Nasrin H. Mukhtar, Anak Desa Malaju yang Terus Melaju (1-bersambung)

Kategori Berita

.

Nasrin H. Mukhtar, Anak Desa Malaju yang Terus Melaju (1-bersambung)

Koran lensa pos
Jumat, 02 Agustus 2019



Mataram, Lensa Pos NTB -  Desa Malaju tidak banyak diketahui orang. Karena desa tersebut merupakan salah satu desa di Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu NTB yang jaraknya cukup jauh dari Kota Dompu NTB yaitu menempuh perjalanan sekitar 49 km atau sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Camat Kilo yang juga merupakan Pelaksana Tugas Kepala Desa Malaju, H. Iswan, S. Sos menyebutkan Desa Malaju merupakan desa yang terbanyak penduduknya di Kecamatan Kilo dengan jumlah penduduk sekitar 5 ribu jiwa saat ini.
Pada umumnya masyarakat setempat berprofesi sebagai petani dan nelayan. Namun ada pula yang usaha sambilan beternak dan berdagang.
Dari desa yang jauh dari pusat Kota Dompu tersebut pada 47 tahun silam lahir seorang anak lelaki dari pasangan suami istri Muhtar dan Mahani yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani.
Oleh sang ayah, anak ketujuhnya ini diberi nama Nasrin.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dilaluinya perjalanan kehidupan dengan suasana alam pedesaan yang dikelilingi lautan luas dan pegunungan. Angin laut yang kencang dengan bentang alam yang gersang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Nasrin muda. Kondisi itu menempa mentalnya menjadi seorang remaja tangguh yang kuat menghadapi kepahitan hidup.
Di desanya itu pula ia menyelesaikan pendidikan formal sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP).
Ekonomi keluarga yang selalu berada dalam kekurangan dan keterbatasan membuatnya berpikir keras untuk melakukan langkah perubahan guna mengatasi kesulitan ekonomi keluarga. Apalagi Nasrin bersaudara berjumlah 11 orang. Tentunya amat berat bagi kedua orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh tani untuk menafkahi mereka. Alih-alih untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
"Saya harus bekerja untuk membantu kesulitan ekonomi keluarga saya," pikir Nasrin yang waktu itu ia masih remaja usia 16 tahun.
Akhirnya dengan tekad bulat, selepas SMP tahun 1988 ia berangkat ke Kota Makassar Sulawesi Selatan untuk mengadu nasib di ranah perantauan.
(Bagaimanakah suka dan duka yang dialami Nasrin di ranah rantau ? Tunggu edisi selanjutnya)