Pasar Terminal Ginte |
Dompu, Lensa Pos NTB - Pasar rakyat yang berlokasi di Terminal Ginte Kelurahan Kandai Dua Kecamatan Woja Kabupaten Dompu harus segera disentuh dengan program revitalisasi untuk membangun dan menata kembali sarana dan prasarana pasar hingga bisa menjadi pasar yang layak untuk transaksi jasa dan barang bagi pedagang dan pembeli.
Hal itu diungkapkan oleh anggota DPRD Kabupaten Dompu, Ir. Muttakun setelah menyaksikan langsung kondisi pasar tersebut pada Sabtu pagi (18/1/2020).
"Kondisi pasarnya cukup 'mengenaskan' baik dilihat dari tempat jualan maupun keadaan sanitasinya yang buruk ditambah dengan sarana dan prasarana air bersih yang tidak tersedia," ujarnya.
Dikemukakan Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Dompu ini, dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang di pasar tersebut, terungkap suara hati yang dinilainya sangat "menyayat" hati karena terkait belum adanya perhatian pemerintah atas fasilitas pasar tersebut.
"Seharusnya ini mampu dibangun dan disediakan eksekutif sebagai penyelenggara pelayanan publik untuk merenovasi kondisi pasar sudah tidak layak ini," imbuhnya.
Hasil wawancaranya dengan Umi Maryam (70) asal Desa Nowa umur yang sudah 10 tahun berjualan pakaian di pasar tersebut mengungkap bahwa selama sepuluh tahun tidak pernah melihat pemerintah yang dipimpin oleh Bupati Dompu Drs. Bambang M Yasin yang sudah hampir berakhir masa tugasnya, untuk datang melihat pasar di terminal ginte dan berdialog dengan pelaku pasar sekedar mendengar rintihan dan harapan para pedagang yang saat ini berharap adanya perhatian dan uluran tangan dari Pemkab agar membangun dan menata pasar di terminal ginte.
Demikian pula keluhan Nurjanah dan Aminah dari kelurahan Montabaru yang berjualan pakaian dan barang-barang kelontong sejak tahun 2013, berharap besar kepada Bupati Dompu HBY agar sebelum mengakhiri jabatannya dapat menyediakan fasilitas tempat jualan berupa Toko atau Kios dan Los Pasar sehingga mereka merasa nyaman menempatkan barang dagangannya tanpa harus bongkar pasang di dalam Peti Kayu.
Selanjutnya Ibu Suryati yang akrab disapa Kaka Ti dari Dusun Saka Manggeasi mengeluh karena tidak adanya air dan tempat jualannya yang basah saat musim hujan sehingga tidak bisa lagi mencari nafkah kalau musim hujan tiba. Kaka Ti pun menceritakan bahwa tempat jualan yang ada berupa gubuk yang dijadikan tempat untuk menggelar dagangannya. Semuanya dibuat swadaya oleh para pedagang padahal pelaku pasar tetap memberi uang sebagai dana retribusi pasar.
Tidak ada pula dibangun toilet bagi pedagang di pasar tersebut.
Dan mengagetkan ketika salah seorang petugas penarik restribusi dari Bappenda Kabupaten Dompu yang diwawancarai untuk menanyakan total retribusi yang masuk setiap tahun dari pelaku pasar, terungkap bahwa retribusi yang masuk dari pedagang ternyata dapat melampaui target dengan memberikan kontribusi bagi PAD sebesar Rp. 20 juta pertahun dari target yang hanya ditetapkan sebesar Rp. 16 juta. (AMIN).