Intervensi Psikologis Terkait Permasalahan Sosial Anak

Kategori Berita

.

Intervensi Psikologis Terkait Permasalahan Sosial Anak

Koran lensa pos
Jumat, 26 Agustus 2022

 

                    Firmansyah



Anak-anak dalam kehidupan ini benar-benar menjadi ujian dan cobaan keimanan dan ketakwaan dari Allah SWT untuk para orang tua. 

Ada perilaku anak yang membuat orang tua menuai bahagia, ceria dan terhibur bahkan bangga dengan keberadaan buah hatinya, sebaliknya ada juga perilaku anak yang membuat orang tua merasa sakit hati dan kecewa.

Orang tua akan sangat bangga dan bahagia bila anak-anaknya di berbagai aktivitasnya mampu meraih juara satu di kelasnya, berprestasi di bidang olahraga, atau unggul di bidang science.

Dengan hal yang membahagiakan yang dirasakan orang tua dari kehadiran buah hatinya, banyak orang tua yang berharap hadirnya anak-anak yang dapat membahagiakan dan juga menjadi hiburan.

Harapan orang tua sebagaimana di gambarkan di atas yang menginginkan hadirnya buah hati yang menjadi penyenang hati diabadikan Allah SWT di Al-Quran Surat Al-Furqan Ayat 25.

Makfum dari Ayat Al-Quran tersebut di atas adalah "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".

Lainnya kehadiran anak tidak hanya membuat orang tua bahagia dan bangga namun juga dapat membuat orang tua merasa pusing tujuh keliling. 

Perilaku anak yang biasanya membuat orang tua pusing tujuh keliling tersebut adalah bila anak terlibat penyalahgunaan narkoba, melakukan hal yang kriminal, melawan hukum, pemanahan liar, amoral dan lainnya.

Terhadap hal yang sebutkan ini pun kepada kaum muslimin dan muslimat Allah SWT mengingatkan bahwa ada diantara anak-anak yang hadir tersebut yang membawa masalah bagi kedua orang tuanya.

Apa yang diingatkan oleh Allah SWT kepada kaum muslimin dan muslimat itu terkait hal di atas dijelaskan-Nya dalam Al- Quran Surat At-Taghabun Ayat 14.

Makhfum dari surah dan ayat tersebut adalah "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dari penjelasan tersebut di atas, dengan kehadiran buah hati, orang tua akan berada diantara rasa bahagia dan rasa kecewa. Akan bahagia bila buah hatinya mengembangkan perilaku sesuai yang diharapkan.

Kemudian juga orang tua akan merasa sangat kecewa dan khawatir bila buah hati mereka melakukan perbuatan yang tidak sesuai harapan.

Bagaimana Anak Berproses Membentuk Kepribadiannya.

Dalam pandangan teori tabularasa yang dimotori oleh Ahli Psikologi John Lock, memberi gambaran bahwa proses pembentukan kepribadian pada anak mengikuti arahan atau situasi dan kondisi di lingkungannya.

Dengan teori tersebut John Lock mengibaratkan anak sebagai sebuah pita kaset yang kosong dan lingkunganlah yang mengisi pita kosong itu agar berisi.

Bila dilingkungan dimana pita kaset itu berada dominan dengan lagu dengan nuansa religi, maka dipastikan pita kaset tersebut terisi dengan lagu religi.

Berikutnya terkait bagaimana lingkungan dapat membentuk kepribadian tertentu pada diri individu dalam satu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda bahwa orang tua memiliki peran membentuk buah hati mereka kedalam pribadi tertentu.

Adapun makhfum dari hadist tersebut adalah “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”

Dari teori dan hadist di atas, anak bisa membangun kepribadian bergantung dari sumber belajar yang ada dilingkunganya. 

Bila orang tua ingin menghadirkan anak yang dapat menjadi sosok harapan kedepannya dalam hal ini peran orang tua atau lingkungan sangat penting.

Peran penting orang tua atau lingkungan itu adalah dengan memfasilitasi anak dengan sumber belajar yang mendorong mereka menjadi generasi harapan kedepannya.

Katakanlah orang tua menginginkan buah hatinya kedepan dapat menjadi seorang pemimpin yang cerdas dan hebat.

Fasilitasi dengan berbagai hal yang dibutuhkan anak untuk menjadi pemimpin yang hebat dan cerdas dibutuhkan dan itu harus di persiapkan sejak dini oleh orang tua atau lingkungan di mana anak berada.

Untuk menjadikan anak menjadi sosok pemimpin yang cedas kedepannya hal yang harus diperkenalka  secara dini kepada buah hatinya dengan dikenalkan pada jiwa atau karakter cerdas dari seorang pemimpin.

Adapun jiwa atau karakter cerdas dari seorang pemimpin itu adalah kemampuannya menyelesaikan masalah, bertanggung jawab, responsif atas suatu persoalan yang muncul, menghargai, menghormati, menyayangi, berempati, pandai mengambil hati dan lainnya. 

Berikutnya untuk menghantarkan anak-anak kita dapat menjadi sosok pemimpin yang hebat kedepannya secara dini jiwa dan karakter pemimpin hebat harus juga dikenalkan kepada anak. 
 
Adapun jiwa atau karakter pemimpin yang hebat tersebut antara lain menjadi pendengar yang baik, meluangkan waktu bagi orang lain, ketika salah dapat mengakui kesalahannya, bersikap tegas, mampu bekerja dibawah tekanan, mampu bekerja sama, suka melakukan sesuatu hal yang sulit.

Menanamkan atau mendidik anak untuk menjadi pemimpin yang cerdas maupun hebat itu akan berjalan baik dan efektif bila orang tua yang menjadi modelnya.

Bila anak mengembangkan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan lingkungan, bagaimana mengatasinya?

Perilaku anak yang biasanya tidak sesuai dengan harapan orang tua ditandai dengan adanya perilaku seperti tiba-tiba menjadi sosok yang pendiam, atau juga mudah tersulut emosi, malas bergabung dengan teman-temannya.

Perilaku lainnya yang juga tidak sesuai harapan yaitu munculnya sikap atau perbuatan dari buah hari seperti suka membantah, melawan, gampang emosi, sering gelisah, tidak mau mendengarkan nasehat, egois, sombong, sensitif, terhadap perilaku ini bagaimana orang tua menyikapinya.

Perubahan sikap atau perbuatan yang juga mungkin sering ditemui orang tua adalah anak sering bolos sekolah, memperlihatkan kepanikan, gelisah, stres, depresi, tidak betah di rumah, sering pulang malam dan lainnya.

Terhadap perubahan perlaku yang seperti itu orang tua tidak boleh panik, apalagi harus-harus marah-marah tak karuan dihadapan buah hatinya.

Terkait dengan perubahan sikap dan perilaku tersebut di atas adakan pendekatan ke buah hatinya, tunjukkan bahwa orang tua sangat peduli dengan mereka, ajak buah hatinya untuk berkomunikasi dari hati ke hati, berikan quality time baginya.

Mungkin saja dengan perubahan sikap dan perilaku itu buah hati sedang memiliki masalah yang pelik baik dengan dirinya sendiri, teman, sahabat, dengan sekolah, atau juga dengan bapak dan ibu sebagai orang tuanya.

Sebagai orang tua ketika melihat adanya perubahan sikap maupun perbuatan seperti yang disebut diatas, hadapi persoalan dengan tenang, bijak dan tetap memposisikan diri sebagai teman atau pun sahabat bagi anak.

Dengan kondisi seperti iti buat buah hatinya percaya kepada anda, munculkan suasana yang memungkinan buah hatinya dapat menumpahkan semua persoalan yang dialaminya dengan baik dan terarah.

Kemudian setelah mencoba banyak hal agar anaknya bisa berubah lebih baik, sebagai orang tua pun harus tetap baik-baik saja, dengan kondisi yang seperti itu juga tidak ada salahnya bila orang tua untuk meminta saran, pendapat atau masukan dari ahlinya semisal konsultan psikologi (Psikologi).

Berkonsultasi kepada ahlinya memberikan jalan yang baik bagi orang tua untuk memulihkan keadaan yaitu berubahnya buah hati menjadi pribadi yang lebih baik dan sesuai dengan harapan lingkungannya.

Dengan kompetensi yang dimilikinya seorang konsultan psikologi (Psikolog) dapat melakukan intervensi psikologi terkait berbagai persoalan sosial maupun psikologi yang dihadapi anak.

Konsultasi ke konsultan psikologi tidak hanya bertujuan menemukan gangguan atau hambatan psikologis pada anak, namun juga lewat upaya itu orang tua dapat meningkatkan potensi diri buah hatinya menjadi lebih baik dan berdayaguna.

Dari hasil konsultasi tersebut buah hatinya bisa diarahkan untuk menjadi sosok sukses, hebat dan cerdas di kemudian hari. Intervensi psikologi terkait masalah sosial anak, bisa dilakukan setelah konsultasi dilakukan.

Demikian kupasan ini, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua untuk memberikan ruang yang tepat bagi anak untuk tumbuh maju sesuai harapan.

Penulis Firmansyah, S.Psi., M.MKes, Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi "Buah Hati" juga sebagai Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Setda Dompu dan Anggota Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Dompu