Petani Indonesia, Antara Senyum dan Tangis

Kategori Berita

.

Petani Indonesia, Antara Senyum dan Tangis

Koran lensa pos
Senin, 15 November 2021

 Oleh : Peltu Syamsul Kamar*


                  Buah Merah di Papua

Sebagai negara kepulauan terbesar dunia, posisi geografis Indonesia membentang pada koordinat 6 LU – 11.08’ LS dan 95 BT – 141.45’ BT dan terletak di antara dua benua, Asia di utara, Australia di Selatan, dan dua samudera yaitu Hindia/Indonesia di barat dan Pasifik di timur Indonesia menjadi negara kaya raya dengan sumber daya alamnya (SDA)

90% Penduduk Indonesia mengandalkan perekonomiannya dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan (sektor swasta) 
akan tetapi masyarakat di bumi yang di juluki Gemah Ripah Lohjinawi ini tak pernah menjadi tuan di tanahnya sendiri, karna setiap panen selalu saja orang-orang bermodal mempermainkan harga, ambil saja beberapa contoh petani Jagung di Bima, petani tembakau di lombok NTB, petani bawang di Berebes Batang Jawa Tengah, Petani Cabe di Jawa Timur  dan berbagai kasus kejadian lainnya.

Demikian juga petani buah merah di Papua, setali tiga uang dengan saudara-saudaranya di daerah lain, Buah merah adalah buah endemik Papua buah ini hanya mampu tumbuh di ketinggian 3.500 Mdpl  dengan suhu 5 sd 25 derajat dan hanya tumbuh pada daerah lembah Baliem yang meliputi Kabupaten Jayawijaya, Tolikara, Mamberamo Tengah, Membramo Raya, Yahukimo.

Buah ini adalah jenis buah pandan dan termasuk buah musiman satu kali dalam seahun, begitu banyak manfaat dari buah merah sebagai campuran bahan makan, lebih banyak di gunakan untuk bahan obat-obatan 

Harga kapsul buah merah di pasaran perbotol isi 50 biji mencapai 300 sd 500 ribu namun buah aslinya di petani harganya hanya 20 ribu 

Distrik Eragayam adalah daerah penghasil buah merah terbaik di Papua namun petani buah merah tetap miskin karna permainan pemodal besar yang tidak tidak ingin melihat petani buah merah ikut menikmati kesejahteraan.

Petani tidak bisa menjual langsung pada pabrik pengolahan di kota Wamena mereka harus menjual mrlalui pengepul yang merupakan anak buah pemilik pabrik, inilah yang membuat petani buah merah tidak mampu berkutik dengan harga yang di tentukan oleh pabrik 

Dari penghasilan buah merah ini seharusnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan yang lebih layak, mampu membiayai pendidikan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi yang kita harapkan menjadi generasi yang akan membangun Bangsa dan Negara menjadi Negara yang berkeadilan dan makmur sejahtera 

 Semoga ke depan ada campur tangan pemerintah untuk untuk membuat regulasi kebijakan yang melindungi petani kita dari tangan kapitalis yang bermodal besar, agar masyarakat pertanian kita tidak lagi dirugikan, petani buah merah di Papua khususnya dan seluruh petani Indonesia pada umumnya.

(*Penulis Bahub Satgaster Kodam IX/Udayana Kapok tuud Kanminvetcad IX/13 Mataram).