Soekarno, Ende Dan Bima (Bagian 1 )

Kategori Berita

.

Soekarno, Ende Dan Bima (Bagian 1 )

Koran lensa pos
Sabtu, 02 Mei 2020
Oleh : Alan Malingi*
Pelabuhan Ende (sumber foto : endefloresntt.blogspot.com)


Akhir Desember 1933, Soekarno, ibu Inggit, anak angkatnya Ratna Juami dan Ibu Amsoesi naik kapal Belanda Van Riebeeck di pelabuhan Surabaya menuju Kota Ratu Ende. Perjalanan ditempuh selama lebih dari dua minggu dihempas gelombang besar musim angin barat.  Tanggal 14 Januari 1934 pukul 08.00 pagi Kapal Van Riebeeck tiba di pelabuhan Ende- Flores.

Perjalanan Bung Karno ke Ende adalah adalah perjalanan menuju tanah pembuangan yang dijalaninya selama 5 tahun hingga tahun 1939.

Suasana saat kedatangan Bung Karno di Ende, dikisahkan oleh Ibu Hj. Mahani M.Saleh Banjar  sebagai berikut :

" bahwa saat kedatangan Bung Karno di pengasingan Ende, tidak ada keramaian, ridak ada masyarakat yang menjemput kehadurannya, kecuali dari pihak Belanda dan kaum bangsawan dari kerajaan Ende. Situasi ini memang sengaja diciptakan oleh pihak Belanda, dimana masyarakat ditakut takuti dan diintimidasi agar masyarakat Ende tidak perlu menjemput kehadirannya, karena Bung Karno adalah orang buangan. Walaupun demikian propaganda dari pihak Belanda, masyarakat Ende tidak luntur kepercayaannya pada Bung Karno. Bahkan di dalam hati kami tetap menyampaikan ucapan selamat Datang kepada Bung Karno ( Anwar H.M.Ali, Bung Karno Merambah Jalan Di Pengasingan Ende - Flores, Hal 8).

Di Ende, Bung Karno dan keluarga menempati mess Belanda. Di mess ini Bung Karno hanya bertahan selama tiga hari. Belanda melakukan intimidasi dan gerak gerik Bung Karno selalu diawasi. Karena merasa dibawah tekanan Bung Karno meminta untuk tinggal dan mengontrak rumah di luar mess yang jaraknya 100 meter. Permintaan itu disetujui oleh Pemerintah Hindia Belanda tetapi tetap dalam pengawasan. Bung Karno mengontrak Rumah ketua Adat Kota Ratu H.Abdullah Ambowaru. Rumah telah ditetapkan sebagai situs sejarah pengasingan Bung Karno di Ende.

Sebagai seorang muslim, setiap shalat lima waktu dan shalat jumat Bung Karno shalat di masjid Arabhita yang tidak jauh dari kediamannya. Di sanalah Bung Karno bertemu dengan tokoh agama, ulama dan tokoh masyarakat setempat seperti TGH Husen, H.Daud, M.Saleh Banjar, Habib Toha, Habib Hasan dan tokoh lainnya. Dari pertemuan demi pertemuan, Bung Karno menjadikan mereka sebagai guru.Bung Karno menyempatkan waktu mempelajari islam terutama kepada TGH.H.Husen adalah  warga Bima yang tinggal di Ende.

Dalam suratnya kepada T.A Hasan di Bandung, Bung Karno menulis :

" Di Ende memang saya lebih memperhatikan urusan agama daripada dulu. Disamping saya punya studi Sociale Watenscoopen rajin juga membaca buku buku agama dan tajkirah ""(Anwar H.M.Ali..33)

Bersambung...


(*Penulis adalah Sejarawan dan Budayawan Bima).