Merdeka Belajar

Kategori Berita

.

Merdeka Belajar

Koran lensa pos
Senin, 16 Mei 2022

 

Wakil Ketua IGI NTB, Hairil Anwar, S. Pd


Oleh : Hairil Anwar, S. Pd*

Dalam hidup kita dituntut untuk mampu mengubah diri. Bahkan, meskipun tidak menginginkan perubahan, tanpa disadari perubahan sebenarnya sudah menjadi bagian dari kebutuhan.
Hal ini tidak lepas karena perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi.

Charles Darwin, seorang ahli geologi dan paling dikenal untuk kontribusinya terhadap biologi evolusioner juga mengatakan bahwa “Bukan spesies paling kuat yang akan bertahan, bukan pula yang paling cerdas, melainkan mereka yang responsif terhadap perubahan”

Dalam teorinya secara tidak langsung menyatakan jika kita tidak sanggup beradaptasi dengan perubahan maka kita akan punah.

Maka dari itu, bagi mereka yang belum bahagia, pastinya ingin menjadi bahagia
Mereka yang sudah bahagia, pastinya ingin lebih bahagia. Mereka yang kekurangan, pastinya ingin menjadi berkecukupan. Mereka yang sudah berkecukupan, pastinya ingin lebih berkecukupan. Dan begitu seterusnya, yang mana pada dasarnya setiap orang ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Namun, masalahnya adalah untuk berubah itu tidak mudah. Bahkan bagi sebagian orang, melakukan perubahan itu terkesan sulit. Terdapat salah satu penghambat terbesar seseorang untuk berubah. Penghambat tersebut adalah emosi-emosi negatif dan luka batin yang selama ini terpendam.

Selama kita belum bisa membebaskan diri dari emosi-emosi negatif dan luka batin, perubahan yang diinginkan akan sulit tercapai.

Jadi, tidak mengherankan, banyak rencana melakukan perubahan diri yang tetap tidak berubah dari tahun ke tahun.

Saya hanya ingin mengantarkan pemahaman tentang kurikulum merdeka yaitu:

1. Guru diposisikan sebagai pemimpin pembelajar. Sebuah istilah unik. Posisi guru tidak lagi menjadi sosok yang kerjanya mengeluh soal beratnya administrasi. Ia menjadi sosok yg 'haus' mencari ragam tipe penugasan yg bermakna bagi anak didiknya. Ia paham penugasan apa yang menarik dan berorientasi masa depan. Pergulatan ia dalam merencanakan pembelajaran adalah bagaimana hadirkan skenario yang terbaik agar muridnya mendapatkan manfaat. 

2. Sekolah akan mempunyai kurikulumnya sendiri. Versi kurikulum dari kementrian selama ini adalah standar minimum. Sekolah yang efektif meminta guru-gurunya kerja bersama  merancang sendiri kurikulumnya. Menambahkan muatan sesuai dengan situasi lalu didokumentasikan. Dokumen ini lah yang kemudian menjadi acuan bagi guru guru dalam mengajar dan rutin tiap ditinjau tiap dua tahun. Sekolah juga bisa membawa kearifan lokal daerahnya masuk dalam kurikulum. Misalnya sekolah yang terletak didaerah rawan bencana bisa menyelipkan muatan materi sadar bencana bagi siswanya. Dalam melakukan penentuan ini sekolah bisa melibatkan pemangku kepentingan misalnya yayasan, komite sekolah dan masyarakat. Jika ini terjadi maka guru akan mendapatkan dukungan dalam pelaksanaannya. 

3. Karakter siswa diintegrasikan dalam pembelajaran. Profil pelajar Pancasila dihadirkan sebagai masukan bagi sekolah untuk diajarkan layaknya matpel. Sebuah cara terbaik dlm memberikan masukan kepada sekolah dalam memilih karakter apa yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran agar sisi afektif siswa menjadi terasah. Detail dari karakter ini diintegrasikan dalam pembelajaran. Dijadikan bahasa sehari-hari guru dalam berkomunikasi, mendidik dan memberikan umpan balik. Karakter ini pun tertera diraport dan diberikan narasi bagaimana siswa menjalaninya di sekolah. Butir butir karakter ini pun terpajang di sekolah membuat guru dan siswa  selalu diingatkan agar menjadi orang yang melaksanakan (walk the talk)

4. Sekolah melakukan perubahan orientasi dari penyampaian konten (kejar target) menuju kepada pemahaman dan penguasaan kompetensi. Sekolah aktifkan KKG/MGMP level sekolah yg merekomendasikan materi esensial untuk digunakan. Sebagai hasilnya sekolah akan mempunyai dokumen kurikulum sendiri (point 2).

