Pacuan Kuda Renggut Nyawa Joki Cilik Usia 6 Tahun di Bima

Kategori Berita

.

Pacuan Kuda Renggut Nyawa Joki Cilik Usia 6 Tahun di Bima

Koran lensa pos
Sabtu, 12 Maret 2022

 


Bima, koranlensapos.com - Olahraga ketangkasan pacuan kuda kembali merenggut nyawa seorang
joki cilik. Muhammad Alfian, asal Desa Dadibou Kecamatan Woha Kabupaten Bima meninggal dunia 4 (hari) kemudian setelah terjadi di arena pertarungan balap kuda di Desa Panda Kecamatan Belo Kabupaten Bima.

Dikutip dari KICKNEWS.TODAY, 
bocah 6 tahun yang masih duduk kelas 1 SD ini menghembuskan nafas terakhir,
Rabu malam (9/3). Sebelumnya, Alfian
mengalami kecelakaan saat latihan
di arena pacuan kuda di Desa Panda
Kecamatan Palibelo, Bima, Minggu
(5/3).

Alfian kehilangan kendali ketika kuda
yang dipacunya baru lepas dari boks
star. la terjatuh persis di dekat pagar
pembatas arena.
Orang tua Alfian, Abdul Gani
menceritakan peristiwa kecelakaan
yang dialami anaknya. la mengaku,
Alfian terjatuh beberapa saat setelah
ke luar dari boks star.
"Dia jatuh ke arah kiri, sehingga
terhindar dari tabrakan kuda lain,"
jelas Gani, Jumat (11/3).

Usai kecelakaan itu, kondisi Alfian
tampak baik. Tidak ditemukan luka
memar sedikitpun. Alfian sempat
ingin dibawa ke rumah sakit, karena
khawatir terjadi apa-apa. Namun,
tidak jadi dan akhirnya dibawa
pulang ke rumah.
"Selama dua hari di rumah dia
tampak sehat," kata Gani.
Memasuki hari ketiga, kondisi
kesehatan Alfian tiba-tiba drop
hingga jatuh sakit. Belum sempat
dibawa ke rumah sakit, sang buah
hati meninggal dunia, Rabu malam
(9/3).
Sejumlah kalangan mendesak kepada Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah selaku Kepala Daerah sekaligus pemilik kuda pacuan agar merespon persoalan ini. 

Hentikan pacuan kuda bila belum ada pengaman yang standar dan sistem yang memadai dari segi batas usia, klasifikasi kuda dan penunggang, serta sertifikasi/kelayakan joki," desak penulis buku dan pemerhati anak, Paox Iben.

Menanggapi hal itu, Gubernur menyatakan setuju bahwa harus ada pengaman yang standar untuk joki dan.pembatasan usia. Maka panitia harus tegas dalam menerapkan aturan tersebut.

"Kalau panitia disiplin semua persyaratan keamanan dan kesehatan harus lengkap dan tersedia," ujarnya.

 Gubernur mengemukakan persoalan  joki cilik ini memang pelik. Melarang aktivitas joki jilik pasti akan mendapat tantangan keras pula dari berbagai pihak karena itu dinilai merubah kebiasaan dan budaya. Bang Zul menyebut saat ini sedang terjadi perubahan secara perlahan dengan semakin banyaknya kuda-kuda besar yang dipacu di NTB ini. Semakin besar kudanya semakin besar pula joki-jokinya. 
"Ketika standard nasional mulai diberlakukan maka saat itu nggak ada lagi joki-joki cilik itu mas. Standard nasional itu ketat menyangkut berat joki, usia, peralatan joki dan lain-lain," jelas Gubernur Zul. (emo).