Dompu,
Lensa Post NTB - Ungkapan
dalam bahasa Inggris "Time Is Money" yang berarti "Waktu Adalah
Uang" mungkin tidak lagi terdengar asing. Kalimat itu menunjukkan agar
kita menghargai waktu. Betapa berharganya sang waktu yang terus merangkak maju
dan tidak akan pernah kembali . Akan tetapi ungkapan "Tai Is Money"
(kotoran manusia adalah uang) bukan hanya asing didengar telinga tetapi juga
sangat aneh dan bahkan menjijikkan. Tetapi itulah fakta yang dialami oleh Rudi
Purtomo, pria asal Desa Lepadi Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu.
Tai
(kotoran) manusia mendatangkan pundi-pundi uang baginya. Mungkinkah kotoran
manusia bisa menjadi uang ? Itulah realita hidup yang dijalani oleh PNS di
Kecamatan Hu'u ini. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pria ganteng yang
biasa disapa Mas Pur ini menggeluti usaha pembuatan jamban untuk dijual
terutama kepada warga golongan ekonomi menengah ke bawah. Harga jamban yang Ia
jual tergolong sangat murah bahkan bisa dibayar secara kredit sekaligus sampai
pemasangan di rumah-rumah warga. Sebutan "Kreditur Jamban" akhirnya
melekat pada tokoh muda energik ini. Walhasil telah ribuan jamban
terpasang di rumah-rumah warga tak mampu di desa-desa di seluruh kecamatan di
Kabupaten Dompu ini. "Sudah ada sekitar 4 ribu jamban yang telah terpasang
di rumah-rumah warga tak mampu," ungkapnya saat menjadi narasumber dalam
acara Konferensi Sanitasi dan Air Minum yang dihelat di Gedung PKK Dompu, Kamis
(18/10).
Rudi
Purtomo selalu merasa tak nyaman bila melihat masih ada warga yang melakukan
buang hajat sembarangan apalagi di sungai yang digunakan untuk mandi dan
mencuci bagi masyarakat umum. Karena itu, ia menawarkan solusi kepada para
Kepala Desa untuk dilakukan pemasangan jamban di rumah-rumah warga yang belum
memiliki WC. "Saya siap melakukan pemasangan walaupun sistemnya cola kento
(bayar belakangan) asalkan sudah dianggarkan dalam APBDes," ujarnya.
Apalagi, lanjutnya pemerintah Kabupaten Dompu berkomitmen untuk mewujudkan 5
(lima) pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di semua desa dan
kelurahan yang ada di Kabupaten Dompu hingga akhir masa jabatan Bupati Dompu
tahun 2021.
Usaha pembuatan jamban yang
dikelolanya dalam lembaga yang bernama Forum Pengusaha Sanitasi (ForPaS) ini,
bukan hanya di Kabupaten Dompu, tetapi juga sudah merambah kabupaten lain di
Pulau Sumbawa bahkan sampai di Kabupaten Lembata NTT. Tidaklah heran, bila ia
mendapat penghargaan AMPL Award 2017 dari Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro pada acara Konferensi
Sanitasi dan Air Minum yang dihelat di Hotel Le Meridian Jakarta, Selasa, 7
November 2017 lalu. Direktur ForPaS ini
menuturkan saat ini pihaknya juga sedang melakukan pembuatan jamban kerjasama
dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kabupaten
Dompu dari dana APBD II, dan dengan BadannAmil Zakat Nasional (Baznas)
Kabupaten Dompu dari dana zakat serta dana CSR dari PT STM. "Saya
benar-benar serius untuk menjadi "pengemis" bagi org-orang
miskin terutama yang belum punya jamban
atau masih BABS. Alhamdulillah hasil "ngemis" saya, ya dapat dari
Baznas, CSR, Dana Desa, dan lain-lain. Dan sampai hari ini, besok, dan
seterusnya, saya tetap akan menjadi "pengemis" sejauh masih banyak
warga miskin yang belum punya jamban," pungkasnya. (LP.NTB/ EMO