisa meningkatkan hasil. Padahal ada banyak potensi lokal yang bisa dimanfaatkan oleh petani contohnya residu hasil panen jangan dibakar tetapi biarkan lapuk sendiri dengan tanah lama - lama akan mempengaruhi peningkatan struktur tanah dan ramah lingkungan," jelas Direktur Lespel, Zulkarnain, S. Sos. (Amin)
Made Pukel, Program Officer WN menyebutkan olah lubang permanen adalah pemberian pupuk organik bagi tanaman jagung tanpa memberikan pupuk anorganik sama sekali.
"Pupuk organik itu dimasukkan dalam lubang berukuran 40 x 40 x 40 cm sebanyak sekitar 7 kg," jelas Made.
Pupuk organik tersebut, lanjutnya dimasukkan di dalam lubang tersebut sebelum menanam jagung.
"Nanti di setiap keempat sudut ditanami jagung begitu seterusnya di lubang - lubang yang lain," ujarnya.
Dikatakannya jarak dari lubang satu dengan lubang lainnya dalam satu baris sekitar 40 cm juga. Sedangkan jarak antar alur sekitar 60 cm.
"Pupuk organik yang sudah dimasukkan dalam lubang tersebut bisa untuk menanam jagung 4 - 5 musim," tuturnya.
Untuk memastikan keunggulan pertanian konservasi, WN bermitra dengan Lespel telah melakukan demplot (Demonstration plot) di 3 (tiga) lokasi. Yaitu di Desa Kampasi Meci Kecamatan Manggelewa, di Desa Lasi Kecamatan Kilo dan di Desa So Nggajah Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu.
Dari hasil ubinan pada panenan jagung demplot PK di Desa Kampasi Meci, untuk sistem olah lubang permanen ditaksir memproduksi sekitar 13,5 ton per hektar jagung dengan kondisi berat basah (kering giling). Sedangkan dengan olah alur ditaksir memproduksi 10,5 ton / Ha dan secara konvensional 8 ton / Ha.
"Demplot ini kita lakukan supaya ada transfer pengetahuan dari kita ke petani. Petani selalu berpikir kalau tidak dipupuk dengan pupuk kimia tidak subur dan tidak bisa meningkatkan hasil. Padahal ada banyak potensi lokal yang bisa dimanfaatkan oleh petani contohnya residu hasil panen jangan dibakar tetapi biarkan lapuk sendiri dengan tanah lama - lama akan mempengaruhi peningkatan struktur tanah dan ramah lingkungan," jelas Direktur Lespel, Zulkarnain, S. Sos. (Amin)