Suharni, PMI Asal Dompu Disekap di Arab Saudi

Kategori Berita

.

Suharni, PMI Asal Dompu Disekap di Arab Saudi

Koran lensa pos
Rabu, 15 Maret 2023

 

Gambar ilustrasi PMI disekap


Dompu, koranlensapos.com - Suharni, Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja Kabupaten Dompu mengaku menjadi korban penyekapan di sebuah lokasi di Riyadh Arab Saudi.



Informasi itu disampaikan korban, Selasa sore (14/3/2023) waktu setempat kepada As, wanita asal Dompu juga yang bekerja di  Arab Saudi melalui sambungan ponsel milik temannya yang juga sama-sama disekap. As yang sudah 13 tahun bekerja di Arab Saudi ini kemudian menyiarkan secara langsung lewat facebooknya saat percakapan dengan korban itu.

Sembari terus menangis, Suharni yang bersuamikan warga Desa Nowa ini mengaku sudah 9 (sembilan) bulan berada di Arab Saudi. Keberangkatannya melalui perusahaan perekrut tenaga kerja yang disponsori oleh D dan R beralamat di Desa Wawonduru Kecamatan Woja Kabupaten Dompu. 

"Mohon dishare tempat penyekapannya agar saya bisa melaporkan kepada polisi," kata As. 

Namun Suharni bersama teman-temannya yang disekap itu tidak bisa mengirim lokasi (sharelock) tempat ia berada.

"Tempat kami dikurung ini di Riyadh, 15 menit dari bandara," akunya.

Suharni mengaku ia bersama teman-temannya yang disekap itu semuanya berjumlah 50 orang. Berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Dari Dompu saya dengan Naya. Ada yang dari Lombok, Cianjur, Ambon. Yang dari Ambon ini sudah jadi gila di tempat ini," aku Suharni.

Suharni menyebut Naya, temannya itu berasal dari Desa Bara Kecamatan Woja berstatus janda. Naya mengalami sakit karena pernah diberi minum cairan pemutih kloro oleh majikannya.

Masih pengakuan Suharni ada juga temannya yang diperkosa bergiliran oleh lima orang pria. Ada juga yang disekap di bawah tanah.


Berdasarkan pengakuan Suharni, mereka disekap oleh perekrut tenaga kerja bernama Faris asal Cianjur Jawa Barat. Faris sering menyiksa mereka. Bahkan ada yang sekujur tubuhnya lebam akibat tindakan penganiayaan dari oknum tersebut.

"HP kami semuanya disita oleh dia. Yang dipakai ini milik teman yang disembunyikan. Kalau ketahuan kami akan dianiaya," ungkap Suharni sembari terus terisak.

Apakah kalian dikasih makan ?
"Makan tetap dikasih. Tapi kami tidak punya apa-apa. Mandi saja tidak pakai sabun," katanya.

Suharni mengaku berangkat ke Saudi karena diiming-imingi dengan gaji yang menggiurkan. Ia meninggalkan suami dan lima anaknya demi mendapatkan impian sebagaimana dijanjikan sponsor perekrut tenaga kerja tersebut di atas. Ternyata semua itu ia hanyalah pepesan kosong. Jauh panggang dengan api. Justru penderitaan yang dirasakan.

As menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat Dompu pada khususnya, serta NTB maupun Indonesia pada umumnya untuk tidak mudah tergiur dengan rayuan gombal para sponsor perekrut tenaga kerja ke luar negeri untuk pengiriman ke Arab Saudi untuk menjadi asisten rumah tangga.

"Karena sudah lama pemerintah Indonesia menyepakati menutup keberangkatan ke Timur Tengah untuk menjadi pembantu rumah tangga (moratorium)," ujarnya.


Ia menegaskan lebih baik menjual pisang goreng di kampung daripada percaya dengan bualan para sponsor untuk bekerja di Arab Saudi.

"Saya sering wanti-wanti kepada masyarakat Dompu maupun Bima lebih baik kerja menjual pisang goreng di kampung daripada datang ke sini. Datang ke sini hanya disia-siakan. Kalian datang ke sini dijual orang.
Bukan memfitnah kalau saya sering posting di facebook tentang hal ini. Karena saya sudah banyak mengatasi masalah ini. Bukannya saya tidak mau membantu tapi saya kasihan," ucapnya.

Dikatakannya PMI asal Indonesia selama ini kerap mendapat perlakuan tidak manusiawi. Ada yang dibunuh majikannya, disiram air panas, dianiaya, dipukul bahkan ada yang bunuh diri karena sudah tidak tahan.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Dompu, Syamsul Ma'rif yang dikonfirmasi mengatakan bahwa pihaknya tetap mengurusi bila ada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mendapat perlakuan tidak sepantasnya meskipun berstatus non prosedural (ilegal). Pihaknya akan berkoordinasi dengan  
Dirjen Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) di Kemenaker, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) maupun Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di negara PMI itu bekerja. 

Terhadap kasus yang menimpa Suharni  ini, pihak Disnakertrans langsung melakukan pengecekan di Sistem Komputerisasi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Sisko P2MI).


"Untuk PMI Suharni, tidak terpantau di sisko P2MI dan belum ada pengaduan dari pihak keluarga," jawabnya.

Dikatakan Kadis hampir bisa dipastikan yang bersangkutab adalah PMI non prosedural (ilegal). Meski demikian, pihaknya akan berusaha berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu Suharni dan juga Naya.

"Kita fasilitasi, komunikasikan dengan pihak-pihak terkait, termasuk Kemenlu/Dubes dan Konjen," jelas Kadis dan berharap ada pengaduan dari pihak keluarga, terutama terkait data diri PMI, kronologis keberangkatan serta keluhan/masalah yang dihadapi
(emo).