Oleh: Firmansyah, S.Psi., M.MKes*
Keadaan marah, dendam, benci, khawatir, kecewa, takut, sedih dan lainnya merupakan bagian dari reaksi emosi yang dialami manusia.
Keadaan emosi yang demikian tidak hanya dialami orang dewasa namun juga dialami anak-anak.
Keadaan emosi seperti yang disebutkan harus ditatakelola (dimanage) dengan baik dan terarah agar tidak berdampak merugikan bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Ketika seseorang mengalami emosi semisal rasa dendam atau lainnya apalagi keadaan emosi tersebut berlangsung dalam keadaan berlebihan akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam berperilaku.
Gangguan perilaku yang berlangsung sebagai bentuk adanya ketidakmampuan yang baik dari individu dalam menatakekola rasa dendam atau emosi lainnya yang membuatnya berupaya mencari celah melampiaskannya ke obyek lain apakah dengan menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan maksud agar rasa dendam (emosinya) nya tersalurkan.
Berkaitan dengan anak-anak sebagai orang tua kita tentu berharap dalam aktivitasnya mereka bisa secara sehat menyalurkan emosinya sehingga tidak berdampak merugikan.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan orang tua agar anak memiliki kondisi emosi yang sehat yaitu dengan membimbing dan membina mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam penatakelolaan emosi.
Ketika anak-anak dalam aktivitasnya baik di rumah maupun di luar rumah tidak bisa menatakelola emosinya dengan baik artinya dalam aktivitas yang berlangsung anak tidak mengembangkan emosi yang sehat maka dia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial secara sehat tidak hanya dengan diri sendiri namun juga dengan orang lain.
Bagaimana Menyehatkan Emosi Anak?
Menyehatkan emosi anak adalah hal yang terpenting. Bila anak memiliki emosi yang sehat akan membuat mereka bisa menatakelola emosinya dengan baik dan akan diarahkan pada hal yang positif dan tidak berdampak merugikan.
Dalam banyak aktivitas dilingkungan sosial anak yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam penatakeloaan emosi memberikan hal yang positif bagi lingkungan sosialnya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan orang tua agar anak dapat memiliki emosi yang sehat adalah dengan mengenalkan secara dini 5 bahasa cinta kepada mereka.
5 bahasa cinta dimaksud bila dikenalkan secara dini akan berdampak baik dan terarah bagi perkembangan emosi anak.
Menurut Dr. Gary Chapman, penulis buku The Five Love Languages, bahasa cinta dimaksud adalah perilaku yang membuat seseorang (anak) merasa dicintai dan disayangi.
Adapun 5 bahasa cinta menurut Dr. Gary Chapman tersebut adalah; Word of Affirmation (Kata-Kata Penghargaan), Acts of Services (Tindakan Kasih Sayang), Receiving Gift (Menerima Hadiah), Quality Time (Waktu Berkualitas) dan Physical Touch (Sentuhan Fisik).
1.Word of Affirmation (Kata-Kata Penghargaan).
Dalam berinteraksi sosial dengan anak sebisa mungkin orang tua harus memberikan kata-Kata penghargaan kepada mereka. Kata-kata penghargaan tersebut bila dikenalkan secara dini akan membuat anak merasa dicintai dan disayangi. Kata-kata penghargaan tersebut semisal dengan bahasa sayangku, sahabat keluarga atau ungkapan lainnya yang mendorong anak merasa disayang atau dicintai.
2.Acts of Services (Tindakan Kasih Sayang).
Beraktivitas bersama anak untuk menciptakan kebersamaan, kekompakan dan kerjasama dalam berkeluarga, perlu dilakukan guna membangun kerukunan dan keakraban antara ayah, ibu dan anggota keluarga.
3.Receiving Gift (Memberi dan Menerima Hadiah).
Saling menerima dan memberi hadiah membuat keadaan ini selain merekatkan hubungan berkeluarga anak juga bisa menangkap makna yang baik positif dari hubungan keluarga yang berlangsung.
4.Quality Time (Waktu Berkualitas).
Dalam hubungan berkeluarga dalam menjalankan peran apakah sebagai ayah, ibu atau anak, masing-masing tidak hanya sekedar hadir begitu saja namun harus kehadirannya memberikan waktu terbaik bagi keluarga untuk merekatkan hubungan yang berlangsung.
5.Physical Touch (Sentuhan Fisik).
Guna meningkatkan mental healt (kesehatan mental) masing-masing anggota keluarga dalam setiap interaksi yang berlangsung paling tidak harus ada kontak fisik berupa ciuman, pelukan, ataupun sentuhan. Kondisi demikian diperlukan untuk membuat keluarga merasa memliki arti dan makna disetiap interaksi atau momen yang berlangsung.
Demikian kupasan singkat ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi para orang tua untuk menyongsong kehadiran anak yang sehat sesuai harapan lingkungannya.
*Penulis Konsultan Psikologi dan juga sebagai Ahli Muda Pranata Humas Bagian Prokopim Setda Dompu.