Jagung, Butiran 'Emas' yang 'Menyihir' Petani Dompu

Kategori Berita

.

Jagung, Butiran 'Emas' yang 'Menyihir' Petani Dompu

Koran lensa pos
Senin, 18 November 2019

Penjemuran jagung
Dompu, Lensa Pos NTB - Jagung hibrida oleh masyarakat Dompu menyebutnya jago kala (jagung merah) karena warna bijinya yang kuning emas kemerah-merahan. Tak terbantahkan lagi, komoditas ini menjadi produk unggulan di sektor pertanian di Kabupaten Dompu dalam 10 tahun terakhir ini sejak kepemimpinan Bupati 2 periode Drs. H. Bambang M. Yasin.

Pada mulanya masyarakat Dompu yang mayoritas petani belum begitu yakin bahwa jagung akan mampu mengubah kondisi perekonomian mereka. Pasalnya harga jagung masih sangat rendah. Tahun 2010 harga pipilan kering hanya Rp. 700 per kilogram.
Di sisi lain, jagung sangat disukai babi hutan. Tidak mengherankan bila tanaman jagung menjadi santapan gratis bagi babi hutan pada malam hari bahkan juga siang hari. Karenanya petani masih berkutat pada komoditas lama yaitu kedelai. Namun lambat laun karena 'tersihir' oleh program jagung akhirnya kedelai semakin ditinggalkan karena butiran-butiran 'emas' yang dihasilkan dari tanaman jagung telah dirasakan meraup untung yang lebih besar seiring dengan semakin melonjaknya harga komoditas tersebut.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, tahun 2010 produktivitas jagung keseluruhan di Dompu masih sejumlah 30.912 ton  (harga pipilan kering Rp. 700 per kilogram) dengan  nilai uang Rp. 21.638.400.000. 
Tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 79. 783 ton (harga Rp. 2.000/kg) dengan nilai rupiah sebesar Rp. 159.566.000.000. 
Tahun 2012 grafik produktivitas  meningkat yaitu 150. 356 ton (tetapi terjadi penurunan harga Rp. 1. 800/kg) dengan nilai uang sebesar Rp. 270.640.800.000.
 
Tahun 2013 sempat terjadi sedikit penurunan produktivitas menjadi 140. 599 ton, tetapi karena harga mengalami kenaikan yakni Rp. 2. 250 per kilogram sehingga nilai rupiah yang diperoleh petani di Kabupaten Dompu mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 316. 347. 750.000.
Tahun 2014 produktivitas mengalami peningkatan signifikan yaitu sebesar 225. 281 ton  (harga Rp. 2. 300 per kilogram) dengan nilai nominal rupiah Rp. 518. 146. 300. 000.

Tahun 2015 produktivitas sejumlah 218.855 ton (harga Rp. 2.500), nilai uang Rp. 547. 137. 500. 000.

Tahun 2016 produktivitas 253. 413 ton (harga Rp. 2.800), nilai uang Rp. 709. 556. 400.000.
Bahkan pada tahun 2017 produktivitas meningkat tajam sehingga taksiran nilai uang yang diperoleh petani melampaui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun itu. Produktivitas tahun 2017 mencapai
 398.224 ton (harga Rp. 3. 200 per kilogram) dengan nilai uang sebesar Rp. 1. 274. 316. 800.000 atau sebesar 120, 52 % lebih besar dari APBD 2017. Adapun nilai APBD Kabupaten Dompu 2017 sebesar Rp. 1. 057. 000.000.000.
(Data produktivitas 2018-2019 belum diperoleh).
Potret kerusakan hutan di Dompu
Peningkatan produktivitas jagung di Kabupaten Dompu tidak terlepas dari perluasan areal penanaman jagung (ekstensifikasi) meskipun tidak menutup kemungkinan karena adanya pertanian sistem intensifikasi.
Kendati belum diperoleh data resmi tentang areal penanaman jagung dari tahun ke tahun, tetapi fakta membuktikan bahwa areal penanaman jagung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada mulanya masih banyak lahan tidur yang belum dimanfaatkan oleh petani, tetapi kemudian  kawasan hutan pun menjadi incaran petani. Kerusakan hutan yang cukup serius tak terelakkan lagi. Fakta tak terbantahkan gunung-gunung digunduli hingga di puncaknya. Pada musim hujan, dalam kurun waktu sekitar 3 bulan, gunung-gunung menghijau karena hamparan perkebunan jagung sejauh mata memandang. Namun setelah musim panen, gunung kembali memperlihatkan wajah aslinya yang gundul kepanasan.

Butiran 'emas' bernama jagung itu benar-benar telah 'menyihir' petani hingga hutan yang menjadi kawasan larangan pun berani dirambah oleh oknum-oknum masyarakat tanpa mau peduli lagi dengan dampak yang terjadi akibat ulah semena-mena itu. (AMIN).



 .