Pilkada dan Nasib Dunia Pendidikan

Kategori Berita

.

Pilkada dan Nasib Dunia Pendidikan

Koran lensa pos
Jumat, 23 Oktober 2020

 

Oleh : Drs. Safrudin 

OPINI - koranlensapos.com - Genderang perang menjelang pilkada Kabupaten Bima sudah mulai menghangat, padahal pilkada masih akan dilangsungklan bulan Desember mendatang. Perang baliho, spanduk, poster, brosur dan atribut kampanye lainnya mudah ditemukan di mana-mana. Masyarakat mulai terkotak-kotak dalam konflik kepentingan masing-masing calon kepala daerah, hal ini sangat rentan terjadinya konflik sosial karena masyarakat kita saat ini relative masih belia dalam memahami pilkada sebagai wahana pembelajaran politik masyarakat yang harus disikapi secara smart dan mature (cerdas dan dewasa). 


Penulis dalam konteks ini mencermati isu pilkada dan dikaitkan dengan nasib dunia pendidikan. Isu kesehatan dan pendidikan cukup signifikan dalam mengangkat popularitas dan dukungan suara pemilih dalam setiap event pilkada di negeri ini. Kartu Jakarta Sehat (JKS) yang yang diangkat oleh Jokowi sangat ampuh mendongkrak popularitasnya dalam Pilkada DKI. Demikian juga dengan kebijakan pendidikan gratis untuk masyarakat miskin menjadi poin yang menambah popularitas. Hampir semua event pilkada isu kesehatan dan pendidikan menjadi jualan politik yang laku keras. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana dengan pilkada Kabupaten Bima?. Apakah isu ini, khususnya pendidikan masih menjadi primadona jualan para calon Bupati?. Artikel ini mencoba melihat pada berbagai sisi persoalan pendidikan, arah pengembangan dan kebijakan yang dapat ditempuh atau dijual oleh masing-masing kandidat calon Bupati dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Bima.


Pembangunan Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Bima ke depan harus diselenggarakan dengan visi terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/peserta didik di Kabupaten Bima menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). 


Terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama. Adapun berencana mengandung arti bahwa pendidikan di Kabupaten Bima harus direncanakan sebelumnya, dengan suatu perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Sementara berlangsung kontinu berarti bahwa pendidikan itu berlangsung terus menerus sepanjang hayat. 


Pendidikan adalah hak asasi manusia yang sekaligus sarana untuk merealisasikan HAM lainnya. Pendidikan adalah sarana utama dimana masyarakat yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial dapat mengangkat dirinya keluar dari kemiskinan serta memperoleh cara untuk turut terlibat dalam komunitasnya. Pendidikan juga berperan penting dalam rangka memberdayakan masyarakat Kabupaten Bima tercinta. 


Strategi Pembangunan Dan Pengembangan Pendidikan

Dalam merumuskan strategi pembangunan dan pengembangan pendidikan di Kabupaten Bima, tentunya perlu ketahui peta permasalahan yang dewasa ini kerap kali menjadi faktor penghambat terwujudnya percepatan perkembangan dunia pendidikan di Kabupaten Bima tercinta. Kondisi objektif dunia pendidikan di Kabupaten Bima dewasa ini sesungguhnya masih dihadapkan kepada beberapa permasalahan mendasar, permasalahan tersebut secara umum dapat dikelompokan menjadi empat permasalahan utama yakni ; 


Pertama, terkait dengan kualitas pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni proses pembelajaran yang masih konvensional, kinerja guru yang belum optimal padahal sudah disejahterakan dengan adanya tunjangan sertifikasi, sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran, jumlah dan kualitas buku di sekolah yang belum memadai. 


Kedua, pemerataan pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni kerusakan sarana dan prasarana ruang kelas, keterbatasan aksebilitas dan daya tampung serta kekurangan tenaga guru. 


Ketiga, efisiensi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator yakni penyelenggaraan otonomi pendidikan yang belum optimal (MBS belum optimal), keterbatasan anggaran, rendahnya partisipasi masyarakat, dan mutu SDM pengelola pendidikan. 


Keempat, relevansi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator yakni kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang belum optimal, kurikulum yang belum berbasis masyarakat dan potensi, serta kecakapan hidup (life skill) yang dihasilkan. 


