Desa Bara, Kakek Tua Yang Awet Muda

Kategori Berita

.

Desa Bara, Kakek Tua Yang Awet Muda

Koran lensa pos
Sabtu, 06 Februari 2021


Desa Bara adalah sebuah desa yang permai di sebelah barat Bukit (Doro) Nowa. Desa Bara dibentuk tahun 1971 oleh Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Dompu menjadi sebuah unit pemerintahan terkecil yang menaungi penduduk yang mendiami wilayah yang terbentang di antara dua bukit, Doro Nowa dan Doro Sire.  Sedangkan tanggal 5 Agustus 1971 adalah tanggal dibangunnya kantor Desa Bara.
.
Sangat unik dan langka di Dompu, sebab tidak banyak desa atau kelurahan di Dompu yang mengetahui secara pasti dan merayakan hari jadinya dengan sebuah festival budaya. Saya pribadi sangat mengapresiasi hal ini sebagai sesuatu yang positif. Mudah-mudahan momentum hari jadi yang secara kontinyu diperingati ini dapat menjadi titik tolak pelestarian nilai-nilai dan tradisi-tradisi positif khas Dou Bara. Tentu saja dengan mengoreksi dan membuang sisi-sisi negatifnya.
.
Meskipun secara resmi Desa Bara baru terbentuk pada tahun 1971, namun sebenarnya eksistensi Desa Bara dan Dou Bara telah berlangsung sejak akhir Abad ke-19. Walau belum diketahui secara detail tanggal dan tahunnya. Eksistensi Dou dan Desa Bara dimulai dari M. Amin Ompu Emo, seorang pintar dan sakti yang diangkat menjadi guru dan orang kepercayaan oleh sultan Dompu yakni Sultan Muhammad Sirajuddin Manuru Kupa (berkuasa tahun 1881-1934).
.
Ompu Emo diberikan tugas oleh Sultan untuk menjaga dan mengelola areal persawahan subur milik kerajaan di sebelah barat Bukit (Doro) Nowa hingga ke kaki bukit di barat sana. Dalam menjalankan tugasnya, Ompu Emo dibantu oleh keluarga besarnya. Mereka sekaligus menempati lokasi tersebut, yakni di sebelah timur sungai (Sekarang disebut Dusun Bara). Sultan bahkan mengangkat salah satu anak Ompu Emo menjadi pelayan pribadinya. Anak Ompu Emo ini bernama asli Abdurrahman, namun lebih sering dipanggil La Habe.
.
La Habe bertugas menjadi pelayan sekaligus pengawal pribadi Sultan Muhammad Sirajuddin. Ia sangat loyal dan setia kepada sultan sehingga sultan sangat menyayanginya. Saking sayangnya sultan pada La Habe, sampai-sampai banyak orang menyangka bahwa sebenarnya La Habe adalah anak dari Sultan Muhammad Sirajuddin dari salah satu selir beliau.  

Ketika pada tahun 1934 Sultan Muhammad Sirajuddin diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Kerajaan Kupang, La Habe pun ikut serta dengan beliau. Bahkan ketika tanggal 14 Februari 1937 Sultan Muhammad Sirajuddin wafat, ia tidak mau kembali ke Dompu. Ia memilih menikah dan menetap di Kupang. Hingga saat ini istri dan anak-anak La Habe masih berdomisili di ibu kota Provinsi NTT itu.
.
Pemukiman di sebelah timur sungai akhirnya semakin ramai dan berkembang hingga terbentuk sebuah perkampungan. Ompu Emo didaulat menjadi gelarang (kepala desa) Bara. Selepas wafatnya Ompu Emo, anak tertuanya bernama M. Hasan Ompu Heso menggantikannya sebagai gelarang. M. Hasan atau yang dulu dikenal dengan Ama Ante, lahir pada tanggal 20 Maret 1920. Ia menggantikan ayahnya menjadi gelarang (kepala desa) di Bara. Dari sinilah Ama Ante atau Ompu Heso mendapat gelar Kapala La Bara. Ia memilki dua istri dan banyak anak dan sebagai anak lelaki tertua ia mewarisi sebagian besar harta ayahnya. Saat itu ia bahkan menjadi salah satu masyarakat biasa Dompu yang paling awal memiliki sebuah mobil.
.
Namun dinasti Ompu Emo di Desa Bara berakhir selepas naiknya Orde Baru. Zaman baru dimulai dan sistem lama harus ditinggalkan. Keturunan Ompu Emo ataupun Ompu Heso tidak lagi mewarisi jabatan Kepala Desa seperti pada masa sebelumnya. Mereka kini menjadi warga biasa sebagaimana masyarakat Bara lainnya. Saat ini masih tersisa dua orang anak ompu Heso yang masih hidup dan keduanya adalah laki-laki. Meskipun demikian, hanya seorang yang masih tinggal di Desa Bara, yakni Usman M. Hasan yang dijuluki Moa ‘Dondo.
.
Kesimpulannya, sejarah Desa Bara jauh lebih panjang dari 49 tahun yang baru saja diperingati. Terlepas hari dan tanggalnya tidak tercatat secara pasti, bisa jadi usia Desa Bara yang sebenarnya adalah telah mencapai seratus tahun. Ibarat usia seorang kakek tua sepuh yang telah kaya akan pengalaman hidup, namun kemudian harus dianggap berusia lebih muda. Desa Bara ibarat kakek tua yang awet muda. Tua akan sejarah, namun tersembunyi dalam keawet-mudaannya. Pokoknya, selamat ulang tahun Desa Bara! [Uma Seo]

Penulis: Faisal Mawa’ataho
.
Baca di blog aslinya https://kambalidompumantoi.wordpress.com/2020/08/06/desa-bara-kakek-tua-yang-awet-muda/