Ngeri, Zat Tar Dalam Rokok Ternyata Bahan Pembuat Aspal

Kategori Berita

.

Ngeri, Zat Tar Dalam Rokok Ternyata Bahan Pembuat Aspal

Koran lensa pos
Jumat, 31 Januari 2020
Anike Kusumawati, S. Si.T., M. Kes, Kabid
Yankes Dikes Dompu

Dompu, Lensa Pos NTB - Di dalam sebatang rokok terdapat sekitar 4 ribu zat kimia berbahaya. Salah satunya adalah zat Tar yang merupakan salah satu bahan pembuat aspal. 
Demikian diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Anike Kusumawati, S. Si.T., M. Kes kepada media ini di ruang kerjanya kemarin.
Dikatakannya zat Tar tersebut akan menempel di pembuluh darah.
Lambat laun akan semakin bertambah banyak yang menempel sehingga membentuk kerak yang bisa menghambat aliran darah.

"Seperti pipa air kalau ada lumut aliran air jadi terhambat. Begitulah pembuluh darah kita, bila zat Tar itu mengerak akan menghambat aliran darah," jelasnya memberi ilustrasi.

Aliran darah yang terhambat mengakibatkan terjadinya tekanan darah meningkat karena jantung yang berfungsi memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh akan bekerja ekstra.

"Sehingga akan menyebabkan terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi dan dengan bertambahnya usia, jantung melemah akibat dipaksa untuk bekerja keras memompa darah yang tersumbat oleh Tar itu," jelasnya.

Selain itu, zat-zat berbahaya dalam rokok juga akan menyebabkan terjadinya gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan serta berbagai penyakit tidak menular lainnya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh mantan Kasubbag PPKB-Kes di Bagian Kesra Setda Dompu ini bahwa akibat merokok memang tidak serta-merta langsung dirasakan. Namun seiring dengan bertambahnya usia yang semakin menua, maka akan mulai merasakan keluhan-keluhan karena adanya penyakit tertentu.

"Keluhan-keluhan pasti dirasakan setelah tidak produktif lagi," ujarnya.

Dikemukakannya boleh jadi di saat masih usia produktif belum dirasakan keluhan-keluhan itu karena di dalam rokok terdapat zat yang mengandung dopping sehingga seorang perokok nampak terlihat bersemangat dan bergairah.

"Karena merasa bergairah sehingga keluhan-keluhan itu bisa teralihkan," ucapnya.

Srikandi yang biasa disapa Bu Yeyen ini menerangkan bila pada masa dulu penyakit degeneratif dirasakan pada usia lanjut. Usia 35 tahun ke atas sudah harus mewaspadainya. Salah satu penyebabnya adalah perilaku merokok. Namun kini penyakit degeneratif juga dirasakan oleh anak-anak. Hal itu disebabkan sudah banyak anak-anak yang memiliki kebiasaan ikut-ikutan merokok. Bisa juga karena ada anggota keluarga yang menjadi perokok sehingga anggota keluarga lain menjadi perokok pasif yang setiap hari mengisap asap rokok.

"Walaupun anak tidak merokok tapi bapaknya merokok dalam rumah ya terkena juga sebagai perokok pasif," tandasnya.

Disebutnya salah satu indikator rumah sehat adalah tidak ada yang merokok dalam rumah tangga.

"Ruangan yang pernah dijadikan tempat isap rokok, partikel-partikel dalam rokok akan menempel di dinding-dinding. Kalau kita sering berada di tempat itu, akan terpapar bahaya rokok juga," terangnya.

Karena itu, ia memberikan imbauan kepada perokok untuk sedikit demi sedikit melakukan upaya untuk berhenti merokok agar diri dan keluarga terhindar dari berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh merokok.

Selain bahaya merokok, yang menyebabkan tubuh tidak sehat adalah kurang berolah raga, dan makan tidak teratur serta tidak sesuai standar gizi. (AMIN).