Permasalahan-permasalahan tersebut di atas haruslah menjadi salah satu dasar pijak bagi para perencana pendidikan di Kabupaten Bima dalam merumuskan arah pendidikannya, sehingga praktek pendidikan betul-betul menjadi solusi atas permasalahan yang berkembang. Semua harapan, tujuan, dan target pembangunan pendidikan di Kabupaten Bima ke depan harus berpijak pada beberapa pilar konsep strategi, yaitu 


Strategi pertama adalah peningkatan pemerataan kesempatan pendidikan. Semua warga dan masyarakat Kabupaten Bima harus diberi akses pendidikan yang sama, apa pun tingkat ekonomi mereka, di mana pun tempat tinggal mereka, dan apa pun latar belakang sosial mereka. Kebijakan pencapaian Pendidikan Untuk Semua (education for All), rencana aksi daerah untuk pendidikan anak usia dini (PAUD), wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas), pendidikan kecakapan hidup (life skill), pendidikan keaksaraan, pengarusutamaan gender dan rencana aksi daerah tentang peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Bima. 


Strategi kedua adalah peningkatan relevansi pendidikan di Kabupaten Bima dengan pembangunan. Salah satu konsep yang digunakan dalam penetapan strategi ini adalah konsep link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara materi ajar (curriculum content) dengan kebutuhan di lapangan (job market). Penerapan konsep link and match diharapkan dapat melahirkan para lulusan yang memiliki jenis ketrampilan yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia kerja sehingga ketika lulus mereka “siap bekerja”. Namun, ada kecenderungan dikalangan praktisi pendidikan untuk memahami bahwa yang dibutuhkan oleh para lulusan pendidikan adalah ketrampilan kerja. Semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan diarahkan pada upaya pemberian ketrampilan kerja kepada peserta didik, tanpa memberikan perhatian yang 


cukup pada aspek-aspek non ketrampilan, seperti kepribadian dan etika. Akibatnya, banyak para lulusan tersebut terampil bekerja, tetapi kurang memiliki kepribadian dan sikap yang diperlukan untuk sukses bekerja. Banyak di antara mereka yang sangat terampil dan penuh dedikasi dalam bekerja, tetapi kurang memiliki moralitas kerja yang baik. 


Strategi ketiga adalah peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Bima. Penerapan strategi ini dimulai pada jenjang sekolah dasar, yaitu dengan mengembangkan Sistem Pembinaan Profesional dengan pendekatan gugus sekolah. Tiga hingga delapan sekolah dasar yang lokasinya berdekatan dikelompokkan dalam satu gugus, lalu salah satu sekolah ditunjuk sebagai sekolah inti dan yang lainnya menjadi sekolah imbas. Strategi ini harus berjalan dan dimonitoring pelaksanaannya sehingga diperoleh kualitas pendidikan yang menjamin mutu tidak hanya dalam proses tetapi juga dalam output. Fungsi pengawas harus dioptimalkan dalam konteks ini dalam melakukan monitoring dan evaluasi. 


Strategi keempat adalah peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan. Selama ini program pembangunan pendidikan pada umumnya dan di Kabupaten Bima pada khususnya lebih terfokus pada aspek kuantitas. Saat ini dan ke depan, program-program pembangunan pendidikan di Kabupaten Bima sudah mulai harus terfokus pada aspek kualitas, relevansi, dan efisiensi, dengan tetap memperhatikan aspek kuantitas. Lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi didorong untuk mengembangkan program-programnya secara sangat efisien. Dengan tercapainya tingkat pandidikan yang tinggi di suatu daerah akan berimplikasi pada berkembangnya pembangunan di Kabupaten Bima. Kabupaten Bima akan menjadi center of excellent dalam bidang pendidikan kalau strategi ini diterapkan. Hal ini dikarenakan bahwa dengan dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan berjalan searah dengan tingginya sumberdaya manusia di Kabupaten Bima. Karena dalam hal ini, dalam pembangunan selain sumber daya alam diperlukan juga sumber daya manusia yang tinggi. Pembangunan di Kabupaten Bima merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Bima, baik 


dengan mengelola sumber daya alam maupun meningkatkan sumberdaya manusia, dalam hal ini melalui pendidikan. Semua ini akan dapat tercapai ketika pemerintah daerah sebagai lembaga yang berwenang menyelenggarakan rumah tangga daerahnya memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam hal peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan. Untuk itu pemerintah daerah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan. 


