Harga Gabah Anjlok, Petani Menjerit

Kategori Berita

.

Harga Gabah Anjlok, Petani Menjerit

Koran lensa pos
Rabu, 11 Agustus 2021

 



Dompu, koranlensapost.com - Harga eceran gabah yang berkisar antara Rp. 3.400 - 3.600 per kg di Musim Kemarau Tahap I (MK I) di Kabupaten Dompu membuat petani menjerit. Pasalnya hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.

Saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang berlangsung di Aula DPRD Kabupaten Dompu yang dihadiri oleh sejumlah anggota dewan, perwakilan petani menyampaikan keluhan terkait anjloknya harga gabah yang dinilai sangat mencekik itu.

Muzakir Akbar, seorang petani asal Kelurahan Bali yang menggarap sawah ddi So Kunci Moka Desa Sori Sakolo Kecamatan Dompu mengungkapkan bahwa harga gabah kering panen di tingkat pengepul Rp. 3.400 per kg. Harga tersebut jelas sangat merugikan petani karena belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan mulai dari proses penanaman hingga pemanenan. Muzakir juga mempertanyakan mengapa Bulog tidak melakukan pembelian gabah dari petani. 

Hal yang sama juga dilontarkan oleh Koordinator Petani, Burhan, Koordinator petani di So Rahalayu Desa Manggr Asi Kecamatan Dompu. Ia menyebutkan harga gabah sangat tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Ia merinci biaya pembajakan sawah per hektar Rp. 1.200.000. Selanjutnya pembibitan per hektar memerlukan biaya Rp. 800.000 (40 bedeng x 20.000), tenaga penyebar bibit 2 orang Rp. 200.000. Biaya penanaman 20 orang sebanyak Rp. 1.600.000, obat pembasmi gulma Rp. 960.000. Ia juga menyebutkan secara detail jumlah pupuk yang dibituhkan per hektar sampai pada proses pemanenan dan penanganan pasca panen yang semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Total biaya yang kami keluarkan per hektar Rp. 10.305.000," ungkapnya.

Biaya tersebut tidak sebanding dengan harga gabah kering giling Rp. 3.600 per kg yang dibeli oleh pihak pengepul (palele).. Apabila hasil panen per hektar sekitar 5 ton, maka hanya sekitar Rp.18.000.000 (delapan belas juta rupiah) belum dikurangi 10% zakat. Apalagi bagi petani bagi hasil hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 3 juta. 

"Lalu untuk garap berikutnya nombok. Jelas nombok," keluhnya.

Karena itu Burhan berharap pihak Bulog bersama pemerintah daerah dapat menyikapi persoalan ini agar petani bisa mencapai kesejahteraan. 

"Kita tidak menyalahkan pengepul tetapi tolonglah kepada Bulog agar membeli gabah dari petani agar harga bisa sama rata," ucapnya. 

Di luar RDPU, Keluhan tentang anjloknya harga gabah ini juga disampaikan oleh Ikhwayudin Ak.  Anggota DPRD Kabupaten Dompu periode 2014 - 2019 itu mendesak kepada Pemkab Dompu agar merespon persoalan ini dengan segera karena berhubungan langsung dengan kondisi riil yang dihadapi petani.

"Petani Dompu merana, harga gabah petani Dompu di bawah HPP (Harga Patokan Pemerintah). Menunggu intervensi dari Pemerintah AKJ-SYAH," pintanya.

Keluhan senada juga disampaikan oleh Hairil Anwar, seorang petani di Desa Dorebara Kecamatan Dompu.

"Alhamdulillah akhirnya padi-padi kami tiba masanya dipanen setelah melalui masa-masa sulit kekurangan air, kelangkaan pupuk, kemahalan obat. Parahnya lagi saat ini harga padi dihargai oleh para pembeli dengan harga yang murah meriah.
Nasib jadi petani padi memprihatinkan. Padahal padi cikal bakal nasi yang mnjadi makanan pokok orang Indonesia. Walau bagaimanapun kami tetap bersyukur kepada Allah SWT. Semoga suatu saat pemerintah dan pihak-pihak terkait betul-betul memperhatikan nasib petani padi," ungkapnya. (emo).