Kisah Pahit Perjuangan Guru SDN 35 Woja di Dusun Kamudi Sebelum Pengaspalan Jalur Transportasi

Kategori Berita

.

Kisah Pahit Perjuangan Guru SDN 35 Woja di Dusun Kamudi Sebelum Pengaspalan Jalur Transportasi

Koran lensa pos
Sabtu, 30 Oktober 2021

 

      Para guru di SDN 35 Woja


Dompu, koranlensapos.com - Mendidik anak-anak bangsa adalah tugas suci. Suka dan duka menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pengabdian ini.  Namun kendala apapun yang menghadang siap untuk dihadapi.

Seperti itu pula yang dialami oleh para guru di SDN 35 Woja yang berlokasi di Dusun Kamudi Desa Rababaka Kecamatan Woja Kabupaten Dompu.
Hambatan yang sangat berat dihadapi adalah melewati jalur nan ekstrim menuju lokasi tersebut.

Salah satu guru di sekolah tersebut, Nur Islam, S. Pd mengisahkan kenangan-kenangan pahit namun manis dalam kenangan yang dialami selama menyusuri jalur sepanjang sekitar 2 kilometer itu. Guru yang sudah mengabdi di SDN 35 Woja sekitar 15 tahun itu pernah beberapa kali dirinya bersama rekan-rekan sesama guru perempuan lainnga terjatuh dari kendaraan saat melintasi beberapa turunan dan tanjakan di jalur itu. Hal itu membuat mereka trauma sehingga tidak berani lagi menaiki sepeda motor bila sesama perempuan.

"Kami pernah beberapa kali jatuh ada yang patah tangan, kaki sehingga setelah itu kalau sesama perempuan kami tidak berani turun, kita simpan motor di sini (di ladang warga sebelum menuruni jalur Kamudi,red). Kita pakai gembok lalu kita jalan kaki sampai bawah," ungkap wanita asal Kelurahan Simpasai yang dibenarkan oleh rekannya Yanti, S. Pd guru asal Desa Bakajaya.
Sepulang dari mengajar, para pendidik generasi bangsa ini kembali menyusuri jalur itu dengan berjalan kaki. Sungguh sangat melelahkan karena melewati jalur mendaki. Namun mereka tidak mengeluh karena mengingat yang dilakukan adalah profesi mulia untuk mencerdaskan tunas-tunas muda harapan bangsa ini. Di antara mereka hanya 3 (tiga) orang guru yang berstatus negeri (PNS). Sedangkan 12 orang lainnya masih berstatus honorer meski telah belasan tahun mengajar di sekolah terpencil itu.

Mengenai status yang masih tenaga honorer ini pun tidak mengurangi semangat mereka untuk terus mengabdikan diri di sekolah itu. Harapan mereka agar anak-anak di kampung itu juga memiliki ilmu pengetahuan dan pola pikir sebagaimana halnya anak-anak yang sekolah di kota. Mereka juga berharap semoga pemerintah memperhatikan nasib mereka. Mereka juga terus berharap dan berdoa agar jalur tersebut diaspal agar lebih mudah dan aman dilalui.

Lain lagi dengan rekan guru wanita lainnya, Asriani, S. Pd. Wanita yang telah mengajar sejak tahun 2005 itu mengisahkan perjalananannya menuju sekolah di Kamudi itu dengan berjalan kaki sekitar 2 km menyusuri pinggir sungai dan pematang sawah. Karena ia bertempat tinggal di Desa Rababaka  sehingga ia tidak melintasi jalur yang ekstrim dari arah Simpasai itu.

"Setiap hari ke sekolah saya jalan kaki melewati sawah-sawah," ujarnya.
Aksi-aksi yang pernah dilakukan oleh Hendra bersama warga menuntut pengaspalan jalur Kamudi

Hendra, S. Pd adalah termasuk guru yang telah belasan tahun mengabdi di SDN 35 Kamudi itu. Sosok yang dikenal pula sebagai aktivis ini bersama rekan guru lainnya Suradin, S. Pd dan masyarakat Desa Rababaka beberapa kali melakukan aksi di Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Dompu serta DPRD Kabupaten Dompu. Mereka menuntut kepada pemerintah agar jalur transportasi yang menuju Dusun Kamudi segera diaspal oleh pemerintah.

Sebagai langkah awal, anggota Legislatif Muhammad Ikhsan, S. Sos telah dua kali memperjuangkan peningkatan jalur itu melalui dana Pokir. Pada musim kemarau lumayan bisa dilalui dengan baik. Namun setelah memasuki musim hujan,  terbawa gerusan air hujan yang begitu deras sehingga kembali rusak.

Karena itu, DPRD Kabupaten Dompu terus mendesak dan melakukan lobi-lobi kepada pemerintah untuk menyelamatkan jalur itu. Tiada jalan lain selain diaspal.

Doa dan perjuangan yang tiada kenal lelah di atas akhirnya terkabulkan. Pemerintah AKJ-SYAH akhirnya merealisasikan hal itu. Kini jalur tersebut sudah dihotmix. Meskipun pengerjaannya baru sekitar 80 %, namun sudah bisa dilalui dengan nyaman.

Ibu-ibu guru langsung bisa mengendarai sepeda motornya hingga di halaman sekolah. Tidak lagi berlelah-lelah berjalan kaki.

"Alhamdulillah kami bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada pemerintah jalan ini sudah diaspal. Kami bisa nyaman berangkat ke sekolah," ucap Abubakar, S. Pd, salah satu guru PNS di sekolah tersebut.

Dusun Kamudi sebenarnya tidak begitu jauh dari pusat kota Kabupaten Dompu. Mungkin hanya sekitar 7 kilometer jaraknya. Namun membutuhkan perjuangan yang luar biasa untuk menempuh jarak itu. Karena jalur transportasi satu-satunya yang harus dilalui adalah jalur ekstrim dan membahayakan bagi pengemudi kendaraan bermotor. Kecelakaan kerap kali dialami oleh masyarakat setempat saat melintasi jalur ini.


Mengenai nasib para guru di atas. dalam kesempatan kunjungan Bupati Dompu, Kader Jaelani, Ketua DPRD Andi Bachtiar, A. Md. Par, Ketua Komisi III Ismul Rahmadin, S. Pd.I dan beberapa anggota legislatif lainnya, Jumat (29/10/2021) kemarin, Hendra menyampaikan agar para guru di sekolah ini mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bupati AKJ menjanjikan akan berkoordinasi dengan Dinas Dikpora Kabupaten Dompu. (emo)