Kisah Kedurhakaan Tsa’Labah

Kategori Berita

.

Kisah Kedurhakaan Tsa’Labah

Koran lensa pos
Selasa, 18 Maret 2025

Siang itu Rasulullah sedang sholat berjamaah bersama para sahabat beliau  Di antara sederetan sahabat yang makmum di belakang Rasulullah, tampak seorang tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh, Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasulullah yang tekun beribadah. Setelah Rosulullah menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu, Rasulullah menegurnya, “ Tsa’labah! Mengapa engkau tergesa-gesa pulang. Tidakkah engkau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah tergesa-gesa keluar dari masjid adalah kebiasaan orang-orang munafik..” 
Tsa”labah menghentikan langkahnya. Ia sangat malu ditegur oleh Rosulullah. Tetapi apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rosulullah. “ Wahai Rosulllah, kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat ini istriku di rumah belum melaksanakan sholat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini. Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan sholat secara bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu, Wahai Rosulullah. Jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Allah menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang banyak".

Rosululloh tersenyum mendengar penuturan Tsa”labah, lalu beliau berkata ”Tsa”labah sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada engkau bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur. 
Nasihat Rasulullah sedikit menghibur hati Tsa”labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan. Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rasulullah, karena Doa seorang utusan Allah pasti didengar Allah. Itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah. Hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rasululllah, dan memohon kepada beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya. 
Rasulullah kembali menasihati, “ Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku berada di tanganNya. Seandainya aku memohon kepada Allah agar gunung Uhud menjadi emas, Allah pasti mengabulkannya. Tetapi apa yang terjadi jika gunung Uhud benar-benar menjadi emas, masjid-masjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk menumpuk kekayaan dari gunung itu. Aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya engkau akan lupa beribadah kepada Allah.

Tsa”labah terdiam mendengar nasihat Rasulullah namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku mengerti Rasululllah tidak mau mendoakan karena beliau sayang kepadaku. Beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya aku akan menjadi golongan orang-orang yang kufur. Tetapi aku tidak seburuk itu. Justru dengan kekayaan yang aku miliki aku akan membela agama ini dengan hartaku. 
Akhirnya Tsa’labah pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rasulullah agar mau mendoakannya. Namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian menghimpitnya, Ditemuinya Rasululllah, ya memohon untuk yang ketiga kalinya agar Rasululllah mau mendoakan. Kali ini Rasulullah tidak bisa menolak keinginan Tsa’Labah. Beliau menengadahkan tangan ke langit. Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”. 
Kemudian Rasulullah memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah, ”Peliharalah kambing ini baik-baik," pesan Rasululllah. Tsa’Labah pulang membawa kambing pemberian Rasulullloh dengan hati yang berbunga-bunga.
"Dengan modal kambing serta doa Rasulullah aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya".

Hari-berganti hari, bulan berganti bulan, Tsa’Labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang yang kaya dan terpandang. Kambingnya berjumlah ribuan. Di setiap lembah dan bukit terdapat kambing milik Tsa’Labah. 
Pagi itu Tsa’Labah berjalan-jalan meninjau kandang-kandang yang sudah tidak sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku harus pindah dari sini mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku," pikirnya.
 Akhirnya Tsa’Labah mendatangi lahan yang luas di pinggir Madinah. Di sana ia membangun kandang-kandang baru yang lebih besar. Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah bagaikan air bah yang sulit dibendung. Kandang-kandang yang baru dibangun itu sudah penuh sesak oleh ribuan kambing, Dengan demikian Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus dengn harta kekayaannnya, Ia yang dulu setiap Sholat lima waktu selalu berjamaah di masjid sekarang datang ke masjid hanya pada waktu sholat dhuhur dan ashar saja.

  • Kini kandang kambing yang baru dibangun Tsa’Labah di pinggir Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat. Maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi. Tsa’Labah sudah tidak memikirkan lagi bagaimana ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbudunya (cinta dunia) sehingga ia datang ke masjid hanya satu kali dalam satu minggu pada sholat Jum’at. Dengan demikian derasnya harta yang mengalir di rumah Tsa’labah kini ia lebih senang tinggal dirumah dari pada jauh-jauh datang kebm masjid. Bahkan sholat jum’at pun ia sudah tak datang lagi ke masjid. Sampai Rasululllah bertanya” Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’Labah tidak kelihatan di masjid…tahukah kalian ke mana dan bagaimana keadaannya sekarang?. “Wahai Rosulullloh. Tsa’ Labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan kambing-kambingnya Tsa’Labah.” 
  • “ Benarkah?  mengapa ia tidak pernah menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.

Setelah Alloh menurunkan ayat tentang kewajiban Zakat. Rasululllah mengutus dua orang sahabat untuk menjadi amil zakat. Seluruh umat islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah Nisob zakat didatangi. Tak terkecuali Ts’Labah pun menjadi giliran. Kedua utusan Rasululllah membacakan ayat zakat dihadapat Tsa’Labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’Labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka Tsa’Labah mukanya berubah merah, ia berang. “Apa-apaan ini. Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!. Pajak!. Sejak kapan Rasululllah menarik upeti Hah.!? Aku bisa rugi” ucap Tsa’Labah. “Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku ..!”

Kedua utusan Rosulullloh kembali menghadap Rosulullloh dan menceritakan semua perbuatan Tsa’Labah, beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sungguh celaka Tsa’Labah.. Celakalah ia..” Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang MUNAFIK. Ayat ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga ada salah seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya. Celakalah engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rosulullloh dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun Rosulullloh tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab kedurhakaanmu Allloh melarangku untuk menerima zakatmu.

Rosulullloh mengambil segenggam tanah lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “inilah perumpamaan amalanmu selama ini. sia- sia belaka. Aku telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsa’ Labah”. Tsa’Labah kembali kerumahnya, dengan penyesalan yang tanpa batas dan tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rosulullloh telah wafat, ia semkin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rosulullloh hingga beliau wafat. Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rosulullloh, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya berkata “Rasulollloh saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku dapat menerima zakatmu.!”

Demikian pula dizaman kekholifahaan umar bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat, umarpun tidak mau menerima sebagai mana Rosulullloh dan Abu bakar tidak mau menerima zakatnya, Bahkan sampai kholifah usman bin Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rosulullloh, Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.

Demikianlah kehidupan yang “hina” dan penuh dengan kemurkaan ALLOH telah menimpa seorang sahabat Rosulullloh yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke lembah kemunafikan, Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah mengingkari janji-janjinya, Ia telah melecehkan kemuliaan ALLOH dan Rosulnya sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi didalam neraka. Naudzubillahi min dzalik..