Dompu, Lensa Pos NTB - Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara terus - menerus berdampak buruk bagi lahan pertanian.
Lahan tersebut semakin lama semakin 'kurus'. Produktivitas juga berangsur - angsur kian menurun.
Demikian penjelasan Koordinator Penyuluh pada Dinas Pertanian Kabupaten Dompu, Suradi, SP kepada masyarakat yang hadir dalam acara Panen jagung demplot (demonstration plot) yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi Pengkajian Lingkungan (Lespel) Dompu pada Selasa (19/3) lalu.
Dilanjutkan Suradi untuk mengembalikan kondisi tanah yang 'sakit' lagi 'kurus' tersebut agar kembali subur dan produksi meningkat, solusi yang harus ditempuh oleh petani adalah melakukan langkah konservasi pada lahan pertaniannya yang lazim disebut Pertanian Konservasi (PK).
"Sebagai solusinya adalah pertanian konservasi karena pada dasarnya tanah kita sedang 'sakit'. Kalau tidak diobati akan tetap 'sakit' dan 'kurus'. Produksinya akan semakin menurun," jelasnya.
Diterangkan Suradi penggunaan pupuk kimia akan menghancurkan jasad - jasad renik yang ada di dalam tanah sehingga semakin berkurang kesuburannya. "Untuk mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan pertanian konservasi dengan penggunaan pupuk organik. Saya wajibkan kepada semua Penyuluh harus memfasilitasi dan memotivasi petani agar mau menggunakan pupuk organik dalam rangka pertanian berkelanjutan, " tandasnya.
Diterangkan Suradi pupuk organik tidak perlu dibeli tetapi dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah tersedia di alam sekitar. Seperti pupuk kandang maupun sisa - sisa hasil pertanian dapat digunakan untuk membuat kompos.
"Sisa - sisa panenan jagung itu jangan dibakar tapi dimanfaatkan sebagai penutup tanah," imbuhnya.
Koordinator PPL Kabupaten Dompu ini menegaskan pertanian konservasi ada 3 prinsip yaitu pengolahan tanah minimum, penutupan tanah dan penanaman dengan sistem tumpang sari. Misalnya jagung dengan tanaman jenis kacang - kacangan (leguminusae).(amin)