Nasrin H. Mukhtar, Owner CV. Tri Utami Jaya
Mataram, koranlensapos.com - Sebuah impian tidak bisa diraih dengan berleha-leha, tetapi membutuhkan kerja keras. Apalagi untuk menggapai kesuksesan, pastilah harus dilewati dengan perjuangan yang gigih dan pantang menyerah.
Itulah prinsip hidup yang diyakini dan dilakoni oleh Nasrin H. Mukhtar, Owner CV. Tri Utami Jaya yang dikenal hingga ke mancanegara dengan produk teh kelor bermerk branding MORINGA KIDOM, MORIKAI, dan SASAMBODOM serta Kopi Kelor-nya yang aduhai naikmatnya itu.
Melihat langsung kemegahan pabrik berlantai dua dilengkapi peralatan permesinan serba modern dan higienis milik CV. Tri Utami Jaya di Jalan Sakura Raya Blok G No. 10 BTN Sweta Indah, Gegerung Turida - Kota Mataram - Lombok NTB membuat banyak orang takjub. Apalagi lokasi industri teh dan kopi kelor itu yang diresmikan oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M. Sc itu banyak dikunjungi oleh pejabat-pejabat negara seperti Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno.
Tidak hanya itu, industri yang memiliki produk berskala internasional ini telah banyak diliput langsung oleh televisi nasional. Salah satunya Program Jemput Rezeki Indosiar pada 4 November 2021 lalu.
Permintaan pasar dalam dan luar negeri terus meningkat dari hari ke hari. Bahkan di masa Pandemi Covid -19 ini, Bang Nasrin terus melakukan pengiriman ke beberapa negara untuk melayani orderan demi orderan produk bubuk dari tanaman ajaib (Miracle Tree) yang telah mengantongi sertifikat BPOM, Halal MUI, CPOTB, HACCP, MSDS, NIB RBA, HKI/Merek Uji Antioksidan, Uji Umur Simpan, Uji Ingridients/Nutrition Fact, Uji Fisika, Kimia, dan Mikrobiologi itu.
Kesuksesan demi kesuksesan yang kini dirasakan oleh Nasrin tentunya tidak diperoleh begitu saja. Perjuangan panjang yang gigih dan pantang menyerah telah dilaluinya. Pahit getirnya kehidupan telah menjadi bagian dari petualangannya. Semua dihadapinya dengan ketegaran jiwa. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Ar Ra'd ayat 11 yang artinya "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum melainkan kaum itu sendiri yang akan mengubahnya" mengakar kuat dalam jiwanya.
Ditambah lagi dengan ayat dalam Surat Al Insyirah (As-Syarh) bahwa bersama (sesudah) kesulitan pasti akan ada kemudahan, semakin menambah keyakinan dirinya bahwa kesabaran menghadapi kesulitan pasti akan membuahkan kemudahan.
Kalimat peribahasa "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian" pun menjadi motivasi kuat dalam hidupnya.
"Saya tidak bisa mengubah MASA LALUKU, tetapi saya bisa merencanakan/mengubah MASA DEPANKU," itulah kalimat yang selalu terpatri dalam jiwanya.
Mengilas balik perjalanan hidup Nasrin 33 tahun silam, tepatnya tahun 1989 terungkap drama melankolis realita kehidupan sulit plus berat dilaluinya. Perjuangan mengubah hidup dimulainya di tahun ini. Remaja asal Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu NTB yang hanya tamatan SMP tersebut ingin mengubah nasib di Kota Daeng Makassar Sulawesi Selatan. Waktu itu Makassar masih bernama Ujung Pandang.
Untuk keberangkatan ke Ujung Pandang saat itu harus menunggu selama 3 bulan di Bima.
"Saya harus menunggu kapal perintis Niaga 14 selama 3 bulan di Bima," kenangnya.
Dalam masa penantian yang cukup lama itu, Nasrin membutuhkan biaya hidup dan juga biaya untuk keberangkatan naik kapal perintis yang menuju ke Kota Angin Mamiri itu. Nasrin akhirnya bekerja sebagai buruh pemecah kemiri.
"Dalam penantian kapal di Bima, saya menjadi buruh pemecah kemiri di Lapanhan Bola Kampo Bente dengan upah Rp. 50 per kilogram mulai dari jam 4 sore sampai jam 12 malam untuk membiayai hidup dan buat sewa kapal ke Makassar sebesar Rp.18.000," akunya.
Nasrin menyebut pekerjaan itu dijalaninya selama 3 bulan menunggu kedatangan kapal perintis ke Makassar.
"Saya berangkat ke Makassar bulan Juni 1989," tuturnya.
Apakah tujuan Nasrin ke Makassar ? Simak edisi selanjutnya (Bersambung).