Pendidikan yang Menghasilkan Peradaban & Teknologi

Kategori Berita

.

Pendidikan yang Menghasilkan Peradaban & Teknologi

Koran lensa pos
Selasa, 02 Mei 2023

 

Suherman, S. Pd*


Dalam Al Qur'an, surat Al Baqarah Ayat 34, Allah SWT menyuruh malaikat dan iblis sujud kepada Adam. 

Kenapa? Karena Adam berilmu. Adam mampu menyebut nama-nama benda yang sudah diajarkan-Nya. Sedangkan mereka (malaikat dan iblis) tidak mampu.

Berilmu adalah salah satu tujuan pendidikan nasional. Dengan ilmu, manusia kemudian mampu membangun peradaban dan teknologi.

Manusia berperadaban adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai moral etika dan budaya yang kemudian mendorongnya hidup dalam keteraturan, saling menghormati dan menghargai serta cinta perdamaian. 

Dengan teknologi kemudian manusia menciptakan sarana dan prasaran berupa alat dan barang untuk membuat hidupnya menjadi lebih mudah dan nyaman. 

Menurut pandangan penulis, manusia berilmu yang mampu melahirkan peradaban dan teknologi dibangun melalui dua cara. 

Pertama untuk menghasilkan manusia beradab. Caranya melalui pendidikan yang berkarakter.

Pendidikan yang berkarakter itu tidak dilahirkan dari guru yang diberikan beban tugas tekhnis adminsitratif yang "ribet". 

Tidak dihasikan dari guru yang sibuk ngurus buat RPP, laporan dan sertifikasi saja. Tidak pula dihasilkan dari guru yang "ngurus" proyek dana bos dan pembangunan sekolah. 

Tidak pula dihasilkan dari peserta didik yang hanya pandai hapal menghapal, yang hanya rajin unjuk jari karena sudah selesai ngerjakan PR dan sejenisnya. 

Tapi pendidikan karakter itu tumbuh melalui keteladaan. Selain dari guru di sekolah, orang tua dirumah juga menjadi teladan-model bagi tutur kata, sikap dan prilaku anak-anaknya. 

Kalau seorang ayah melarang anaknya merokok, ya jangan merokok di depan anaknya. Kalau seorang ayah meminta anaknya rajin shalat, ya sang ayah tentunya harus rajin shalat. 

Demikian pula di sekolah, jika seorang guru mendidik peserta didiknya untuk rajian dan disiplin. Tentu, sang guru dulu yang harus menunjukkan sikap itu. 

Dalam kosepsi ke-dompu-an, keteladanan itu tercermin dari motto "Nggahi Rawi Pahu". Secara sederhana, bebas dan filosofis, penulis maknai "lakukan dulu oleh dirimu sendiri apa yang kamu ingin orang lain lakukan. Dengan demikian, baru orang lain mengikuti".

Seperti pepatah umum yang penulis gubah. Jangan menjadi orang tua dan guru yang kencing berjalan. Kemudian anak dan peserta didiknya malah kencing berlari.

Kedua, untuk menghasilkan manusia yang mampu melahirkan tekhnologi. Caranya melalui inovasi dan kreatifitas. 

Inovasi dan kreatifitas diwujudkan melalui motivasi, duskusi, observasi serta meniliti. Maka, dalam konsep ini guru di sekolah dan orangtua dirumah menjadi motivator, moderator dan pembimbing.

Peserta didik sedari awal harus dikenalkan pengetahuan pendidikan dan pembelajaran melalui obesrevasi dan meneliti. Kemudian dari proses itu akan melahirkan temuan-temuan yang kemudian mengarah pada terciptanya tekhnologi.

Hemat penulis, itulah sesungguhnya esensi dari konsep merdeka belajar yang digaungkan saat ini. Yang dalam dalam konsepsi penulis harusnya itu adalah belajar merdeka. 

Peserta didik harus bebas mempelajari apa saja, dimanapun dan kepada siapapun. Sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan lebih luas dan komperhenship dan sifatnya praktis-bukan hanya teoritis.

Sehingga pada setiap acara-acara Hardiknas yang dipertunjukan oleh para guru dan peserta didiknya. Bukannya hanya produk hasil olahan makanan dan kuliner serta membuat beberapa jenis makanan dan menu masakan.

Tapi jauh daripada itu, mereka mampu menunjukan inovasi, temuan-temuan baru dibidang tekhnologi. Mampu menemukan alat dan barang baru untuk membuat dan mengolah produk makanan dan kuliner sehingga lebih efektif dan efisien dari aspek energi, waktu dan biaya, misalnya.

Sayangnya, konsep merdeka belajar baru sebatas jargon, tigline yang tertulis di baligo dan spanduk serta baru hanya menghias baju-baju kaos tenaga pendidik dan peserta didiknya saat upacara peringatan Hardiknas.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang pendidikannya baik. Dari data menunjukkan bahwa di Asean, Indonesia urutan kelima pendidikannya jauh dibawah negara jiran Malayasia yang merdekanya belakangan dan pernah mengimport guru dari Indonesia.

Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendididikan Nasional. Untuk tahun 2023 ini tema peringatannya adalah "Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar".

Penulia berharap, itu bukan hanya tema yang hampa. Tapi harus ada ikhtiar secara nyata untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Selamat Hardiknas, majulah pendidikan Indonesia!!

*Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Daerah Ikatan Sarjana NWDI Kabupaten Dompu.