BBPOM Nyatakan Menu Takjil di Dompu Bima Aman Dikonsumsi

Kategori Berita

.

BBPOM Nyatakan Menu Takjil di Dompu Bima Aman Dikonsumsi

Koran lensa pos
Minggu, 03 Juni 2018
Dompu, Lensa Post NTB - Selama bulan suci Ramadhan 1439 ini, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram maupun Pos POM Bima melakukan pemantauan terhadap menu takjil di seluruh Kabupaten/Kota di NTB yang dikenal dengan Program Intensifikasi Keamanan Pangan Bulan Ramadhan.

Yogi A. Baso Pengawas Farmasi dan Makanan BBPOM Mataram yang dikonfirmasi media ini di Kantor Pemda Dompu pada Sabtu sore (2/6) menyatakan  menu takjil dan buka puasa yang dijual di pinggir-pinggir jalan di wilayah Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima aman untuk dikonsumsi. "Insya'allah aman untuk dikonsumsi karena tidak ditemukan mengandung Rodhamin B atau Borax," ujarnya.

Jaminan dari BBPOM Mataram tersebut bukan tanpa dasar karena para petugas dengan berkendaraan dinas biru bertuliskan Mobil Laboratorium Keliling yang dilengkapi alat-alat test terus berkeliling untuk membeli sejumlah sampel makanan yang menjadi menu takjil dan buka puasa untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian menggunakan alat test kit itu langsung bisa diketahui kandungan-kandungan yang digunakan dalam campuran bahan makanan.

"Sampel menu takjil kami beli di sepanjang jalan lalu kami test layak atau tidaknya untuk dikonsumsi. Hasilnya negatif (tidak mengandung bahan berbahaya,red)," katanya. Dilanjutkan Yogi, pihaknya secara rutin melakukan pengawasan ke toko-toko dan pasar-pasar terhadap pendistribusian pangan. Diakuinya produksi makanan menggunakan campuran bahan berbahaya semisal formalin dan rodhamin sudah berkurang di Pulau Sumbawa beberapa tahun belakangan ini. Dicontohkan mie basah yang kerap menggunakan formalin telah dilarang berproduksi.

Tetapi yang menggunakan borax (bleng) masih kerap dijumpai terutama pada produksi krupuk terigu. Hal itu diakibatkan pengusaha masih kesulitan mendapatkan bahan pengganti borax yang lebih aman yakni Sodium Tri Poli Phosphat (STPP). "Karena masih kesulitan mencari pengganti borax sehingga pengusaha enggan menggantinya. Kalau di Pulau Lombok sudah lama mengganti," ungkapnya. (EMO - BIRO DOMPU)