5. Guru diminta melakukan usaha penyesuaian dalam hal  konteks pengajaran yang diberikan. Kepada siapa (target) pembelajaran betul-betul menjadi pertimbangan. Istilah yang digunakan dalam kurikulum ini adalah 'teaching at the right level'. Usaha yg mudah jika point 4 sdh dilakukan. Dokumen kurikulum yang komprehensif adalah dokumen yang menyampaikan tingkatan umur dan bersandar pada pemahaman yang siswa miliki sebelumnya.

6. Sekolah serius dan fokus pada penyusunan standar literasi & numerasi di level internal sekolah. Selain sekolah sibuk hadirkan pembelajaran yg bermakna lewat metode/strategi/model/pendekatan/teknik yg beragam.  Sekolah menggiring dahulu guru-gurunya kerja bersama dalam 'membungkus' target literasi dan numerasi di level satu sekolah. Dikarenakan jika sekolah hanya fokus pada target penguasaan materi tanpa mendirikan fondasi lewat numerasi dan literasi maka guru akan menemui kesalahan yang terus berulang karena ada pondasi yang lemah dan tidak tergarap.

7. Sekolah dengan mudah menerapkan (PBL) 'project based learning'. Alasan terbesar sekolah selama ini sulit terapkan PBL karena materi yang ada masih dalam bongkahan besar yang sulit guru integrasikan dengan matpel lain. PBL bisa berhasil jika guru sudah selesai dengn proses menentukan materi esensial dari matpelnya. (point 4)

Tujuh hal diatas jika sudah dilaksanakan tentunya akan melancarkan niat sekolah jika ingin terapkan Kurikulum prototipe ini. Namun jika belum semua diterapkan tidak menjadi soal. Akan ada pembimbingan bagi sekolah yg akan menerapkan. Mari beradaptasi terhadap perubahan. 

"Bukan yang terkuat yang bertahan, melainkan mereka yang paling adaptif menghadapi perubahan.

Poin terpenting:

1. terdapat capaian pembelajaran untuk memyusun Alur tujuan pembelajaran, tujuan  pembelajaran dan modul ajar

2. berhamba pada anak ( sesuai zamamnnya)

3. teaching at the right level

4. berpusat pada siswa ( dengan konsep MERDEKA)

5. tidak mengejar materi tetapi menguasaii konten dan kompetensi

6. kontekstual (sesuai dengan lingkungan belajar)

7. memahami karakteristik dan kebutuhan peserta didik

8. pembelajaran berdiferensiasi (konten, proses dan produk)

9 .lebih menitikberatkan pada assesmen formatif daripada sumatif

10. melakukan assesmen diagnostif di awal pembelajaran

Detail tentang perencanaan pembelajaran pada kurikulum merdeka: 

1. Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka : Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan. Mengembangkan  profil pelajar Pancasila pada peserta didik

2.  Kompetensi yang di tuju : Capaian Pembelajaran yang disusun per fase. Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi, misalnya:  SMP/sederajat terdiri dari satu fase, yaitu Fase D (umumnya setara dengan kelas VII, kelas VIII dan kelas IX SMP)

3. Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran utama, yaitu:

a. pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; 
b. projek penguatan profil pelajar Pancasila

Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang ditetapkan Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi. Mata pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran wajib. Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-kurangnya satu dari 5 (lima) mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya

4. Pembelajaran pada  Kurikulum Merdeka : Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik

Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)

5. Penilaian pada  Kurikulum Merdeka

Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik. Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek penguatan profil pelajar PancasilaTidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan 

6. Perangkat ajar yang disediakan pemerintah  yaitu Buku teks dan buku non-teks . Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional satuan pendidikan

7. Perangkat Kurikulum terdiri dari Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan inklusif, panduan penyusunan Program Pembelajaran Individual, modul layanan bimbingan konseling. 

(*Penulis adalah Wakil Ketua Pengurus Wilayah IGI Prop. NTB juga sebagai Pendamping & Penggerak Merdeka Belajar (PPMB)).