Strategi kelima adalah Kemauan Pemerintah Daerah Melakukan Perubahan. Pada era otonom, kualitas pendidikan di Kabupaten Bima sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Bila pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerahnya akan maju. Sebaiknya, kepala daerah yang tidak memiliki visi yang baik di bidang pendidikan dapat dipastikan daerah itu akan mengalami stagnasi dan kemandekan menuju pemberdayaan masyarakat yang well educated dan tidak pernah mendapat momentum yang baik untuk berkembang. Otonomi pendidikan harus mendapat dukungan DPRD Kabupaten Bima, karena DPRD-lah yang merupakan penentu kebijakan di tingkat daerah dalam rangka otonomi tersebut. Di bidang pendidikan, DPRD harus mempunyai peran yang kuat dalam membangun pradigma dan visi pendidikan di daerahnya. Oleh karena itu, badan legislatif harus diberdayakan dan memberdayakan diri agar mampu menjadi mitra yang baik. Kepala   pemerintahan daerah, diberikan masukan secara sistematis dan membangun daerah Kabupaten Bima (Membangun hubungan yang sinergi antara legislative dan eksekutif). 


Strategi keenam adalah Membangun Pendidikan Berbasis Masyarakat. Kondisi Sumber Daya yang dimiliki setiap daerah tidak merata. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Bima ke depan harus dapat melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, ilmuwan, pakar kampus maupun pakar yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Bima sebagai Brain Trust atau Think Thank untuk turut membangun daerahnya, tidak hanya sebagai pengamat, pemerhati, pengecam kebijakan daerah. Sebaliknya, lembaga pendidikan juga harus membuka diri, lebih banyak 


mendengar opini publik, kinerjanya dan tentang tanggung jawabnya dalam turut serta memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat di Kabupaten Bima.


Penutup

Pemilihan umum kepala daerah atau yang disebut pemilukada (pilkada) bukanlah sarana kompetisi tanpa aksi. Dalam rangkaian panjang menuju kemenangan, calon pasangan kepala daerah harus berjuang keras merebut simpati dan dukungan dari masyarakat di sebuah tempat. Untuk bisa menang, tentu saja dibutuhkan berbagai macam pra syarat agar suara yang di dapat mengungguli kompetitor yang ada. 


Isu pendidikan menjadi alat atau jualan kampanye yang jitu dalam memenangkan pilkada Kabupaten Bima. Calon mana yang mampu mempackaging isu pendidikan dalam kemasan yang baik dengan program-program yang mendukung pada peningkatan bidang pendidikan, maka calon tersebutlah yang akan menjadi pemenang. Menang adalah kata kunci bagi siapapun yang berhasil mendapat simpati paling banyak dari rakyat. Dan simpati ini sendiri bukanlah yang tumbuh tiba-tiba di hati seseorang. Ia butuh proses panjang untuk tumbuh dan berkembang. Orang yang bersimpati secara alamiah umumnya orang yang memiliki interaksi sebelumnya, baik karena ada kesamaan-kesamaan sesuatu maupun karena pernah ada komunikasi atau kebersamaan aktivitas. selain secara alamiah ditumbuhkan, sebenarnya simpati bisa tumbuh dengan cara direkayasa. 


Salah satu mekanisme menumbuhkan simpati secara instan adalah melalui kampanye yang sistematis dan isu pendidikan dapat menjadi senjata ampuh dalam memenangi pertarungan pilkada Kabupaten Bima ke depan. Lewat kampanye yang dibuat, dipompakan sejumlah informasi yang seluruhnya telah disiapkan dan dipilah bagi siapapun yang sebelumnya tidak pernah mengenal, berhubungan atau berkomunikasi dengan calon yang akan dimenangkan. Dan konsekuensi dari pilihan ini adalah sisi yang harus diangkat seluruhnya adalah sisi-sisi positif, kalau perlu yang memang merupakan sisi terbaik dari sang calon. Masyarakat Kabupaten Bima menunggu lahirnya ide-ide cemerlang dari para kandidat calon 


Bupati yang mendukung pada upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Bima tercinta.  

Siapa calon yang mau dan peduli pendidikan? Hanya para kandidat calon Bupati Bima yang dapat menjawabnya. Tetapi yang jelas penulis dan seluruh masyarakat Kabupaten Bima siap mendengar dan kemudian di bilik suara akan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi Bupati Bima periode mendatang. Jangan sampai salah pilih yang akan menenggelamkan Kabupaten Bima tercinta pada kehancuran karena saat ini gerak pembangunan di Kabupaten Bima tercinta ini sungguh cepat dan luar biasa perkembangannya dalam semua aspek pembangunan. Jangan jual Kabupaten Bima tercinta dengan uang puluhan ribu rupiah dari calon pemimpin yang tidak baik karena tidak mungkin masyarakat Kabupaten Bima yang cerdas rela menukar kesengsaraan dan penderitaan selama lima tahun ke depan dengan uang puluhan ribu rupian. Semoga bermanfaat dan selamat mengikuti pesta demokrasi. Wassalam…

(Penulis adalah Kepala SMK Negeri 1 Kota Bima)