Menurutnya, saat Harmoko tiba di instalasi gawat darurat (IGD) RSPAD kondisinya sudah dalam keadaan penurunan kesadaran.
"Baru tiba. Jadi hitungannya menit dan langsung ke IGD sudah penurunan kesadaran," ujar Budi saat dikonfirmasi awak media.
Setelah itu, dokter langsung mengambil tindakan medis terhadap mantan Ketua MPR tersebut. Namun, Tuhan berkehendak lain mantan wartawan senior tersebut meninggal dunia pada pukul 20.22 WIB.
"Kita coba lakukan tindakan medis, tetapi Tuhan berkehendak lain. Jadi memang singkat sekali di IGD," tandasnya.
Dihimpun dari beragam sumber, Harmoko mengawali kariernya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Pada tahun 1964 ia bekerja juga sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata, dan kemudian Harian API pada 1965.
Pada saat yang sama, ia menjabat pula sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965). Pada tahun berikutnya (1966-1968), ia menjabat sebagai pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Pada tahun 1970, bersama beberapa temannya, ia menerbitkan harian Pos Kota
Sebagai menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan) yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah. Kala itu, Harmoko dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum (Pemilu) melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan".