PARA TOKOH dan ALIM ULAMA HU'U MASIH ADAKAH??

Kategori Berita

.

PARA TOKOH dan ALIM ULAMA HU'U MASIH ADAKAH??

Koran lensa pos
Selasa, 29 November 2022

 

Rukyatil Rasyad*


Ketika saya berdinas di Dinas Sosial, saya merekam dengan cermat bahwa  masyarakat Dompu bahkan Kementerian Sosial digemparkan dengan kasus bunuh diri yang terjadi di wilayah adminstratif Kecamatan Hu'u. Dinas Sosial, DP3A, BPMPD, Dinas Kesehatan, Camat, desa dan sebagainya bergerak melakukan asistensi dan menuangkan berbagai program untuk menekan angka bunuh diri yang begitu marak. Tidak hanya anak usia rentan yang menjadi pelaku bunuh diri. Orang dewasa dan ibu-ibu muda pun nekat menenggak racun atau membakar diri. 


Lalu peristiwa bunuh-membunuh karena hal-hal sepele menghiasi potret sosial masyarakat Hu'u yang sejak zaman Ncuhi menjadi bagian penting dalam peta sejarah berdirinya Kesultanan Dompu itu. 


Awal pemerintahan AKJ SYAH  bencana menghantam Hu'u. Sungai kering yang tidak biasa dilalui banjir, marah dan meluluhlantakkan sebagian desa Daha dan desa -desa yang segaris dengan DAS (Daerah Aliran Sungai). Hal ini terjadi setelah gunung di kedua sisi sungai digunduli masyarakat yang menanaminya dengan jagung. Belum lagi saya mendengar, bisik-bisik bahwa di sekitar Hu'u sering dijadikan kos-kosan atau rumah singgah bagi pasangan ilegal. Naudzubillah! 


Para ulama mengatakan, ini seharusnya adalah titik balik untuk mendekatkan diri pada Rabb! 


Namun tanggal 25 November lalu, ada berita lagi. Sungguh miris plus menghebohkan. Seorang ayah menyetubuhi anak kandungnya! 


Saya menangis! 

Saya marah! 

Ini bukan kasus yang pertama. Paman, kakek, Abang  dari anak-anak perempuan di Hu'u menjadi pelakunya. 

Ke mana dan kepada siapa anak-anak negeri ini akan berlindung?

Tanah yang penuh dengan jejak prasasti di mana keagungan peradaban seharusnya bermula dari tanah ini. Wadu kadera, Situs Nangasia, Artefak keramik jejak langkah Kerajaan Ming yang menginjakkan kakinya di tanah Hu'u seharusnya menggambarkan tentang tinggi dan agungnya masyarakat Hu'u pada masanya. 

Seharusnya, anak dan warga Hu'u mewarisinya! 


Sebut saja. Dari ujung selatan Hu'u. Dekat dengan La Key di sudut barat jembatan. Masih ada rumah keturunan tokoh Hu'u yang disegani, yang saya yakini bahwa kulturnya juga harusnya terjaga. Lalu bergeser ke masjid Hu'u masih ada jejak keluarga Drs.  H. Roem dan H. Hasan yang melahirkan keturunan seperti Ir. Imran, Ir. Edi Susilo, M.Si. Di sekitar Jembatan ke Utara ada Keluarga Ir. Muhammad Amin, M.Si. Di Sawe ada Abdullah, S. Kel atau Bang Doel Sawe (BDS) yang begitu fenomenal. Ada Jama'ah Yakub, M.Si sang Dosen. Ada Baharuddin yang mengetuai asosiasi tambang. Atau ada  Iskandar sang legislator yang begitu dinamis. 

Di sana ada Ir. Hindro Susanto, Suhu Kera Putih. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh dan  aktivis-aktivis Hu'u.

Tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Yang jelas mereka saya kenal begitu vokal dan dipandang sebagai teladan banyak orang. 

Lalu mengapa, dan kemana orang-orang ini ketika bahaya moral yang begitu nyata hanya dipandang sebagai sebuah ekses sosial yang tidak perlu untuk disikapi secara serius dan bersama-sama? 


Ketika program pemerintah, sebut saja yang terbaru yang digagas oleh DP3A dengan menghadirkan sekolah perempuan dinyatakan sebagai sebuah cara dari seribu cara untuk menekan penyakit moral dan memberikan perlindungan sosial terhadap anak dan perempuan  dianggap tidak cukup. Lalu mengapa para tokoh, masyarakat, ulama yang ada di Hu'u seakan bungkam tidak berdaya menghadapi degradasi moral yang ada di lingkungannya. 


Ataukah urusan tambang, urusan masa depan telah melalaikan orang orang cerdas ini dari tanggungjawab sosial kemasyarakatannya terhadap anak-anak generasi muda Hu'u yang mencoba bertumbuh, mencontoh, menduplikasi gaya hidup dan pemahaman yang mungkin mereka sendiri tidak yakin bahwa itulah yang terbaik. 


Siapa sesungguhnya "local role model" yang harus mereka ikuti. Yang harus mereka teladani, sebagai panduan dan jalan benar menuju generasi Hu'u yang lebih baik?? 


Jangan-jangan keterampilan para tokoh dalam mematut diri dan membangun "self brand" telah menjauhkan mereka dari kekerabatan, merenggangkan kekeluargaan dan membuat mereka jauh tinggi dan melambung bersama bintang-bintang  yang berakibat pada lahirnya tokoh yang tidak teridentifikasi oleh masyarakat Hu'u sebagai bagian integral para tetua mereka di masa kini dan masa yang akan datang?  Sebagai branded Hu'u tidakkah anda sangat patut untuk diteladani? 


Saya, sebagai teman. Menggugat! Jangan hanya diam. Anak-anak Hu'u memilki ujian yang jauh lebih berat ketika PT STM beroperasi di Hu'u. Perubahan pola hidup dari pola agraris menjadi pola industri akan membawa dampak sosial yang jauh lebih besar. 


Awaslah, jangan sampai kerabat, anak keturunan kita menjadi "komoditi ikutan"  dalam kota tambang yang heterogen! 


Saya mengetuk. Turunlah bersama para ulama dan tokoh. Manfaatkanlah organisasi organisasi masyarakat untuk bersama. Membangun kembali generasi dengan menggiring mereka ke masjid-masjid dan musholla. Turunlah dari singgasana anda dan bahu membahu lah menyiapkan generasi muda Hu'u yang memiliki moral dan integritas, lewat pelatihan kerja dan pelatihan kepemimpinan yang berkarakter dan bermartabat! 


Sebelum "nilai luhur" hilang dari tanah Hu'u. Turun, dan selamatkan nilai itu dengan menyemainya kembali dalam tindak dan tutur anak-anak dan adik-adik generasi penjaga Hu'u. 


Mengapa pula kita harus kita harus kalah dari seorang Carlos Ferrandiz yang berasal dari negeri antah berantah Spanyol, negara yang kita kenal dari gegap gempita sepakbolanya namun begitu peduli dengan kelanjutan pendidikan anak-anak Hu'u??


Lakukan restrukturisasi budaya. Agar anda sebagai orang Hu'u tidak kehilangan identitas diri. 


Mengapa harus?

Karena saya yakin bahwa, bunuh diri, pemerkosaan, pelecehan, bunuh membunuh tidak ada dalam budaya orang Hu'u! 

Kalau bukan anda, siapa lagi ??


*Penulis adalah Jafung Analis kebijakan pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dompu