Fakta Sejarah, Penjajah Jepang Gabungkan Secara Paksa Kesultanan Dompu Ke Bima

Kategori Berita

.

Fakta Sejarah, Penjajah Jepang Gabungkan Secara Paksa Kesultanan Dompu Ke Bima

Koran lensa pos
Sabtu, 14 Januari 2023

 

       Tokoh sejarah dan budaya                  Dompu, Ir. Nurhaidah 



Dompu, koranlensapos.com - Satu fakta sejarah yang perlu diketahui bahwa Penjajah Jepang menggabungkan secara paksa Kesultanan Dompu menjadi bagian dari Kesultanan Bima. Peristiwa itu terjadi tahun 1942, seminggu setelah tentara Jepang mendarat di Pelabuhan Bima.

Bersumber dari buku Kahrul Zaman yang disalin dari Buku Catatan Harian Kesultanan Dompu, pada tanggal 01 Juni 1942, secara mendadak Sri Sultan Salahuddin,  Sultan Bima bersama dengan Paduka Tuan Tureli Nggampo-Nazaruddin, dan beberapa pengiring,  datang ke Dompu atas perintah tentara laut Jepang untuk mengumumkan kepada seluruh masyarakat Dompu,  bahwa kesultanan Dompu digabungkan ke kesultanan Bima.

Tokoh sejarah dan budaya Dompu, Ir. Nurhaidah mengungkapkan pasca penggabungan paksa itu, penjajah Jepang melakukan berbagai cara untuk menghilangkan jejak Kesultanan Dompu. Istana yang merupakan simbol kesultanan Dompu dihancurkan.  Wilayah kesultanan Dompu akhirnya sukses digabung ke kesultanan Bima. Jepang  berdalih penggabungan itu karena kekosongan kepemimpinan di Dompu, akibat sultan dan putra mahkotanya diasingkan ke Kupang pada tahun 1934 oleh penjajah Belanda.

"Situasi politik inilah yang melahirkan istilah Bima-Dompu (Landschapen Bima) atau Bima-Dompu (Dana Mbojo) dan masih terasa feelnya sampai zaman now," ungkap putri dari sejarawan Dompu, Israel M. Saleh itu.

Nurhaidah menyebut keinginan untuk menggabungkan Kesultanan Dompu di bawah kekuasaan Kesultanan Bima itu sudah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda. Setelah kerajaan Sanggar digabung dengan Kesultanan Bima tahun 1928, sebagai kompensasi dari lepasnya Manggarai dari wilayah kekuasaan  Bima, maka rencana berikutnya adalah menggabungkan kesultanan Dompu dengan Bima. 

"Upaya Belanda ini kandas karena Sultan Dompu menolak dengan gigih," ujarnya.

Akibat penolakan dari Sultan Dompu (Sultan Muhammad Sirajuddin), Belanda menggunakan taktik licik yang lain. Dengan berbagai dalih, Sultan Muhammad Sirajuddin diasingkan ke Kupang tahun 1934. 

"Sejak itu, di Kesultanan Dompu terjadi kekosongan kepemimpinan, karena putra mahkotanya juga ikut diasingkan," jelasnya.

Kondisi kekosongan kepemimpinan ini berlangsung sampai pergantian pemerintahan dari penjajah Belanda ke penjajah Jepang. Rencana penggabungan oleh penjajah Belanda akhirnya diwujudkan oleh penjajah Jepang tahun 1942, seminggu setelah Jepang mendarat di pelabuhan Bima.  

"Istana simbol kesultanan Dompu dihancurkan dan wilayah kesultanan Dompu akhirnya sukses digabung ke kesultanan Bima, dengan dalih karena kekosongan kepemimpinan di Dompu,  akibat sultan dan putra mahkotanya diasingkan," urainya.


Lebih lanjut Nurhaidah menuturkan
situasi berubah ketika Jepang menyerah kalah. Belanda kembali ingin berkuasa pada tahun 1946. Moment ini dimanfaatkan oleh rakyat dan tokoh-tokoh Dompu untuk lepas dari digabungkan secara paksa dengan kesultanan Bima.  

"Setelah beberapa kali pertemuan,  akhirnya kesultanan Dompu kembali berdaulat dengan diangkatnya sultan Dompu Muhammad Tajul Arifin Sirajuddin, cucu dari Muhammad Sirajuddin yang diasingkan ke Kupang," urainya. (emo).