Budayawan Ir. Nurhaidah Berharap Buku SKD Jadi Bacaan Pelajar di Dompu

Kategori Berita

.

Budayawan Ir. Nurhaidah Berharap Buku SKD Jadi Bacaan Pelajar di Dompu

Koran lensa pos
Minggu, 24 Januari 2021


Dompu, koranlensapost.com - Buku "Sekitar Kerajaan Dompu" atau disingkat SKD adalah buah karya sejarawan dan budayawan Dompu Almarhum Israil M. Saleh. Berkat kegigihan dan semangat pantang menyerah dari putri almarhum yang bernama Ir. Nurhaidah akhirnya berhasil dicetak perdana pada pertengahan 2020 lalu. Jumlahnya tak banyak. Hanya 50 (lima puluh) eksemplar yang bisa dicetak, karena keterbatasan biaya. Buku yang memuat sejarah dan budaya Dompu dari masa ke masa itu diterbitkan oleh Penerbit Buku Litera Yogyakarta.
Meski jumlahnya sedikit, tetapi buku yang berisi 388 halaman ini tampilannya eksklusif. Gambar atau foto sesuai dengan warna aslinya.

Nurhaidah mengaku sangat berharap buku SKD bisa dibiayai pencetakannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu maupun Provinsi NTB dan selanjutnya didistribusikan ke sekolah-sekolah untuk menjadi koleksi perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA sederajat maupun perguruan tinggi yang ada di Dompu agar menjadi bahan bacaan bagi para pelajar dan mahasiswa.

"Harapan saya sih begitu pemerintah yang mencetaknya karena buku ini berhubungan dengan sejarah dan budaya daerah kita sendiri," pintanya dengan mimik penuh harap.

Bahkan menurutnya masyarakat luas juga bisa dengan mudah mendapatkan dan membaca buku tersebut agar mengetahui sejarah dan budaya daerahnya sendiri. Bila telah diperbanyak oleh pemerintah, maka dapat dikoleksi oleh perpustakaan daerah maupun perpustakaan desa.

Bagaimanakah buku ini bermula ?

Nurhaidah menceritakan awal mula penyusunan buku ini. Awalnya masih berbentuk risalah dengan judul yang sama yaitu "Sejarah Kerajaan Dompu" oleh almarhum Israil M. Saleh sekitar awal tahun 80-an. 
"Seingat saya saat itu Dae (panggilan kepada almarhum Israil M. Saleh) sebagai Camat," ungkapnya.
Almarhum menyusun risalah tersebut atas bantuan dari para tokoh pecinta sejarah dan budaya Dompu. Seperti Bapak A. Aziz M. Saleh (alm), Bapak M. Saleh Amin (alm), Bapak H. Mahmud Yasin (alm), Bapak Suratman Darusman, BA, Bapak Makarau HAR (alm), Bapak M. Yusuf Jamaluddin (alm), Bapak Nurdin Umar (alm). Bapak Mustakim AR (alm) dan dari beberapa sumber lain yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai sejarah dan budaya daerah.




Risalah tersebut pertama kali dipublikasikan oleh Kantor Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) Kabupaten Dompu dalam bentuk naskah tahun 1985. Naskah sejarah SKD tersebut kemudian mendapat rekomendasi dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II  Dompu H. Moh. Yakub MT pada tanggal 29 September 1985 sebagai sebuah bentuk kegiatan menemukan kembali nilai-nilai yang bersifat asli daripada kehidupan sosial budaya masyarakat Dompu terutama dalam kurun waktu Kerajaan Dompu tempo dulu. Rekomendasi juga diberikan oleh Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Dompu H. Moh. Said Yusuf selanjutnya sebagai bahan arsip. Salinan naskah ini juga telah diserahkan ke Perpustakaan Wilayah NTB, Taman Budaya Mataram, dan Perpustakaan UGM Yogyakarta.

Pada tahun 2001, almarhum Israil M. Saleh meninggal dunia di Madinah setelah menunaikan Ibadah Haji. Naskah tersebut belum sempat dicetak menjadi sebuah buku. 
Sepeninggal almarhum, sang putri Nurhaidah mencari-cari naskah simpanan almarhum. Akhirnya berhasil ditemukan. Ada beberapa bagian telah dimakan rayap. 
"Saya mencari naskah ini sambil berperang dengan rayap," ujarnya sembari menunjukkan naskah asli SKD yang sudah dilaminating oleh penyunting dan dibendel rapi dalam beberapa map. Terlihat sebagian dari kertas-kertas naskah itu sudah dimakan rayap.
Setelah menyelamatkan naskah itu, karena berbagai kesibukan Dae Dau tidak langsung membuka-buka dan membaca isinya. Barulah pada tahun 2015 naskah itu dibacanya. Semangatnya bangkit ingin membukukan naskah warisan ayahanda tersebut.

"Naskah itu baru sempat saya baca setelah saya simpan lebih kurang 14 tahun tepatnya sejak tahun 2001, saat penulisnya tiada. Merinding rasanya membaca naskah ini ketika mengetahui betapa sejarah Dompu yang sebenarnya diuraikan dengan sangat jelas, karena beberapa pertanyaan di benak saya dan banyak generasi muda Dompu yang ingin mengetahui tentang sejarah dan budaya Dompu hampir bisa terjawab dalam naskah SKD. Hal itu dapat terlihat dari begitu antusiasnya peminat sejarah dan budaya yang telah menginisiasi terbentuknya kelompok pemerhati sejarah dan budaya seperti Mbolo, Makkadana Dompu dan Masadana Dompu," ungkap Nurhaidah pada Kata Pengantar-nya dalam buku tersebut.


Beberapa tahun lamanya Dae Dau melakukan penyuntingan terhadap naskah SKD itu. Beberapa materi yang mengalami pengulangan ditiadakan. Frasa penyebutan bahasa disesuaikan dengan temuan data-data terbarukan, dari istilah bahasa Bima (Nggahi Mbojo) menjadi bahasa Dompu (Nggahi Dompu). Begitupun dengan silsilah raja-raja Dompu, terdapat beberapa penyesuaian sesuai dengan data terbaru. Berkat bantuan Leon Muslim, penulis naskah SKD semasa almarhum masih hidup yang memadukan isi naskah dengan tulisan ketikannya.
Perjuangan yang tak kenal menyerah itu akhirnya membuahkan hasil. Dengan biaya yang pas-pasan akhirnya buku SKD cetakan perdana pun terbit pada medio 2020 sebanyak 50 eksemplar. 

"Saya terobsesi untuk mencetak buku ini karena ingin membahagiakan orang tua," tutupnya. (AMIN).