Teknologi Pertanian Konservasi Ramah Lingkungan

Kategori Berita

.

Teknologi Pertanian Konservasi Ramah Lingkungan

Koran lensa pos
Kamis, 21 Maret 2019
Dompu, Lensa Pos NTB - Pertanian Konservasi merupakan suatu usaha tani dengan menerapkan sistem teknologi pertanian berkelanjutan guna meningkatkan hasil produksi dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Demikian paparan Direktur Lembaga Studi Pengkajian Lingkungan (Lespel) Dompu, Zulkarnain, S. Sos di sela-sela kegiatan panen jagung di Desa Kampasi Meci Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu NTB Selasa (19/3) kemarin.
Dijelaskan Zul teknologi pertanian konservasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional.
Bil pertanian konvensional yang menggunakan pupuk kimia hasil produksi jagung rata-rata 8 ton/hektar, maka teknologi pertanian konservasi bisa mencapai di atas 10 ton/Ha. Hasil uji coba yang dilakukan Lespel pertanian konservasi sistem olah lubang permanen bisa mencapai 13,8 ton/Ha dan sistem olah alur/riping 10,5 ton/Ha.

Selain itu pertanian konservasi ramah lingkungan. "Karena teknologi ini dengan memanfaatkan potensi lokal yang selama ini tidak dimanfaatkan tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan," jelasnya. Lebih lanjut Zul mengemukakan pemanfaatan sumber daya lokal dimaksud adalah memanfaatkan limbah pertanian untuk dijadikan kompos yang dapat meningkatkan unsur hara tanah sehingga menjadi subur seperti batang dan daun jagung dan juga jerami maupun dedaunan. Limbah pertanian tersebut juga dapat berfungsi sebagai mulsa yang efektif  menghambat pertumbuhan gulma sekaligus sebagai pupuk bagi tanaman tanpa menggunakan pupuk kimia lagi. "Residu - residu hasil panen jangan dibakar. Biarkan dia lapuk sendiri di lahan agar unsur hara tanah bisa meningkat," urainya.

Senada disampaikan Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Dompu, Suradi, SP yang berkesempatan hadir dalam acara Panen jagung demplot di Desa Kampasi Meci itu. Pertanian Konservasi merupakan sisten pertanian berkelanjutan dengan 3 (tiga) prinsip teknologi. Yaitu pengolahan tanah minimum, penutupan lahan dan melakukan penanaman sistem tumpang sari. Seperti jagung tumpang sari dengan jenis tanaman kacang - kacangan (leguminosae). "Perlakuan ini untuk mengobati tanah kita yang sedang 'sakit' agar kembali 'sehat' atau subur," tandasnya. (AMIN)