Budidaya Tembakau Kasturi Dikeluhkan Petani di Dompu, Ini Penjelasan Kabid Tanaman Perkebunan

Kategori Berita

.

Budidaya Tembakau Kasturi Dikeluhkan Petani di Dompu, Ini Penjelasan Kabid Tanaman Perkebunan

Koran lensa pos
Selasa, 13 Oktober 2020
       Abdul Khair, S. Hut, Kabid Tanaman        Perkebunan


Dompu, Lensa Pos NTB - Budidaya tembakau yang dilakukan oleh para petani di Kabupaten Dompu pada musim kemarau kian meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut karena petani telah menikmati hasil yang menjanjikan dari tanaman yang menjadi bahan baku produksi rokok itu.

"Pada tahun 2020 ini jumlah areal penanaman tembakau mencapai 1.015 hektar yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan," ungkap Kepala Bidang Tanaman Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu Abdul Khair, S. Hut saat dikonfirmasi media ini pada Jumat (9/10/2020) lalu.

Namun demikian, berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, pada tahun ini petani berhadapan dengan masalah penurunan pendapatan (income). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, petani meraup untung besar.

Hal tersebut dibenarkan pula oleh Abdul Khair. Ia mengatakan menurunnya pendapatan tersebut karena pada tahun ini PT. Sadhana Arifnusa yang menjadi mitra petani tembakau meminta petani agar menanam varietas kasturi (dam baket). Padahal selama ini varietas yang dibudidayakan adalah jenis virginia.
"Permasalahannya tahun ini PT. Sadhana Arifnusa yang merupakan mitra petani tembakau menentukan varietas dam baket (kasturi).
Ada 3 jenis varietas ini yakni jinten, marcot dan jepun," ungkap Khair.

Dijelaskan Khair bagi petani yang sudah mahir budidaya tembakau virginia sekalipun masih merasakan kesulitan untuk berbudidaya tembakau kasturi ini.
"Tembakau kasturi ini kalau kelebihan air salah, kekurangan air juga salah demikian pula penggunaan saprodi (sarana produksi) harus tepat. Kalau tidak akan mempengaruhi kualitas tembakau," jelasnya.

Khair menyebut yang dialami oleh petani saat ini produktivitas tembakau kasturi lebih minim ketimbang varietas virginia. 
"Kalau tembakau virginia satu pohon 20 (lembar) ke atas tapi varietas kasturi di bawah itu rata-rata 11 atau 10 (lembar)," ujarnya.

Khair mengemukakan terjadinya penurunan produksi karena petani belum berpengalaman di dalam membudidayakan varietas ini. 

"Tembakau virginia rata-rata 2,5 sampai 3 ton per hektar, tetapi tembakau kasturi tidak sampai 1 ton sehingga petani mengeluhkan hasilnya yang minim," ujarnya.

Terkait hal itu, ia telah melakukan upaya koordinasi dengan PT. Sadhana agar tahun depan bisa dikembalikan pada varietas virginia yang sudah familiar bagi petani.
"In sya Allah bulan Desember 2020 akan berakhir untuk tembakau kasturi," ujarnya.

Lebih lanjut Khair menyebutkan persoalan lain yang terjadi di lapangan yang turut memberi dampak terhadap penurunan produktivitas adalah penggunaan saprodi yang belum tepat guna. Petani masih ada yang menggunakan pupuk urea yang seharusnya diperuntukkan bagi tanaman padi pada tanaman tembakau. Demikian pula masih ada yang menggunakan pupuk NPK Pelangi.
"Pupuk yang boleh digunakan adalah ZA, ZK, dan NPK formula khusus untuk tembakau bukan pupuk urea dan NPK Pelangi," jelasnya.

Dikatakannya ketidaksabaran petani terkait masa pemanenan juga akan sangat mempengaruhi mutu tembakau.
Apabila tembakau belum saatnya dipanen namun dipaksa untuk dipanen maka kualitasnya akan kurang baik. Khair menjelaskan dalam hal ini ada PPL khusus PT. Sadhana yang bekerjasama dengan PPL dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada petani. Tetapi diakuinya ada pula petani yang tidak mengindahkan arahan dari PPL sehingga melakukan pemanenan sebelum waktunya.

"Tembakau ini lah yang tidak masuk kategori karena petani kurang sabar.  Rata-rata yang melakukan seperti ini petani pemula di Kecamatan Hu'u, Kecamatan Pajo dan Woja," ucapnya.

Ia menjelaskan pihak perusahaan pabrik rokok telah menetapkan grade (standar kualitas produksi) tembakau yang harus dibeli. Bila tidak memenuhi standar mutu, maka tidak akan dibeli. 
Ia mencontohkan daun tembakau berwarna hijau mati dan coklat tua bila digunakan untuk produksi rokok, akan menyebabkan perokok mengalami batuk-batuk.
Untuk itu sebelum membeli tembakau diawali dengan proses uji mutu oleh para grader yang telah berpengalaman.

"Perusahaan rokok tidak mau asal menerima tembakau bila tidak memenuhi grade. Untuk itu sebelumnya dilakukan uji mutu oleh para prader yang telah berpengalaman di bidang pertembakauan," paparnya seraya berharap kepada para petani tembakau agar mematuhi arahan PPL.
"Kalau panen sesuai standar, harganya juga bagus," pungkasnya. (AMIN).