BENARKAH JAMA'AH TABLIGH (JT) PEMBAWA COVID-19 ?

Kategori Berita

.

BENARKAH JAMA'AH TABLIGH (JT) PEMBAWA COVID-19 ?

Koran lensa pos
Selasa, 05 Mei 2020
Oleh: Ir. H. M. Amin, M. Mpd*                                                                                           
Anggota JT di KM. Binaiya
                                                                Acara ijtima' JT tingkat Asia yg  rencananya dilaksanakan di Gowa selama 4 hari (19 - 22 Maret) gagal dilaksanakan karena dibubarkan oleh pemerintah dengan alasan meminimalisir penyebaran Covid-19.

JT yang berasal dari Dompu dan Bima tiba di Makasar pada sore hari Kamis tanggal 19 Maret 2020. Mereka tidak sempat berbaur dengan jamaah lain dari dalam maupun Luar negeri karena langsung diarahkan oleh panitia untuk menempati Asrama Haji di Gowa. Di sini mereka tinggal selama 5 hari menunggu kapal laut kembali ke Dompu dan Bima.

Pada tanggal 25 Maret 2020 mereka (JT asal Bima Dompu) kembali ke daerah masing-masing dengan menggunakan kapal laut KM BINAIYA. Kapal tersebut tidak hanya memuat kawan-kawan JT, tetapi juga ada banyak segmen masyarakat lain. Seperti mahasiswa, pedagang, pekerja dan masyarakat umum. Tiba di Pelabuhan Bima keesokan harinya, langsung dijemput oleh pemerintah daerah masing-masing.

Ingat hanya JT yang diperhatikan khusus (dijemput). Sedangkan penumpang kapal yang lain yang satu kapal dengan JT, yang tinggal bersama selama satu hari, berinteraksi satu sama lain, menggunakan fasiltas kapal yang sama dibiarkan pulang ke rumahnya dengan kendaraan umum atau pribadi.
Add caption

Kalau memang JT di langgap sebagai carier/pembawa Covid-19 yang sangat potensial, semestinya semua penumpang kapal dari berbagai segmen masyarakat wajib dilakukan tracking kontak untuk memperoleh data kepada pihak kapal BINAIYA agar mereka diperlakukan sama dengan JT. Karena logikanya, mereka satu kapal dengan JT.  Siapapun memiliki peluang yang besar tertular Covid-19. Tapi tracking kontak sama sekali tidak pernah dilakukan, sehingga penumpang lain selain JT hanya karantina mandiri selama 14 hari setelah itu mereka bebas beraktivitas di tengah masyarakat.

Sementara JT memasuki hari ke 29 mereka tinggal di rumahnya. Mereka harus menjalani
Rapid Diagnostic Test (RDT) lagi dan dilanjutkan dengan tes Swab. 
Hasil data Swab pertama yang  positif Covid-19  23 orang.
Ada tanda tanya besar, mereka dites Swab setelah melewati masa inkubasi lebih dr 28 hari. Padahal konon virus ini masa inkubasinya 14 hari. Kemudian untuk menjaga-jaga ditingkatkan sampai 28 hari.

Swab terhadap JT telah dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan total yang postif 37 orang. Mereka yang positif 37 orang saat ini dalam keadaan baik dan sehat di tempat karàntina. Dan tidak ada satu orangpun yg menunjukan gejala terinfeksi. Corona tidak mampu menginveksi warga JT, padahal virus ini hanya butuh waktu 7 hari setelah diketahui positif untuk membuat orang sakit atau mati menurut keterangan ahli virus. 

Selanjutnya untuk memastikan kondisi kesehatan keluarga JT  (anak dan istri ) mereka juga telah di RDT. Hasilnya 99% non reaktif, sehingga mereka cukup dikarantina di rumah masing masing. 
Hasil yang sangat membahagiakan, tapi juga menimbulkan tanda  tanya dan keheranan yang luar biasa. Kenapa virus ini tidak menular, padahal mereka tinggal satu rumah dengan seseorang/ kepala keluarga yang positif Covid-19 ???. Mereka menggunakan fasilitas yang sama: peralatan makan minum, alat mandi, tidur satu dipan dengan istri dan anaknya yang masih kecil. Kadang satu keluaŕga mereka hanya memiliki satu handuk yang dipakai bersama.  

Kita do'akan semoga saudara-saudara kita JT segera diberi jalan keluar dari musibah dan ujian keimanan yang sedang menimpanya.
Wallahu A'lam Bissawab.  

(*Penulis : Ketua Forum Umat Islam - FUI Dompu)