"PATAKULA" (Bagian 01)

Kategori Berita

.

"PATAKULA" (Bagian 01)

Koran lensa pos
Senin, 01 Juni 2020
Oleh : Adiansyah Dompu

Pagi itu di sebuah pantai di teluk yang airnya jernih dan tenang, suasana terasa sangat syahdu. Langit begitu bersih tanpa awan. Matahari yang baru muncul tampak sangat terang membawa suasana damai dan menghangatkan alam. Suara burung pagi terdengar merdu bersahutan laksana nada-nada simponi berkolaborasi. Hewan-hewan sudah banyak keluar dari sarangnya. Beberapa anak kecil bertelanjang dada sedang bermain pasir di salah satu sisi teluk  yang berada di sebuah wilayah bernama Woja itu.

Anak-anak itu tiba-tiba berteriak histeris setelah melihat sesuatu yang sangat asing untuk mereka di gugusan batu karang besar di sisi selatan Teluk yang bernama teluk Cempi itu. Salah satu anak kemudian berlari kencang ke arah perkampungan di dekatnya...

"Ncuhi... Ada perahu pecah dan terdampar di pinggir teluk..." 
Seorang anak tampak ngos-ngosan berteriak memberi tahu seorang Ncuhi yang saat itu sedang memeriksa kandang sapi di sebelah rumahnya. Sang anak tadi berlari kencang setelah seperti biasanya mereka bermain pasir dengan teman-temannya di pantai sekitar Teluk Cempi. 

"KOMBA RAWE... Tolong periksa Kandang sapi ini sebentar, apa ada yang rusak setelah semalam badai hebat menerjang?" 
Ncuhi yang berkuasa di daerah Woja, termasuk bagian dari wilayah DOMPO di pulau Sumbawa, langsung merespon laporan anak itu. Dia kemudian berteriak kepada putrinya yang masih berada di dalam rumah untuk memeriksa kandang sapi tersebut. 

"Baik, Ama..." 
Terdengar suara lembut dari dalam rumah sederhana itu. Dan sesaat kemudian seorang gadis muda yang cantik berkulit eksotik dengan rambut hitam yang tergerai panjang dan tahi lalat besar di pipi kanannya yang makin menambah kecantikannya, keluar menuju ke kandang. 

"Ayo Lembo, ke sana..."
Sang Ncuhi bernama PATAKULA yang terlihat sangat berwibawa tersebut bergegas ke pantai yang ditunjuk anak tadi. 

Sesampai di Pantai, PATAKULA tertegun... 
Di depannya, dia melihat sebuah kapal berbendera asing terdampar di pantai di wilayah kekuasaannya. Dia menebak, kapal ini pasti berasal dari wilayah seberang yang jauh di mana matahari terbit. Kemudian samar-samar dia mendengar suara rintihan keluar dari dalam perahu yang sebenarnya harus disebut kapal karena ukurannya yang besar. 

"Lembo... Ayo kita selamatkan orang-orangnya. Dan kamu Drahi, beritahu seluruh penduduk suruh datang ke sini. Cepat..." 
Mengajak Patakula kepada anak di sampingnya sembari memerintahkan anak lain untuk memanggil rakyatnya di kampung yang jaraknya cukup jauh dari pantai. 

Cukup lama Patakula memeriksa bagian dalam kapal yang sudah hancur tersebut sampai ke bagian-bagian tersembunyi. Dia hanya menemukan satu orang lelaki berkumis juga berjenggot serta berwajah tampan dan berpakaian ringkas warna Hijau yang masih bernyawa. Selebihnya, 9 tubuh yang lain di sekitar tubuh lelaki berbaju hijau tadi, sudah meninggal... Sejurus kemudian, rakyat sudah ramai berada di Pantai dan membantu Patakula memeriksa bangkai kapal tersebut untuk memastikan apakah masih ada yang hidup.

Setelah mengamati keadaan kapal tersebut, Ncuhi Patakula menduga, semalam saat hujan deras ditambah angin kencang melanda tanah Nowa, terjadi juga badai yang dahsyat di lautan Cempi yang membuat kapal tersebut karam menghantam karang di pinggir pantai. Rakyat kemudian beramai-ramai menguburkan 9 jenazah yang sudah meninggal dan lelaki yang masih hidup dibawa ke perkampungan untuk diberikan pertolongan. 

(Cerita Harian  Bersambung...)