Soekarno, Ende dan Bima (Bagian 2)

Kategori Berita

.

Soekarno, Ende dan Bima (Bagian 2)

Koran lensa pos
Minggu, 03 Mei 2020
Oleh : Alan Malingi*
Rumah pengasingan Bung Karno di Jl. Perwira Kota Ende. (Sumber foto : thejakartapost.com).


Di Ende Soekarno banyak berkenalan dengan orang orang Bima. Pergaulannya luwes dan lintas agama dan suku. Soekarno cukup akrab dengan tokoh katolik dan pastor Hettink asal Belanda. 

Belanda mulai melancarkan  propaganda dengan menghasut Raja Ende Abdurrahman Bin Ambusman untuk membenci Bung Karno. Pada tanggal 27 Januari 1934 malam, rumah Bung Karno dilempar orang tak dikenal. Setelah itu, aktivitas Bung Karno dibatasi. Bung Karno tidak diperbolehkan untuk beraktivitas malam hari terutama ke Masjid Arabhita. Menyikapi hal itu, masyarakat sekitar dan para ulama serta tokoh masyarakat membangun mushalla di halaman rumah  kontrakan Bung Karno. Mushalla berukuran 4 x 6 terbuat dari batang pohon kelapa beratapkan rumbia. 

Di mushalla inilah Bung Karno, H.Husen dan para ulama shalat magrib dan isya berjamaah. TGH. Husen mengajari Bung Karno tentang ilmu Ushuluddin dan ilmu Makrifat. Tentang hal ini, Bung Karno mengungkapkan kepada T.A Hasan di Bandung dalam suratnya sebagai berikut :

" ........ tergurat sebagian garis perubahannya saya punya jiwa, dari diri yang islamnya raba raba saja, menjadi jiwa yang islamnya yakin,, dan jiwa yang belum mengenal tuhan, menjadi jiwa yang sehari hari berhadapan dengan Dia......... " ( Anwar H.M.Ali....32 ).

Ungkapan Bung Karno dalam surat itu menunjukan bagaimana perubahan sikap dan kadar keislaman Bung Karno setelah menerima ilmu ilmu dari TGH. Husen dan ulama lainnya. Keislaman Bung Karno semakin mantap dan dalam, terutama tentang ilmu ma rifat. 

Kematangan ilmu agama, berpadu dengan suasana pengasingan yang sepi dan asri, membangkitkan semangat Bung Karno untuk mencetus ide ide cemerlang rumusan Pancasila. Dari sinilah rumusan Pancasila sebagai falsafah hidup, pedoman hidup dan dasar negara Indonesia lahir. 

Hari berganti bulan, tahun pun berganti.  Empat tahun Bung Karno menjalani masa pengasingan di Ende. Awal tahun 1939, Bung Karno resmi meninggalkan Ende.

Sebelum mengakhiri masa pengasingan, Bung Karno mengundang Tuan Guru H. Husen di kediamannya. Pada saat itu, Tuan Guru H.Husen memberikan Cindera Mata kepada Bung Karno yaitu sebilah keris dan Dala"i ( Alquran kecil). TGH. Husen berwasiat agar cindera mata itu disimpan dengan baik.TGH Husen menyampaikan bahwa kelak Bung Karno akan menjadi pemimpin dunia. 

Atas jasa para ulama dan TGH. Husen, Bung Karno berjanji untuk mengangkat anak H.Husen sebagai anak  angkatnya. TGH.Husen menyarankan agar Bung Karno bertemu dengan Sultan Muhammad Salahuddin Bima. Saran itu diterima Bung Karno untuk berkunjung ke Bima dan bertemu Sultan Muhammad Salahuddin.

Ende telah menyimpan kenangan yang tak terlupakan bagi Bung Karno dan keluarga. Ende telah melahirkan ide ide besar bagi Sang Proklamator untuk bangsa Indonesia. Menurut informasi para sejarahwan Bima bahwa dari Ende Bung Karno mampir ke Bima pada tahun 1939.Namun sejauh ini penulis belum mendapatkan data dan catatan sejarah terkait hal itu. Mungkin saja kapal Bung Karno hanya transit sebentar di Bima sebelum melanjutkan perjalanan. Bung Karno kemudian resmi berkunjung ke Bima pada 30 November 1950.

bersambung......