Kondisi Hutan Dompu saat ini hangus akibat pembakaran oleh masyarakat untuk persiapan menanam jagung |
Aksi pembakaran hutan secara membabi buta oleh oknum-oknum masyarakat yang tak bertanggung jawab mengakibatkan kepulan asap di mana-mana.
Belum lagi kasus kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Taman Nasional Tambora dan sekitarnya yang diduga terjadi karena kelalaian para pencari madu, pemburu rusa, maupun perambah hutan.
Di tengah kondisi semacam ini, Pemerintah Kabupaten Dompu dinilai tinggal diam.
Salah satu tokoh masyarakat, Muntasir menyoroti prihatin dengan kondisi ini.
"Dompu darurat, panas mencekam, kebakaran hutan mengancam pemerintah hanya penonton. Pembiaran di mana-mana pembalakan merajalela," ungkapnya.
Menurutnya sekiranya masyarakat tidak bisa dilarang mungkin bisa dibatasi agar jangan sampai melakukan tindakan pengrusakan hutan yang merajalela
"Membiarkan kerusakan lingkungan sama saja menanam dosa buat anak cucu dan itu akan menjdi ladang dosa siapapun yang jadi Bupati Dompu terlebih lagi harus merasakan kondisi sekarang ini," tandasnya.
Ia mengaku miris dan tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan Dompu 5 tahun ke depan.
"Stop pembalakan, pemerintah jangan tutup mata jangan tutup telinga !," tegasnya.
Aktivis LSM, Siti Aisyah Ekawati menyoroti jika pemerintah masih menjadi penonton maka tunggulah bencana yang akan menimpa. Kekeringan di mana-mana karena kantong-kantong mata air akan mengering.
Mantan Camat Woja menyebut kondisi hutan di Dompu sudah berada di bawah titik nadir yang sangat mengkhawatirkan.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita di masa-masa yang akan datang," ujarnya.
Hairil Anwar, tokoh masyarakat Desa Dorebara mengatakan saat ini, cuaca sangat panas karena musim kemarau ditambah lagi panas karena gunung dan hutan dibakar.
"Mau jadi apa Kabupaten Dompu ini kalau dibiarkan begitu saja terus menerus gunung dan hutan digunduli. Jangan-jangan pejabat terkait, aparat terkait lagi terlelap tidur sehingga tidak bisa melihat gunung dan hutan Dompu yang sudah begitu gundul segundul-gundulnya," kritiknya.