Tim Balai Arkeologi Bali dipimpin I Nyoman Rema didampingi para pegiat sejarah dan budaya Dompu melihat secara langsung menhir di salah satu kawasan pegunungan di Saneo Kecamatan Woja Kabupaten Dompu.
Dompu, Lensa Pos NTB - Menhir adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya sehingga berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang), artinya Batu Panjang.
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah, tetapi pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Menhir, bersama-sama dengan dolmen dan sarkofagus, adalah megalit. Sebagai salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi).
Beberapa menhir memiliki pahatan pada permukaannya sehingga membentuk figur tertentu atau menampilkan pola-pola hiasan. Menhir semacam ini dikenal sebagai menhir arca (statue menhir). Menhir berfungsi sebagai monumen masa prasejarah sebelum masehi.
Menhir Saneo
Lokasi penemuan menhir tercatat di Eropa, Timur Tengah, Afrika Barat, India, Korea, serta Nusantara. Para arkeolog melihat bahwa menhir digunakan untuk tujuan religius pemujaan dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang sebagai penguburan.
(Sumber Wikipedia).
Fakta mencengangkan bahwa sekitar 5 atau 6 kilometer dari Desa Saneo Kecamatan Woja Kabupaten Dompu NTB, tepatnya di So Panca Desa Saneo (sekitar 2 km arah utara dari Air Terjun Panca Saneo) terdapat sebuah batu menhir yang unik dan alami. Tingginya mencapai sekitar 160 cm.
Salah seorang pemerhati sejarah dan budaya di Desa Saneo, Nurajin menuturkan bahwa warga desa setempat yang berprofesi sebagai pencari madu telah lama mengetahui keberadaan batu panjang tersebut. Namun mereka menganggap hanyalah batu biasa yang tidak memiliki nilai historis.
"Namanya orang awam tidak sekolah sehingga dianggap batu biasa saja. Setelah saya buka-buka google maupun youtube baru meyakini bahwa batu panjang ini adalah menhir karena sama dengan di Cianjur Jawa Barat atau di Pulau Nias tapi yang di Saneo ini lebih unik dan alami," kata tokoh muda berjenggot yang familiar disapa Fasul ini.
Lebih lanjut Fasul mengungkapkan bahwa lokasi keberadaan menhir itu di atas puncak bukit. Tetapi di tempat tersebut sangat rata dengan luas sekitar 2 hektare. Di sekitarnya terdapat susunan bebatuan (wadu bente/benteng) menyerupai piramida.
"Dari permukaan sungai ada susunan batu seperti piramida memanjang sampai ke puncak menhir sekitar kurang lebih 40 sampai 50 meter. selain dari pada itu ukuran benteng segi empat jarak dari selatan ke utara rata memiliki panjang 150 meter sampai 200 meter. Dataran segi empat pada puncak gunung tersebut hampir 2 hektar lebih. Menurut analisanya tempat tersebut pasti dihuni banyak orang saat itu.
Ia menyebut dataran luas di atas puncak bukit bukan hanya di tempat keberadaan menhir itu saja tetapi seluruhnya ada 4 tempat yang serupa. Tetapi yang ada menhir hanya di satu tempat," jelasnya.
Dikatakannya di lokasi yang lain tak jauh dari menhir itu terdapat pula sebuah gowa (karombo/lubang) yang cukup panjang dan diameternya cukup lebar. Di mulut goa tersebut terdapat susunan batu benteng menyerupai piramida juga.
Selain itu, di lokasi So Mantua (dekat So Ncando dan So Lalembo juga terdapat satu makam yang unik. Salah satu pusara (batu nisan) dari makam tersebut sangat tinggi. Sedangkan yang satu lagi berukuran biasa.
Mencermati benda-benda purbakala di atas, Fasul menduga bahwa di wilayah tersebut sudah ada kehidupan sekitar 5000 sampai 6000 tahun sebelum masehi.
Untuk itu ia berharap para peneliti dari Balai Arkeologi Bali suatu saat dapat melakukan penelitian terhadap aneka bebatuan unik tersebut.
Ketua Makkadana Dompu Muhammad Iradat yang telah menyaksikan secara langsung keberadaan menhir tersebut terheran-heran melihat keunikan dari Menhir Saneo itu. Lokasinya unik yaitu memanfaatkan puncak punggung bukit yang sangat curam di antara dua sungai di kedua sisi bukit. Dari dasar bukit ditata sedemikian rupa seperti teras, jumlahnya tiga tingkat sampai di puncak menhir.
Di setiap ujung halaman teras ditata dari batu dari jenis batuan kali dan andesit. Luas areal diperkirakan 1-4 Hektare.
"Jenis situs menurut pemahaman awam kami, menyerupai karakteristik perpaduan seperti situs Doro'bata dan Situs Batu Padang Jawa Barat," paparnya.
Informasi yang diperolehnya masih berserakan ratusan benda cagar budaya yang unik dan luar biasa dari peradaban Ncuhi Saneo di hutan sekitar So Panca dan Mantua.
"Temuan luar biasa berharga ini agar dijaga dari aktivitas manusia. Mengingat di sekitar areal sisa hutan tropis ini, sudah masuk daerah perambahan liar masyarakat," tandasnya.
Imbauan untuk tidak merusak hutan Saneo demi mengamankan benda-benda purbakala dan pelestarian lingkungan juga disampaikan oleh Mahfudin dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Tokoh muda dari Desa Saneo ini mengajak para tokoh pemuda di desanya untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan dari ulah tangan-tangan jahil yang merusak hutan. (AMIN).