Iswanto : Hutan Dompu Darurat, Bila Dibiarkan 5 Tahun Lagi Habis

Kategori Berita

.

Iswanto : Hutan Dompu Darurat, Bila Dibiarkan 5 Tahun Lagi Habis

Koran lensa pos
Minggu, 27 Oktober 2019

Ir. Iswanto, Kasi PKSDAE KPH Ampang Riwo Soromandi (ARS)


Dompu, Lensa Pos NTB - Kerusakan hutan di Kabupaten Dompu berada dalam kondisi kritis bin darurat. Sejumlah kawasan hutan lindung dan hutan produksi disasar oleh masyarakat untuk dijadikan areal penanaman jagung. Tak terelakkan lagi kekeringan dan krisis air terjadi di hampir seluruh wilayah di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini.

Demikian diungkapkan oleh Ir. Iswanto, Kepala Seksi Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (PKSDAE) pada Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Ampang Riwo Soromandi (ARS) di ruang kerjanya kepada wartawan beberapa hari lalu.

"Kerusakan hutan benar-benar sudah masif. Kalau kondisi ini dibiarkan terus, tak sampai 5 tahun habis hutan di Dompu ini," ungkapnya.

Ia menyebutkan berdasarkan data tahun 2018 yang dirambah oleh masyarakat sekitar 12 % dari luas wilayah KPH ARS 91.877,37 Ha atau sekitar 14 ribu Ha. Termasuk di dalamnya hutan lindung sekitar 8 ribu Ha dan wilayah hutan produksi sekitar 4 ribu Ha.

Pada tahun 2019 ini aksi perambahan hutan kian meluas. Dalam beberapa bulan ini ada sekitar 3 ribu Ha wilayah KPH ARS yang dirambah lagi oleh masyarakat untuk memperluas areal penanaman jagung di musim hujan mendatang.


Potret hutan Dompu saat ini


'Ngoho bote' itulah sebutan masyarakat di saat merambah areal kawasan hutan itu. Mereka berdalih perluasan areal hutan yang dirambah itu untuk mengusir bote (monyet) agar tidak mengganggu tanaman jagung mereka. Maka strategi yang digunakan adalah dengan menebang pepohonan besar dan membakar lokasi yang menjadi habitat kehidupan monyet-monyet itu. Dengan sendirinya monyet-monyet itu akan enyah dari wilayah itu.

Lalu di manakah petugas Polhut KPH ARS sehingga bisa terjadi aksi perambahan hutan yang begitu masif ?

Iswanto mengemukakan pihaknya seringkali menghadapi kondisi yang dilematis karena kerapkali mendapatkan ancaman parang dari masyarakat tatkala mendatangi lokasi yang diduduki masyarakat.

"Kalau kita turun dengan petugas yang banyak mereka lari tapi kalau petugas kita hanya 3 atau 4 orang mereka acungkan parang untuk melawan petugas. Petugas mendekati mereka memberikan imbauan secara baik-baik agar menghentikan perambahan di kawasan hutan. Ada juga petugas kami yang mengalami pembacokan. Itulah suka duka yang kami alami," ucapnya.
Ia mengakui kawasan hutan di wilayah KPH ARS yang begitu luas dengan petugas yang sangat terbatas sehingga tidak mampu untuk menjangkau semua wilayah. (AMIN).