Lumpuh 2 Tahun Lebih, Abdul Halik Pasrah

Kategori Berita

.

Lumpuh 2 Tahun Lebih, Abdul Halik Pasrah

Koran lensa pos
Selasa, 07 November 2017
Beginilah kondisi Abdul Halik,  pasrah dg penyakit yg diderita

Dompu NTB, Koranlensapos.com, Nasib malang harus diderita Abdul Halik, warga RT 06 RW 04 Dusun Dorebara Utara desa Dorebara Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu. Usianya baru 35 tahun, tetapi Allah mencobanya dengan penyakit lumpuh. Sudah lebih dari 2 tahun, ia mengalami penyakit itu. Anggota badan bagian tengah hingga kaki, tidak bisa digerakkan. Akibatnya bapak satu anak ini hanya berbaring di tempat tidurnya. Ia bisa duduk kalau dibantu oleh orang lain untuk membopong tubuhnya. Makanpun harus disuap karena jemari kedua tangannya selalu dalam kondisi tertekuk dan tak bisa digerakkan karena selalu terasa kesemutan. Untuk urusan buang air kecil, ia bisa melakukannya sendiri. Sebuah botol bekas air mineral besar telah disiapkan di dekat pembaringannya. Kalau untuk buang air besar dan mandi, ia harus dipapah agar bisa duduk pada sebuah kursi plastik yang telah disiapkan di dekat dipannya. Bagian pantat kursi itu telah dilubangi tengahnya untuk memudahkan bagi putra pasangan A. Rahman (Ceco) dan Zainab ini membuang hajat.

Sang ibu, Zainablah yang berperan besar melakoni semua urusan itu. Meski kondisi tubuh lemah lunglai, wanita kurus 70-an tahun ini dengan telaten dan sabar mengangkat tubuh anaknya saat ingin mandi dan BAB, serta menyuapinya makan dan minum. Tetapi yang selalu disyukurinya, meski kondisi fisik lumpuh, hanya bisa berbaring lesu, Halik tetap bisa berbicara dengan lancar. Ingatannya juga normal sebagaimana biasanya. Makan, minum dan tidur juga tidak ada kendala yang serius.

Halik mengisahkan awal mula kelumpuhan yang dideritanya tahun 2015 lalu. Saat itu, pria yang berprofesi sebagai tukang ojek ini merasakan kesemutan pada ujung jemari kedua tangannya.
Lalu merasakan agak berat di kedua kakinya.
Pengobatan medis maupun pengobatan tradisional ditempuhnya dengan harapan supaya bisa sembuh. Hingga akhirnya ia dibawa ke Mataram dan dilakukan Computerized Tomography atau yang biasa disebut CT scan di sebuah tempat pengobatan yang tak disebutkan namanya.
"Hasil CT scan saya dinyatakan akan mengalami stroke kemudian saya diberi obat anti stroke," kata Halik.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, setelah mengkonsumsi obat anti stroke tersebut, Halik merasakan tubuhnya terasa seperti tak bertenaga. Kepalanya seperti ditindih benda berat. "Saya kemudian terjatuh sepulang dari WC," ujarnya.
Beberapa saat berselang, Halik meminta nasi kepada ibunya. Tetapi anehnya saat menyuapi nasi ke mulutnya, tangannya tidak sampai di mulut.
"Saya suap, tangan saya tidak sampai mulut," kisahnya.
Sejak itulah ia merasakan anggota badan bagian bawahnya tak bisa digerakkan dan jemari tangannya tertekuk dan selalu kesemutan hingga kini.
Pada 3 bulan awal, ia mengalami penderitaan luar biasa. Tubuhnya dirasakan bagai dibelah dua. Bagian tubuhnya yang tengah,  mulai dari atas kepala, hidung, gigi hingga ke bawah mengalami sakit yang teramat sangat. Berbagai upaya pengobatan dilakukan. Namun hasilnya nihil. Kesembuhan yang diharapkan tak kunjung didapatnya.

Bahkan ada beberapa hari yang dialaminya sebagai kondisi kritis baginya. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah kepada yang Maha Pencipta.
Dalam kondisi demikian, dirinya hanya bisa berdoa kepada Allah, memohon kesembuhan serta memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilafan yang dilakukannya.
Di tengah penderitaannya itu, Halik sempat putus asa. Ia pasrah dan meminta kepada Allah agar nyawanya dicabut saja. Apalagi melihat beratnya beban yang harus ditanggung kedua orang tuanya.
Namun takdir Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Allah masih memberinya kesempatan hidup. Masa-masa kritis itu sirna. Sakit yang melanda tubuh bagian tengahnya itu  berangsur-angsur pulih bahkan akhirnya hilang. Hanya lumpuh yang dialaminya hingga kini.  Di tengah kesendiriannya, terkadang dirinya merenungi dosa apa yang telah diperbuatnya sehingga Allah mencobanya dengan penyakit semacam itu. Namun ia tak menemukan jawabannya. Ia akhirnya memasrahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah pencipta langit dan bumi beserta isinya.
"Saat ini saya hanya bertawakkal kepada Allah. Saya tidak mau mengeluh dengan penyakit yang saya alami. Saya hanya kasihan pada ibu saya yang selalu mengurusi saya setiap saat. Saya berterima kasih kepada tetangga-tetangga saya, kepada Om Phian (Bripka Sofian Hidayat, Kanit V POA Sat Intelkam Polres Dompu,red) dan kepada semua orang yang telah membantu saya dan mendoakan untuk saya," pungkasnya. (LP/Amin)