Pandangan Pribadi Saya Terhadap Keluarga Kita Jamaah Tabligh

Kategori Berita

.

Pandangan Pribadi Saya Terhadap Keluarga Kita Jamaah Tabligh

Koran lensa pos
Jumat, 17 April 2020
Oleh : Ihlas Hasan*
Dr. Ihlas Hasan, S. Pd. I, SH, M. Pd

Jamaah Tabligh (JT), nama sebuah kelompok dakwah Islam transnasional. JT merupakan gerakan dakwah global non-politik yang berfokus pada mengajak umat Islam untuk kembali mempraktikkan Islam sebagaimana dipraktikkan selama masa hidup nabi Muhammad SAW, khususnya dalam hal ritual, pakaian, dan kepribadiannya. Kelompok ini usianya sudah sangat sepuh, sudah melampaui beberapa generasi.

Gerakan Islam yang dipelopori Muhammad Ilyas al-Kandhlawi tahun 1927 di Mewat-India ini membawa misi Islam dalam wajah yang damai dan teduh. Ciri khasnya: lembut, menyentuh langsung sasaran dakwah dari rumah ke rumah, dari gubuk yang satu ke gubuk yang lain, dari lembah ke lembah. Mereka memanggul bekal sendiri dan juga dapur berjalan: kompor, minyak tanah serta sejumlah perangkat pendukung lainnya. Yang saya tahu, kelompok ini tidak bergantung pada subsidi pemerintah. Pendanaan dakwah murni dari sumbangan internal anggota jamaah.

Mereka memiliki karakter dakwah yang berbeda dengan ormas Islam kebanyakan. Agenda utamanya adalah reformasi spiritual Islam dengan menjangkau umat Islam di seluruh spektrum sosial dan ekonomi dan bekerja sampai ke tingkat akar rumput, untuk mencerahkan manusia, dengan misi menyeru manusia agar kembali beribadah kepada Allah SWT.

**
Saya pribadi mengenal JT pada medio 1992-1993. Saat itu JT kali pertamanya mendatangi desa Saya, dan menginap beberapa hari di Masjid. Kedatangan JT bertepatan dengan tumbuhnya semangat saya yang sedang ingin mendalami Islam. Sehingga sempat beberapa hari mengikuti pengajian dan ta'lim dari mereka. Banyak ilmu, hikmah dan pelajaran yang diserap.

Bagi saya, kedatangan mereka adalah cikal-bakal kebangkitan Islam di tanah kelahiran saya kala itu. Karena saat itu, da'i di desa masih sangat terbatas. Kegiatan keislaman masih sepi dan langka. Sehingga dengan kehadiran mereka, cukup menjadi energi positif dan ghiroh keislaman bagi kami masyarakat desa yang jauh dari sumber referensi Islam. Zaman ketika jalan masih belum diaspal. Cahaya listrik menjadi barang mewah. Dan zaman ketika TVRI menjadi Channel terpopuler.

Banyak di antara kita yang berpersepsi miring tentang JT, seperti: berdakwah tp gk punya ilmu, dakwah bikin kotor masjid, banyak menebar bid'ah dan beberapa panilaian jelek lainnya. Bahkan di beberapa tempat ada ummat Islam yang sempat mengusir mereka yang hendak melaksanakan dakwah. Dan yang mengusirnya adalah ummat Islam itu sendiri, sahabat seimannya. Ini menjadi fenomena keberislaman kita di Indonesia.

Dalam prinsip hidup saya, dakwah Islam tidak bisa diborong oleh satu organisasi Islam. Sebab bagaimana mungkin penduduk bumi yang jumlahnya lebih-kurang 6 miliar jiwa, lalu kendali dakwah hanya diklaim oleh satu atau dua ormas Islam. It's impossible !
Artinya semua omas Islam di Indonesia dan di dunia memiliki kontribusi masing-masing untuk melaksanakan agenda dakwah Islam.
Soal kekurangan dan keterbatasan jangan jadikan sebagai ruang perpecahan apalagi permusuhan. Harusnya kita saling mengisi, melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain. Dan ini salah satu syarat agar Islam bisa kembali kuat dan jaya.

**
Jamaah Tabligh akhir-akhir ini menarik perhatian publik dan menjadi bahan perbincangan media nasional karena hendak menggelar pertemuan tahunan: Ijtima Zona Asia Tahun 2020 di Pakkatto, Gowa, yang akhirnya dibatalkan. Rencana pertemuan itu menjadi bermasalah karena diadakan saat situasi pandemi Covid-19 melanda negeri. Dan beberapa anggota JT ada yang teridentifikasi positif Covid-19.

Katakanlah apa yang mereka (JT) lakukan merupakan sebuah kelalaian atau kesalahan. Tapi jangan sampai kita melupakan semua jejak dakwah dan kebaikan yang mereka lakukan untuk ummat Islam dan bangsa ini. Menghukum mereka berlebihan seperti: mengumpat dan mencaci maki adalah bukan akhlak ummat Rasulullah. Ciri khas ummat Islam adalah saling memaafkan dan mengasihi satu sama lainnya.

Pekerjaan kita saat ini adalah terus bersabar menjelaskan dan mengedukasi mereka (JT), bahwa berkerumun di tengah wabah Covid-19 dapat membahayakan jiwa kita dan orang lain. Agenda dakwah tetap kita lanjutkan dengan metode dan teknik yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Akhir kata, yang lalu biarlah berlalu. Mari bergandengan tangan, sama-sama saling menguatkan satu sama lain. InshaAllah wabah Covid-19 akan segera berlalu. Jaga ukhuwah dan tali silaturahim di antara sesama. (*Penulis adalah Akademisi Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima).