Tokoh Kita BJ. Habibie (2)

Kategori Berita

.

Tokoh Kita BJ. Habibie (2)

Koran lensa pos
Rabu, 26 Mei 2021

 




Hubungan Habibie dengan para saudaranya berjalan baik. Ia selalu hormat terhadap kakak dan akrab dengan adik-adiknya. Apalagi dengan Jusuf Effendy yang dikenal dengan nama Fanny,  di antara kedua adik kakak ini selalu dekat bagaikan anak kembar yang tak serupa. Di antara keluarga besarnya, Fanny-lah yang merasa dekat dengan Habibie. Pada masa kecil pakaian mereka selalu sama, tidak terkecuali sepatu dan celana. Jusuf Effendy mengakui bahwa Habibie dalam beberapa hal selalu bertindak bijaksana tetapi rasional, sementara dia lebih banyak emosional. Dari kecil, untuk hal-hal yang berhubungan dengan penalaran memang Habibie selalu unggul, tetapi bila otot yang bekerja Fanny yang lebih duluan bertindak.

Ketika Jepang akan masuk Parepare, seluruh warga mengungsi ke luar kota. Keluarga Habibie memilih desa Lanrae di Kecamatan Palanro, Kabupaten Barru sekarang, sebagai tempat mengungsi. Waktu pengungsian tahun 1942 itulah Habibie jatuh sakit, penyakitnya cukup berat. Pada saat itu Alwi Abdul Jalil Habibie, ayahnya, mengenal baik A. Haruna Daeng Rombo, bawahannya yang menjabat sebagai stafnya di Barru. Dengan perantaraan Haruna inilah ayah Habibie bertamu ke rumah Raja dan diperkenalkan dengan Raja Bau Djondjo Kalimullah KaraEngta Lembang Parang Arung Barru untuk mengobati penyakit Habibie yang tak kunjung sembuh. Di sana Habibie diberi air yang sudah dijampi Raja. Berkat rahmat Tuhan Habibie akhirnya sembuh.

Ada kepercayaan orang Bugis, kalau seorang anak laki-laki dengan wajah mirip ayahnya, maka anak itu akan membawa musibah terhadap sang ayah. Artinya kalau tidak ayahnya yang meninggal, maka sebaliknya anaknya-lah yang akan meninggal, atau berpisah tempat. Sebaliknya, kalau anak perempuan yang mirip wajah ayahnya, maka anak itu akan membawa rezeki. Berhubung wajah Habibie sangat mirip ayahnya, maka menurut kepercayaan dan tradisi Bugis-Makassar, anak itu harus dijual secara simbolis. Akhirnya Habibie dibeli oleh Raja Barru dengan sebilah keris.
(Sumber: BJ. Habibie. Kisah Hidup dan Kariernya. A. Makmur Makka - Bersambung).